OmiAi - Chapter 44 Bahasa Indonesia


 

Bab 44

Selesai makan, Yuzuru dan Arisa berpisah dengan Hijiri dan Tenka.

Setelah melihat mereka pergi, ...... Arisa bergumam pada dirinya sendiri.

"Mereka mundur dengan begitu mudah."

"Aku rasa begitu. Yah, keduanya bisa mengerti dengan cukup cepat, itu sedikit membantu. ”

Satu-satunya hal yang jelas adalah Yuzuru dan Arisa bukanlah sepasang kekasih.

Namun, mereka tampaknya memiliki firasat jika mereka bukan hanya teman, tetapi Yuzuru sangat bersyukur karena mereka tidak mengorek lebih dalam.

“Tapi, Yuzuru-san. ......Kamu sudah memberi tahu Satake-san, sedangkan Ryozenji-san tidak. Apa itu tidak apa-apa?"

"Apa kau berbicara tentang persahabatan kami?"

"Iya."

“Dia tidak akan membuat keributan tentang hal seperti itu. Yah, aku merasa tidak enak tentang itu. ”

Baik Hijiri dan Soichiro adalah teman yang setara bagi Yuzuru.

Jika demikian, masuk akal untuk berbicara jujur dengan Hijiri saat dia berbicara jujur dengan Soichiro. ……

Namun, kau tidak pernah tahu dari mana informasi akan bocor, jadi jika kau bisa merahasiakannya, lebih aman untuk tetap menutupi itu.

Dalam kasus Soichiro, mereka mengenakan pakaian renang di kolam renang, situasi yang tidak bisa dibantah.

Dan ada Ayaka, yang sangat intuitif dan perseptif.

Sebaliknya, kali ini, sampai batas tertentu, berbohong tentang ini masih efektif.

Dan lagi, ……

“Aku sudah mengenal Hijiri sejak lama, jadi aku bisa mempercayainya. Tapi aku tidak tahu apa-apa tentang kepribadian Nagiri-san."

Tidak hanya Hijiri yang di sana, tapi Tenka juga.

Yuzuru dapat menjamin karakter Hijiri, tetapi tidak untuk Tenka.

“Nagiri-san sepertinya bukan orang jahat. ...... Walau karakternya tidak terlalu bagus.”

Rupanya, dia sedikit kesal karena ditertawakan tadi.

Arisa mengangkat alisnya yang indah.

Yuzuru tertawa.

“Yah,…… kecuali kedua belah pihak dianggap kredibel, kebijakan merahasiakannya mungkin yang paling aman. Ngomong-ngomong, jika aku dicurigai oleh Hijiri di kemudian hari, dan jika tidak ada cara untuk menutupi itu……”

"Yuzuru-san mempercayai Ryozenji-san, kan? Maka tidak apa-apa. Aku tidak bisa mempercayai Ryozenji-san, tapi aku bisa mempercayaimu, Yuzuru-san.”

“Terima kasih sudah mengatakan itu.”

Tentu saja, dia mempercayai mata Yuzuru dalam memandang orang lain, tapi ......

Lebih dari itu, Arisa mungkin khawatir tentang hubungan Yuzuru.

Mungkin dia khawatir persahabatan Yuzuru akan hancur karena melindunginya, tapi meski begitu, Yuzuru berterima kasih atas perhatian Arisa.

Akan terlalu hambar untuk hanya mengatakan "ya, selamat tinggal" di sana, jadi Yuzuru dan Arisa memutuskan untuk melihat-lihat pusat perbelanjaan terdekat.

“Yuzuru-san, apa ada yang ingin kamu lihat atau beli? Aku sedang berpikir untuk membeli beberapa pakaian musim gugur ...... dan mantel jika uangku cukup."

"Mungkin kamu benar……. aku ingin membeli beberapa aksesoris. ”

Ketika Yuzuru menjawab itu, mata Arisa melebar, sedikit terkejut.

