OmiAi - Chapter 74 Bahasa Indonesia


 

Bab 74

Di sebuah restoran yang terletak sekitar sepuluh menit dengan kereta api dari rumah Yuzuru.

Di ruang tunggu, seorang anak laki-laki berseragam pelayan dan seorang pria dengan penampilan yang rapi sedang saling berhadap-hadapan.

“Jadi, Yuzuru-kun. Apa yang akan kamu lakukan tentang pergantian shift ini? Sama seperti sebelumnya?"

"Yah ... jika bisa, akan sangat bagus jika anda bisa menambah shiftku."

Yuzuru berkata kepada seorang pria yang memiliki aura agak ramah – manajer di tempat kerja paruh waktunya.

Ada tiga pekerjaan paruh waktu berbeda yang dimiliki Yuzuru.

Salah satunya adalah sebagai guru les bagi anak-anak dari keluarga kenalan ayahnya.

Yang lainnya adalah membantu pengacara yang merupakan teman ayahnya.

Dan terakhir, dia bekerja di restoran ini.

Dari pekerjaan-pekerjaan itu, guru les adalah yang paling menguntungkan, dengan bayaran 2.000 yen per jam.
[TN: Sekitar Rp260.000/Jam]

Pekerjaan membantu pengacara digaji 1.500 yen per jam.
[TN: Sekitar Rp195.000/Jam]

Namun, kedua pekerjaan itu hanya bisa dilakukan seminggu sekali, dan shiftnya tidak dapat diubah sesuka hati.

Oleh karena itu, penghasilan terbesarnya adalah dari pekerjaan paruh waktu sebagai pelayan di restoran.

Ngomong-ngomong, upah per jamnya sekitar seribu lima puluh (1050) yen.
[TN: Rp136.500/Jam]

"Apa itu tidak masalah?"

“Akan sangat membantu jika kamu melakukannya, tapi apa kamu sempat belajar? Jika nilai Yuzuru-kun turun, aku akan dimarahi oleh orang tuamu.”

Tentu saja.

Manajer restoran ini juga merupakan kenalan dari orang tua Yuzuru.

Meskipun ... itu bukan hubungan dengan ayahnya atau "Takasegawa", tapi dengan ibu Yuzuru.

"Aku akan mencoba untuk tidak menimbulkan masalah bagi anda, Hiromi-san."

Hiromi Hasegawa.

Itu namanya.

Dia adalah orang yang sangat baik dan Yuzuru sangat berhutang budi padanya.

Tidak mengherankan kalau orang tuanya mau mempercayakan Yuzuru kepadanya.

…Adapun Yuzuru, dia ingin mencari pekerjaan sendiri, tapi mereka tidak mengizinkannya.

Ada orang jahat di dunia ini, jadi itu hal yang wajar.

Selain itu, ... Ada alasan dewasa yang kotor jika Yuzuru melakukan 'sesuatu', akan lebih mudah untuk menutupinya jika kau mengenal mereka.

Tentu saja, Yuzuru tidak ingin melakukan hal semacam itu.

“Yah, kurasa jika itu Yuzuru-kun, kamu bisa mengatasinya. Ini akan sangat membantu toko… Ngomong-ngomong, bolehkah aku bertanya mengapa? Jika kamu tidak ingin memberi tahu, tidak apa-apa. ”

"Aku ingin menabung untuk White Day."

Ketika Yuzuru menjawab itu, mata Hiromi melebar seolah berkata, “He~e~”.

Lalu dia menyeringai.

"Apa? Jika kamu menerima sesuatu, apa itu berarti kamu punya pacar? Dan kamu bilang kamu punya rencana saat Natal juga. Jadi kamu melakukan apa yang harus kamu lakukan, ya, Yuzuru-kun?”

“Yah… Dia sebenarnya bukan pacarku. Dia orang yang aku sukai.”

Arisa bukan pacarnya.

Tapi dia pasti akan memberinya cokelat pada hari Valentine… Atau begitulah yang Yuzuru harapkan.

Jika tidak, dia akan mengalami depresi berat.

Oh ya, kalau sudah yakin akan mendapat coklat di Hari Valentine, sebaiknya siapkan kado untuk White Day selagi masih bisa.

Jika hadiah Natal adalah pukulan, kali ini dia bermaksud untuk menjatuhkan Arisa dengan tembakan langsung yang nyata.

Dan untuk itu, dia membutuhkan sejumlah uang.

“Heh. …… Jadi, jika dia menjadi kekasihmu, maukah kamu memperkenalkannya kepadaku?”

"Iya. Tentu saja, aku akan memperkenalkannya, ketika saatnya tiba.”

Wajar jika memperkenalkan calon istrimu kepada orang-orang yang telah memperlakukanmu dengan baik.

“Ngomong-ngomong, apakah dia cantik? Seperti siapa dia?”

"Ayo kita lihat…"

Yuzuru menyebut nama aktris asing yang terkenal.

Hiromi lalu memiringkan kepalanya.

