OmiAi - Chapter 98 Bahasa Indonesia


 

Bab 98

Momen itu.

Rasanya seperti waktu telah berjalan sangat lambat bagi Yuzuru.

Tempat itu dipenuhi oleh keheningan.

Seolah-olah waktu telah berhenti.

Hanya suara detak jantung mereka yang menandai berlalunya waktu.

"…Ya."

Sebuah suara kecil memecah kesunyian.

Dan kemudian Arisa menggerakkan bibirnya dan menjawab perasaan Yuzuru dengan jelas.

"Dengan senang hati!"

Begitu dia mengatakan itu, Arisa hampir jatuh dari kursinya ke pelukan Yuzuru.

Dalam kepanikan, Yuzuru menangkap Arisa dalam pelukannya.

Tubuh "tunangan"—, bukan, tunangannya, sangat lembut dan hangat.
[TN : sebelum-sebelumnya kalau nyebut tunangan pakai tanda petik, itu artinya masih tunangan palsu, sekarang petiknya hilang.]
[EN: jadi tunangan asli.]

“Kamu terlalu lama… Yuzuru-san.”

“Maaf… aku mencoba membuatmu bahagia. Bisakah kamu memaafkanku?”

"Ya. Aku memaafkanmu… Itu benar-benar lamaran terbaik.”

Dengan itu, Arisa mundur sedikit dan menunjukkan wajahnya pada Yuzuru.

Ada air mata di mata hijau gioknya.

"'Aku menyukaimu, Yuzuru-san."

"'Aku tahu... Aku mencintaimu, Arisa."

"Ya. Aku tahu… aku juga mencintaimu.”

Untuk pertama kalinya.

Keduanya mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka dan mengkonfirmasi cinta mereka satu sama lain.

Dan kemudian mereka saling berpelukan lagi.

Untuk bisa merasakan kehangatan dan kelembutan satu sama lain lebih dalam.

Seakan menegaskan perasaan mereka, kesukaan mereka, dan cinta mereka satu sama lain.

Seolah saling mengikat, tak pernah melepaskan.

Dengan erat, kuat, mereka menyatukan tubuh satu sama lain dengan pelukan mereka.

Itu adalah waktu yang manis dan memanjakan, seperti air gula. 
[TN: Air gula (satoumizu) adalah air manis yang diminum di musim panas]

Dan mereka ingin tenggelam dalam nektar itu selamanya.

Di dunia mereka berdua ... selamanya.

…Tapi seharusnya tidak begitu.

"Arisa, bisakah kamu berdiri?"

"…Ya."

Yuzuru berdiri lebih dulu dan dengan lembut meraih tangan tunangannya.

Arisa mengambil tangan yang ditawarkan oleh tunangannya dan perlahan berdiri.

Kedua wajah mereka memerah, seperti saat demam.

“Um, Yuzuru-san. … bisakah kamu memakaikannya?”

Arisa mengulurkan tangan kirinya.

Yuzuru meraih tangan Arisa.

Yuzuru kemudian memasangkan cincin itu... di jari manis Arisa yang putih, mungil, dan indah.

“…Mari menikah, Arisa. Aku pasti akan membuatmu bahagia.”

Yuzuru memberi tahu Arisa sekali lagi.

Arisa tersenyum dan mengangguk penuh semangat.

"Ya! Aku akan berada dalam perawatanmu!!”

Arisa menerima perasaan Yuzuru.

Di jalan pulang.

Seperti biasa, Yuzuru mengantar Arisa pulang ke rumahnya.

Satu-satunya perbedaan adalah hubungan mereka telah berubah dari "tunangan" palsu menjadi tunangan yang sebenarnya.

"Aku menduga sesuatu akan terjadi ... tapi aku tidak menduga kalau kamu akan melamarku."

Arisa berkata dengan suara ceria dengan gaya berjalan melenting.

Kulit putihnya sedikit merah seolah kegembiraannya belum mereda.

“Aku senang kamu bahagia … Lihat, kamu bilang sebelumnya 'kan, kalau 'pengakuan cinta yang romantis akan terasa istimewa'…? Aku pikir aku sudah mencoba yang terbaik, jadi,  bagaimana?”

“Itu yang terbaik.”

Arisa berbalik dan berkata, melipat tangannya di belakang punggungnya dengan gembira.