Bukannya Yuzuru tidak peduli dengan pakaiannya, tapi itu mengejutkan karena Yuzuru, yang sepertinya tidak tertarik dengan fashion, menginginkan sesuatu seperti itu.

Yuzuru juga memiliki pikirannya sendiri, dan merasa sedikit malu, kemudian menjelaskan.

“Tidak, lihat, ……, kamu terlihat trendi, kan? Selama kita berjalan berdampingan, aku harus menaikkan levelku. Aku pikir tidak sopan jika aku tidak melakukannya. ”

“Itu pola pikir yang baik.”

Mungkin dia senang dengan kata-kata Yuzuru, kata Arisa dengan semangat.

Yuzuru terkekeh mendengar Arisa dengan nada bercanda, tapi agak sombong.

"Memangnya Anda siapa?"

"Tunangan-sama, bukan?"

“Ah, ngomong-ngomong memang benar,... Arisa-sama.”

Karena Yuzuru sudah memutuskan apa yang ingin dia beli, mereka berdua menuju ke area di mana jam tangan, perhiasan, dan logam mulia lainnya dijual.

Ada berbagai macam logam mulia.

Apa yang Yuzuru ingin beli adalah sesuatu yang murah dan membuat seorang siswa SMA merasa nyaman memakainya.

“Barang apa yang ingin kamu beli?”

“Yah, kurasa. hmm. Aku sudah punya jam tangan, jadi aku kira akan mencari sesuatu untuk leherku ……. Harganya tidak boleh lebih dari sepuluh ribu yen. ”

Ketika Yuzuru menjawab, Arisa menunjuk ke sudut toko.

"Bagaimana dengan itu? Aku pikir itu keren. ”

“Aku suka itu, kelihatannya sederhana.”

Apa yang ditunjuk Arisa adalah kalung sederhana yang terbuat dari spinel hitam, dan batu permata hitam.

Harganya sekitar tiga ribu yen.

Itu relatif terjangkau, dan seorang siswa SMA dapat memakainya tanpa merasa tidak nyaman.

Setelah mendapat izin dari petugas, Yuzuru mengambil spinel hitam dengan tangannya.

Yuzuru mengangkatnya ke lehernya dan meminta Arisa untuk melihat apakah itu cocok untuknya.

"Bagaimana menurutmu?"

“Itu terlihat bagus untukmu. …… Kamu terlihat sedikit lebih seksi.”

Kata Arisa sambil sedikit menurunkan mata hijau gioknya yang ditutupi dengan bulu mata yang indah.

Sepertinya dia tidak mengatakan itu hanya untuk menyanjung Yuzuru.

“Lebih seksi, ya? ……”

Apa arti sebenarnya kata seksi bagi seorang pria?

Awalnya Yuzuru tidak bisa mengerti mengapa dia dipuji dengan kata seksi. …….

Percaya pada kata-kata Arisa, dia memutuskan untuk membeli itu.

“Um, Yuzuru-san.”

“Ada apa, Arisa?”

“......Kamu tidak boleh memakai kalung itu kecuali kamu bersamaku. Juga, kamu tidak boleh memakai itu ke sekolah.”

"Hah. …… Yah, tidak apa-apa. Memangnya kenapa?"

Yuzuru memiringkan kepalanya, bertanya-tanya mengapa Arisa mengatakan hal yang aneh.

Kemudian kulit Arisa sedikit memerah.

“Jika Yuzuru-san menjadi populer di kalangan wanita, aku akan berada dalam masalah. Meskipun itu ...... palsu, aku adalah tunangan Yuzuru-san.”

“Kamu  melebih-lebihkannya, bukan?"

“Aku tidak melebih-lebihkannya……. Lagipula, akulah yang memilih itu.”

Pokoknya tidak boleh!

Arisa memelototi Yuzuru, seolah mengatakan itu.

Alisnya yang terbentuk dengan baik menyatu, mata zamrudnya terangkat, dan mulutnya melengkung ke bawah.

