OmiAi - Chapter 56 Bahasa Indonesia


 

Bab 56

"Kalian tahu. Aku pikir aneh kalau belajar sebelum tryout.”

Sudah satu setengah jam sejak mereka mulai belajar.

Ayaka tiba-tiba mulai mengatakan sesuatu seperti itu.

“Hei, Ayaka. Siapa yang mengorganisir pertemuan hari ini?”

Soichiro bertanya pada Ayaka dengan suara yang sedikit putus asa.

Ayaka memiringkan kepalanya.

“Mungkin, aku?”

“Untuk apa pertemuan ini?”

"Tentu saja, untuk belajar."

“─ Jangan menyangkal alasan untuk mengadakan pertemuan yang kau selenggarakan sendiri.”

Soichiro memberikan protes yang masuk akal.

Sebagai tanggapan, “Baiklah, dengarkan apa yang akan aku katakan."

“Tujuan dari tryout adalah untuk mengetahui di mana kemampuanmu, mengerti? Itulah mengapa penting untuk belajar setiap hari. Tidak masalah jika kau belajar sedikit sebelum ujian dan menaikkan skormu beberapa poin.”

“Kupikir itu adalah sesuatu yang seharusnya dikatakan seorang anak yang rajin belajar secara teratur,…… bukannya anak sepertimu yang biasanya tidak melakukan apa-apa selain tidur di kelas.”

Ketika Yuzuru mengatakan itu, Ayaka tersenyum.

"Tapi kan aku selalu berada di peringkat teratas saat ujian dan dalam tryout terakhir juga."

“…… Yah, aku tidak bisa menyangkal itu.”

Sebenarnya, Yuzuru juga bukan siswa yang serius, dia hanya berusaha agar tidak tertinggal, jadi dia tidak bisa mengatakan apa-apa tentang orang lain.

“Seperti yang diharapkan, Ayaka-san! Ini persis seperti yang kau katakan! Tidak ada gunanya berjuang sekarang! Ayo kita berhenti!”

“Chiharu, kau harus belajar……. Orang tuamu marah padamu kan?”

Soichiro dengan paksa meraih bahu Chiharu saat dia berdiri seolah setuju dengan Ayaka dan membuatnya duduk kembali.

Mungkin karena dia kehilangan konsentrasinya sedikit, Arisa, yang telah belajar dengan serius tanpa banyak bicara, meletakkan penanya.

Kemudian dia bicara dengan sebuah pertanyaan.

“Tapi tryout ini lebih penting dari yang terakhir, kan? Disebutkan juga kalau 'Tingkat Kesulitan Tes Tinggi'.”

“Pertanyaannya akan lebih sulit daripada yang terakhir…. atau begitulah katanya.”

Yuzuru setuju dengan kata-kata Arisa.

Setelah itu, Soichiro, yang duduk kembali di sebelah Chiharu, melanjutkan.

“Aku pernah mendengar kalau sulit untuk menaikkan skor deviasi. Karena jumlah orang yang mengikuti tes lebih tinggi.”

[ED Note: Standar deviasi adalah nilai statistika yang digunakan untuk menentukan bagaimana persebaran data dalam suatu sampel. Kemudian melihat seberapa dekat data-data tersebut dengan mean atau rata-rata dari sampel tersebut.]

Kemudian Tenka, yang sedang minum secangkir teh, mengangkat alisnya.

“Aku pikir itu tergantung pada pertanyaan yang diberikan. Jika penguji membuat kesalahan dan memberikan soal yang tidak dapat diselesaikan oleh siapa pun, skor deviasi mungkin naik untuk beberapa orang. ”

Pada saat itu, seseorang menghela nafas panjang.

Itu adalah Hijiri.

“Kalian bicara deviasi ini, deviasi itu…… apa kalian waras? Bagaimana kalian bisa bicara tentang hal-hal yang membosankan di saat seperti ini?”