Dia memiliki senyum lebar di wajahnya seolah-olah bunga telah mekar.

(Ah… Ini yang ingin aku lihat.)

Itu sepadan dengan usaha Yuzuru.

Yuzuru merasa ekspresinya sendiri melunak secara alami.

“… Ngomong-ngomong, Yuzuru-san.”

“Ada apa, Arisa?”

"Berapa banyak uang yang kamu habiskan?"

Dengan ekspresi serius, Arisa bertanya sambil menatap wajah Yuzuru.

Tidak seperti tadi, Yuzuru memperhatikan kalau suara Arisa terdengar sedikit berbeda.

“Eh? Tidak… Itu bukan sesuatu yang harus kamu khawatirkan…”

“Aku tunangan Yuzuru-san, kan?”

Arisa kemudian mendekati Yuzuru.

“Aku berhak mengetahui apa dan berapa banyak uang yang kamu belanjakan… terutama jika itu ada hubungannya denganku. Bukankah aku benar?”

"... Itu benar juga, kurasa."

Yuzuru menggaruk-garuk pipinya…

Dan dia memberitahu Arisa jumlah uang yang dia habiskan.

"Um, sekitar sepuluh ribu yen?"
[TN : Rp. 1.300.000]

“…”

“Tidak, jangan khawatir. Aku membayarnya dengan benar dengan penghasilan dari pekerjaan paruh waktuku ... "

“Yuzuru-san…”

Pokan~

Arisa menepuk kepala Yuzuru dengan ringan.

Arisa memiliki ekspresi terkejut di wajahnya.

“Itu bukan jumlah uang yang harusnya dihabiskan oleh siswa SMA… Apa yang kamu pikirkan?”

"Tidak, cincin tunangan itu lebih mahal daripada yang kuduga ..."

“Memang benar... Kalau aku sangat senang, tapi ada pilihan lain. Kamu tahu, sesuatu seperti mawar atau yang lainnya… Kamu tidak perlu membeli cincin tunangan berlian…”

Arisa berkata dengan ekspresi terkejut di wajahnya.

Menanggapi hal ini, Yuzuru berusaha meyakinkannya.

"Dengar, kamu mengatakannya sebelumnya 'kan ... Kalau kamu menyukai lima merek perhiasan."

“Ah, kamu memasukkannya ke dalam hati? Tidak… Aku senang kamu mengingatnya, tapi…”

Arisa berkata dengan malu-malu sambil memainkan rambutnya sebagai tanggapan atas kata-kata Yuzuru.

Dia sepertinya malu dengan hobi duniawinya yang menyukai produk bermerek.

"Maksudku, apakah uang sebayak itu benar-benar cukup?"

“Yah, yang itu termasuk yang murah… Meski begitu, aku yakin kualitasnya tidak buruk.”

“Aku bisa tahu itu dengan melihatnya… Sungguh, terima kasih banyak.”

Saat dia mengatakan itu, Arisa dengan gembira melihat cincin di jari manisnya.

Mulutnya sedikit mengendur… dan dia tersenyum.

Bagaimanapun, dia tampaknya senang menerima produk bermerek.

“Tapi, Yuzuru-san.”

Namun, Arisa segera mengencangkan seringainya.

Dia meletakkan tangannya di pinggulnya dan menatap wajah Yuzuru dengan ekspresi yang menunjukkan kalau dia marah.

"Jangan memaksakan diri terlalu keras, oke?"

“Jika itu untukmu…”

"Aku menghargai perasaanmu, tapi jika aku membiarkan itu terjadi, kamu pasti akan terus melakukannya!"

Tentu saja, Yuzuru tidak ragu menghabiskan ratusan ribu yen untuk Arisa. 

Bahkan, Yuzuru berpikir kalau itu adalah harga yang lumayan murah.

“Aku tersanjung dengan cintamu, Yuzuru-san, tapi ...... kamu tahu, uang itu terbatas. Dan lebih dari segalanya… aku khawatir dengan harga diriku…”

“Yah, itu benar. Aku tidak bisa mengatakan tidak padamu ketika kamu meminta sesuatu padaku.”

"Itu dia. Itu! Tolong katakan tidak! …Yah, Yuzuru-san mungkin berpikir kalau aku adalah orang yang tegas atau tipe yang polos dan rendah hati. Tapi aku mungkin tipe orang yang, jika tidak hati-hati, akan menipiskan dompet…”

Malu, kata Arisa sambil menurunkan matanya.