“Baiklah, aku janji.”

Yuzuru sedikit bingung dengan sikap posesif Arisa yang aneh, lalu dia menjawab seperti itu.

Kemudian, karena mereka berada di area aksesoris, mereka melihat-lihat aksesoris wanita juga.

“Indah, bukan, …… perhiasan itu?”

Dengan ekspresi terpesona, Arisa melihat zamrud yang indah.

Meskipun Arisa sedikit tidak peduli dengan sekitarnya, dia sepertinya menyukai perhiasan semacam ini.

" Itu seperti matamu."

Yuzuru dengan bercanda berkata seperti itu saat Arisa melihat ke arah zamrud.

Kemudian Arisa memukul dada Yuzuru.

“He-hentikan! Bukankah kita malah seperti pasangan sekarang, baka!?.”

Wajah Arisa berubah merah padam.

Yuzuru juga menggaruk pipinya, merasakan wajahnya menjadi sedikit panas.

“Yah, …… setelah aku mengatakan itu, aku pikir itu terlalu berlebihan.”

“Ya ampun, mou……”

Arisa sepertinya mencoba mengatakan dia marah, tapi mulutnya sedikit longgar.

Dia sepertinya menyukai percakapan cheesy semacam ini.

“Ngomong-ngomong, ……, apa pendapatmu tentang yang satu ini? Beri tahu aku untuk referensi di masa mendatang.”

"Ya, tentu."

Berjalan di sekitar toko, Arisa mengevaluasi setiap perhiasan, mengatakan "Aku suka yang ini" atau "Ini bukan seleraku".

Dia sepertinya menyukai desain yang imut dan juga yang cantik dan mencolok.

Dan mereka semua memiliki satu kesamaan: harganya mahal.

Tentu saja, jika memiliki desain yang bagus atau menggunakan batu berkualitas tinggi, tentu akan lebih mahal, yang merupakan tanda kalau Arisa memiliki penilaian yang baik. ……

Itu adalah penemuan yang mengejutkan bagi Yuzuru karena Arisa, yang agak hemat ketika berbelanja di supermarket, lebih suka sesuatu yang terlihat cukup mahal.

(Maksudku, biasanya dia ditekan dalam banyak hal dan tidak mendapatkan hal semacam ini sama sekali ...... Tapi dia benar-benar menginginkan hal semacam ini ya.)

Kelenjar air matanya sedikit membengkak.

“Aku tidak tahu banyak tentang perhiasan dan merek-mereknya. ...... Kamu tahu tentang itu, Arisa?”

"Tidak terlalu. Aku hanya tahu beberapa.”

“Apa saja yang paling terkenal?”

"Tiffany, Cartier, Bvlgari, Van Cleef & Arpels, dan Harry Winston adalah lima pembuat perhiasan paling terkenal."

"Hee..."

Arisa mengatakan nama-nama itu dengan mudah.

Dari kelimanya, Yuzuru hanya tahu tentang Tiffany dan Harry Winston.

Arisa menyebutkan beberapa merek lain.

Dia tahu lebih banyak dari yang Yuzuru kira.

“Di Jepang, itu 4℃ atau apalah. …… Apa ada yang salah? Yuzuru-san. Wajahmu aneh.”

“Tidak, tidak ada apa-apa.”

Mengingat Arisa adalah tipe gadis yang bahkan tidak mampu (atau terlalu malu untuk meminta) sedikit sabun mahal, Yuzuru tidak bisa memaksa dirinya untuk mengatakan kalau dia merasa sangat kasihan pada Arisa hingga dia hampir menangis.

Itu akan melukai harga diri Arisa.

“Bukankah sebaiknya kita segera pindah ke bagian pakaian?”

Setidaknya urusan Yuzuru sudah selesai.

Selanjutnya adalah giliran Arisa, jadi dia menyarankan,

"Benar. Ayo pergi.”

Arisa mengangguk kecil.


Translator: Exxod

Editor: Janaka

4 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2