“Itu hanya untukmu, Hijiri-kun. Aku bersenang-senang, oke? dengan Deviasi. Karena aku melakukannya dengan baik di tryout terakhir. Kau benar-benar menyedihkan. Aku merasa kasihan padamu."

“Maaf, Tenka-san. Ini juga penting untukku, jadi bisakah kau berhenti?”

Tenka mengolok-ngolok Hijiri, dan Chiharu terkena peluru nyasar.

Sementara itu, Hijiri mengamuk melawan Tenka.

"Diam. Jadilah sedikit perhatian, kau tahu perhatian kan. Ada orang-orang di dunia ini yang tidak menyukai kata "Deviasi", dan orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan itu."

Chiharu juga setuju dengannya.

"Benar. Kau tahu, kenapa sekolah itu membosankan, tapi cerita romantis di sekolah itu menarik? Itu karena mereka tidak menyertakan adegan belajar di kelas.”

Sayangnya, bagaimanapun, Chiharu dan Hijiri bukanlah orang yang kebal terhadap kata deviasi.

Bahkan, mengingat hasil tryout terakhir, mereka seharusnya sangat menyadarinya.

“Yah, pertemuan ini adalah 'belajar kelompok'.. Kalian berdua khususnya perlu menganggap ini serius.”

Ketika Yuzuru mengatakan itu, mereka berdua menghela nafas dengan keras.

Kemudian mereka memelototi Yuzuru dengan tatapan tajam.

"Kau tahu orang tidak akan menyukaimu jika terus bicara lurus."

"Tolong hentikan pelecehan logika ini."

Kemudian Arisa menarik pakaian Yuzuru dengan gerakan kecil yang lucu.

Dan dia mendekatkan bibirnya yang memikat ke telinga Yuzuru.

” ......Jika mereka pikir itu hal yang baik untuk dilakukan, kenapa mereka malah tidak melakukannya?”

"Mungkin karena lebih banyak masalah untuk dihadapi daripada nilainya ...... Itu alasan yang sama denganku saat aku tidak pernah bersih-bersih."

Yuzuru sendiri berpikir, "Aku perlu bersih-bersih ......," tapi dia tidak benar-benar melakukannya sampai dia berurusan dengan Arisa.

Singkatnya, ini masalah kesadaran diri dan pemicunya.

"Yah, mereka akan menjadi serius ketika mereka gagal."

"Bukankah sudah terlambat setelah mereka gagal ......?"

“Tapi kudengar lebih dari separuh siswa di SMA kita adalah Ronin”
[TLN: gak paham disini arti Ronin, mungkin udah tau gagal tapi tetep gak belajar.]

"Eh? …… Benarkah?"

“Kudengar para guru tidak menghentikan mereka bahkan ketika mereka akan gagal.”

"Hee. ……”

“Yah, seperti sekarang, Hijiri dan Chiharu berada di jalan itu. Kita akan menggunakannya sebagai pelajaran untuk mereka …… ”

"Aku mendengarmu." "Aku dapat mendengarmu."

Hari ini seharusnya menjadi pertama kalinya Chiharu dan Hijiri benar-benar bertemu. ……

Tampaknya mereka telah menjadi teman tanpa disadari.

Yuzuru mengangkat bahunya.

“Aku tahu aku keluar topik di sini, tapi yang ingin aku katakan adalah aku ingin bermain. Kita punya begitu banyak orang!"

“Jika itu masalahnya, mengapa tidak berkumpul bersama lagi setelah tryout? ……”

Ketika Yuzuru mengajukan pendapat, pipi Ayaka memerah dan dia mulai menggeliat.

“Karena Tenka-chan dan aku tidak ada hubungan sama sekali. Aku bertanya-tanya apa dia akan datang jika aku tiba-tiba memintanya untuk bermain bersamaku. Benar kan, Tenka-chan.”