Namun demikian, Yuzuru berpikir kalau Arisa adalah orang yang “tegas”, tapi dia tidak berpikir kalau Arisa adalah tipe yang polos dan rendah hati.

Karena…

"Yah, kamu lumayan menyukai barang bermerek dan barang-barang mahal."

“Ahh!… tolong hentikan… Mendengarnya diucapkan dengan keras itu berlebihan….”

“Tidak perlu malu. Adik dan ibuku juga menyukai barang-barang bermerek.”

Karena mereka "kaya" anggota keluarga Takasegawa lumayan boros.

Adik dan ibu Yuzuru tidak menghabiskan banyak uang untuk hal-hal yang tidak mereka minati, tapi di sisi lain, mereka bahkan tidak melihat label harga dari hal-hal yang mereka sukai.

Dan ayahnya, yang mengeluh tentang biaya pakaian adik dan ibunya, membeli mobil dari luar negeri yang bahkan tidak dia pakai.
[ TN : buset pajangan doang :v]

Bahkan Yuzuru, yang diam-diam berpikir kalau Wagon cukup untuk sebuah mobil, malah meminta jam tangan mewah untuk ulang tahunnya.

Keempat anjingnya juga pemakan uang.

Teman masa kecil Yuzuru, Ayaka dan Chiharu, juga menghabiskan banyak uang untuk pakaian dan perhiasan.

Namun bagi Yuzuru, kecintaan Arisa pada produk bermerek termasuk dalam kategori “imut”.

Itu lebih seperti keinginan alami.

“To-Tolong hentikan... Itu satu-satunya hal yang kukhawatirkan dalam pernikahanku denganmu. Sangat berbahaya memiliki banyak uang tersedia saat kamu ingin membelanjakannya.”

“… Yah, jika kamu bersikeras. Namun, bahkan paling awal kita bisa menikah setelah lulus SMA… Itu masih jauh.”

Menikah saat masih di sekolah bukanlah pilihan yang baik dalam hal opini publik.

Menurut akal sehat, menikah setidaknya setelah lulus SMA, atau bahkan mungkin setelah lulus kuliah.

“Itu benar… aku agak terlalu terburu-buru.”

Arisa tersenyum malu.

Yuzuru tidak bisa menahan senyum juga.

Keduanya berjalan di jalanan malam sambil berpegangan tangan.

Mereka pikir akan menyenangkan jika waktu mereka bersama bisa bertahan selamanya.

Namun demikian, semakin jauh mereka berjalan, mereka semakin dekat dengan waktu untuk berpisah.

“Yuzuru-san. Bolehkah aku bicara dengan ayah angkatku… tentang pertunangan ini?”

Di depan rumah Arisa, Arisa bertanya pada Yuzuru.

Yuzuru mengangguk dengan antusias.

"Tentu saja. Katakan pada ayahmu kalau aku sangat mencintaimu dan ingin menikahimu… Aku juga akan memberitahu ayahku tentang hal itu.”

Sampai sekarang, Yuzuru dan Arisa telah diperlakukan sebagai tunangan sementara.

Tapi Yuzuru berencana untuk meningkatkan hubungan mereka menjadi tunangan resmi.

Dengan begitu, dia akan dapat secara aktif menunjukkan wajah Arisa kepada kerabat dan rekan bisnis keluarga Takasegawa…

Setiap kali Yuzuru keluar di depan umum, Arisa akan diundang sebagai pasangannya.

Dengan kata lain, Yuzuru dan Arisa akan menjadi tunangan dalam nama dan kenyataan.

"Aku mengerti. Kalau begitu, Yuzuru-san… Sampai jumpa besok di sekolah.”

“Ya, sampai jumpa.”

Keduanya saling berpelukan seakan mengucapkan selamat tinggal, dengan tegas menanamkan kehangatan perasaan satu sama lain.

Meski sudah bertunangan, hal itu tak mengubah hubungan mereka secara drastis.

Hanya saja "tunangan" palsu telah berubah menjadi tunangan yang sebenarnya. 

Mungkin hari-hari seperti itu akan terus berlanjut di masa depan.

Tapi tetap saja…

Hubungan mereka telah bergerak maju secara signifikan.


Translator: Exxod

Editor: Janaka

12 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2