"Maksudmu dia dari luar negeri?"

“Dia blasteran. Yah, dia lahir dan besar di Jepang.”

Yuzuru memberitahunya informasi tentang Arisa saat dia ditanya. Tapi tentu saja, dia tidak memberitahunya apa pun tentang kehidupan pribadinya.

Dia bilang dia cantik, juru masak yang baik, cerdas, atletis, dan wanita yang luar biasa.

Hiromi mengangguk setuju.

“Yuzuru-kun, kamu tergila-gila padanya, kan?”

"Benar sekali."

"Kamu bahkan tidak menyangkalnya."

“Lagipula itu memang benar.”

Itu fakta kalau Yuzuru tergila-gila pada Arisa, dan itu bukan sesuatu yang memalukan.

Tentu ada juga perasaan sedikit malu jika orang lain menggodanya.

Tidak keren jika dipermalukan, jadi dia harus berdiri dengan bangga.

"Aku mengerti…"

Hiromi mengangguk seolah dia yakin akan sesuatu.

"Baiklah. Aku akan menambah shiftmu sebanyak yang aku bisa. ”

"Terima kasih banyak."

Hiromi kemudian meninggalkan ruang tunggu dan menggaruk kepalanya, terlihat sedikit bermasalah.

“… Apa yang harus aku lakukan untuk menjelaskan ini pada gadis-gadisku?”

Laki-laki yang berdosa…
[TN: Yuzuru punya harem ternyata wkwk]
[ED: hei itu dialognya Hiromi, lagian gadis kayaknya merujuk ke pekerja/pelayan perempuan di restoran itu.]

Dia bergumam pelan dan menghela nafas.

Beberapa hari kemudian, hari itu adalah hari Sabtu.

Pada dasarnya, hari Sabtu adalah “hari Arisa”, dan Yuzuru bebas.

Saat dia membersihkan kamarnya dengan semangat menunggu Arisa datang…

Ponsel Yuzuru berdering.

Itu dari Arisa.

"Ya, halo. Ada apa, Arisa?”

“Maaf… aku tidak bisa datang ke rumahmu hari ini, Yuzuru-san.”

Suaranya terdengar agak berbeda dari Arisa yang biasanya.

Suaranya terdengar sedikit lemah.

"... Apa kamu tidak enak badan?"

Kalau dipikir-pikir, Yuzuru ingat kalau dia tidak terlihat begitu baik kemarin.

Mungkin dia kedinginan.

"Iya, …. Uhuk~! Aku masuk angin."

Sepertinya demam karena kedinginan.

Namun, tidak baik untuk masuk angin saat ini.

Hal ini karena …

“Jika aku mengingatnya dengan benar, sekarang kamu sendirian, kan? Aku mendengar kalau saudara perempuanmu sedang menginap di rumah teman, dan ibumu sedang berpergian dengan temannya.”

Dan tentu saja, Naoki Amagi sedang bekerja.

Daisho Amagi sudah kembali kuliah.

Biasanya, dia mungkin akan mengatakan kalau tidak ada seorang pun di sekitarnya agak menyenangkan... Tapi pasti sulit sendirian saat dia sakit.

“Uhuk, uhuk… Tidak apa-apa. Aku akan membaik jika aku tidur sebentar.”

Kalimat itu terdengar sangat keras kepala.

Namun… Itu benar-benar membuat Yuzuru khawatir.

Seolah-olah dia berusaha keras agar Yuzuru tidak mengkhawatirkannya.

“Kamu yakin baik-baik saja?”

"… Aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir.”

Ada sedikit jeda sebelum dia menjawab. 

Sepertinya dia hanya mengelak.

Yuzuru merasa seolah Arisa meminta bantuan.

(Aku ingin menghormati keinginan Arisa, tapi ketika dia sedang sakit ...)

Bahkan jika itu hanya pilek ringan, tiba-tiba bisa menjadi lebih buruk.

Bisa jadi flu.

Ini bukan waktunya untuk berbicara tentang menghormati keinginan Arisa.

Selain itu…

(Meski dia bilang dia baik-baik saja, aku merasa dia membutuhkan bantuan…)

Sudah setengah tahun sejak mereka pertama kali bertemu.

Dia bisa menebak bagaimana perasaan Arisa sampai batas tertentu.

“Kalau begitu, aku akan mengunjungimu sekarang.”

“Eh? Tidak, tapi…"

"Bukankah kamu merawatku saat terakhir kali aku terluka?"

Saat itu Yuzuru jatuh dari pohon dan pergelangan kakinya terkilir.

Ketika dia memikirkannya sekarang, itulah yang membuatnya jadi lebih dekat dengan Arisa.

"Biarkan aku membantumu kali ini."

Saat Yuzuru mengatakan itu…

Setelah hening beberapa saat, dia mendengar suara yang agak basah.

“Aku akan berada dalam perawatanmu.”

"Serahkan padaku."


Translator: Exxod

Editor: Janaka

2 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2