Ayaka kemudian meletakkan kepalanya sendiri di bahu Tenka.

“E-eh …… kurasa.”

Tenka bingung dengan kelakuan Ayaka. 

Tampaknya bahkan gadis bermartabat pun cenderung sedikit gugup jika didorong oleh Ayaka.

Yuzuru menyesap tehnya dan berpikir sedikit tentang kombinasi kelompok ini.

Ada beberapa orang di grup ini yang dia kenal secara tidak langsung, tapi biasanya mereka tidak banyak berinteraksi.

Ada juga beberapa orang yang pernah bertemu satu sama lain sebelumnya tetapi tidak sedekat itu.

Untuk Yuzuru, orang yang tidak banyak berinteraksi dengannya adalah Tenka.

Untuk Arisa, itu adalah Hijiri, Tenka, dan Soichiro.

Untuk Soichiro, itu Tenka dan Arisa.

Untuk Ayaka, itu adalah Hijiri dan Tenka.

Untuk Chiharu, itu Hijiri.

Untuk Hijiri, itu Ayaka, Chiharu, dan Arisa.

Untuk Tenka, itu Yuzuru, Arisa, Soichiro, dan Ayaka.

[ED Note: bingung njir]

Begitulah.

Jadi bermain untuk memperdalam persahabatan bukanlah ide yang buruk.

 ...... Meski sedikit berbeda ketika bertanya apa itu sesuatu yang patut dilakukan pada saat mendekati ujian (tryout).

“Terlepas dari apa kalian ingin bermain atau tidak, ini hampir jam makan siang kan? Bagaimana kalau kita istirahat sebentar?”

Arisa yang menyarankan itu.

Mungkin bukan ide yang buruk untuk istirahat makan siang saat ini, karena konsentrasi semua orang mulai berkurang.

"Itu ide yang bagus! Kalau begitu ayo kita pesan sesuatu.”

Dengan persetujuan Ayaka, diputuskan untuk istirahat makan siang.

Pertanyaannya adalah apa yang harus mereka pesan. ……

Perkataan Arisa kalau dia tidak pernah memesan pizza menyebabkan mereka memesan pizza.

"Bagaimana rasanya Arisa?"

Yuzuru bertanya pada Arisa saat dia dengan hati-hati memakan pizzanya, berusaha untuk tidak mengotori wajahnya dengan keju.

Pada pandangan pertama, sulit untuk membaca emosinya, karena dia mempertahankan sikap dingin dan tenangnya yang biasa.

"Nhh ...... Ini enak."

Suaranya terdengar sedikit meleleh.

Mata hijau gioknya, biasanya gelap dan tak bernyawa, sekarang bersinar.

Arisa ..... sedikit, tidak, jauh lebih manis saat ini.

“...... Arisa-san ternyata imut ya?”

"Iya?"

Ketika Chiharu tiba-tiba mengatakan itu, Arisa memasang ekspresi bingung di wajahnya.

Chiharu, yang duduk tepat di depan Arisa, memberinya senyum yang agak berbahaya dan menatapnya.

“Biasanya kamu tipe yang 'cool', kemudian tiba-tiba menunjukkan sisi imutmu. Aku cukup terkejut akan hal itu. ”

“B-benarkah….. Um, terima kasih banyak untuk itu…”

Mungkin karena dia tidak tahu harus berkata apa,

Arisa berterima kasih kepada Chiharu.

Kemudian Ayaka menyela pembicaraan.

“Ngomong-ngomong tentang tipe yang 'cool', kamu juga imut, Tenka-chan!”

"Ya?"

Dia sedang makan pizza dengan sikap acuh tak acuh, ketika namanya tiba-tiba muncul, menyebabkan Tenka berteriak kebingungan.

Ayaka, yang duduk di samping Tenka, menutup jarak di antara mereka.

“Tenka-chan kebanyakan tsun tsun, tapi kadang-kadang kamu sedikit dere, benarkan? Ditambah, kamu pemalu. Ah, wajahmu jadi merah. Kamu sangat imut!"

“Tidak, ……, hentikan. Tachibana-san.”

“Kan sudah kubilang panggil aku Ayaka. Oke, Tenka-chan.”

Tenka tersipu malu saat dia mencoba menjaga jarak dari Ayaka, yang datang padanya dengan agresif.

Sikap seperti itu sepertinya semakin memancing rasa penasaran Ayaka.

Dia mencoba untuk menutup jarak lebih dekat, tapi ......

“Jangan lakukan itu!”

“Sakit! Itu sakit! Soichiro-kun!”

Soichiro mencengkeram leher Ayaka dan menariknya.

Kemudian Soichiro melotot ringan pada Chiharu saat dia mencoba mendekati Arisa.

Wajah Chiharu berkedut, dan dia duduk kembali di sofa dengan tenang.

“…… Apa Hijiri? Ada apa dengan wajahmu itu?”

“Yah, aku tidak menyadari kalau Tenka-sama yang memiliki aura mengintimidasi ternyata juga memiliki kelemahan. Tenka-chan yang imut dan lucu...... Aduh! Kau menendangku, LonT!”

"Diam, yakuza."

“Ha~a? Aku akan menghancurkanmu, dasar penipu!”

Hijiri dan Tenka mulai bertengkar satu sama lain.

Lima orang yang tersisa mengawasi mereka dengan mata hangat.

Mereka terlihat seperti pasangan yang akrab.

“Ngomong-ngomong, apa yang akan kita lakukan setelah selesai makan?”

Ayaka bertanya, dengan asumsi kalau mereka akan bermain.

Yuzuru juga sedang tidak ingin belajar sekarang.

Dia ingin bersantai dan bermain, mengingat dia akan mengantuk setelah makan siang.

"Bagaimana kalau Super Mario Bros?"

Chiharu menyarankan itu, tapi Ayaka menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.

"Aku ingin melakukan sesuatu seperti itu, tapi aku tidak punya cukup stik untuk tujuh orang."

“Lalu kenapa tidak bermain kartu saja atau sesuatu yang mudah? Jika itu permainan kartu atau monopoli, setidaknya semua orang tahu aturannya.”

Yuzuru menyarankan itu ……

Tapi Ayaka mengerutkan kening.

“Ee~, itu terlalu mudah dan membosankan.”

"Begitukah ……."

Memang agak membosankan jika bermain kartu dengan tujuh orang.

Jika ada, permainan yang memanfaatkan jumlah pemain lebih baik.

"Bagaimana dengan Permainan Raja?"
[TLN : 王様ゲーム = Ousama Game, search google]

Dan saat itulah ide yang cukup bagus keluar.

Ini adalah permainan yang bagus untuk memperdalam persahabatan dan memanfaatkan jumlah orang besar.

“Permainan Raja. …… ya, baiklah.”

“Permainan Raja! Itu bagus!"

Ayaka dan Chiharu setuju dengan pendapat Soichiro ...... dan memandang Arisa dan Tenka untuk beberapa alasan.

Keduanya memiringkan kepala dengan bingung.

“Asal tahu saja, Ayaka, Chiharu. Ingatlah kalau kalian juga dapat diperintah. ”

Yuzuru memperingatkan Ayaka dan Chiharu untuk tidak memberikan perintah sembrono.

Hijiri, di sisi lain, tersenyum geli.

"Itu bagus. Ini adalah permainan raja dengan kemungkinan balas dendam.”

Setidaknya semua orang tampaknya sudah siap.

Ayaka segera membuat undian untuk semua orang.

Dan ……

"""Siapa rajanya?"""

Permainan telah dimulai, ujian akal sehat dan kesenangan, keinginan sejati dari sifat manusia.


Translator: Exxod

Editor: Janaka

1 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2