Mamahaha no Tsurego ga Motokano datta - Volume 7 Chapter 3 Bahasa Indonesia

 Bab 3


Kegelapan dan kekaguman seorang gadis serius (Yume Irido)

 

Hmm… 'Keluarga' ya?

Asuhain-san berkata dengan cemberut, saat aku aku sedang berusaha mencari ide.

"Bagaimana jika seseorang yang sebatang kara mendapatkan ini?"

Eh? Kita harus berpikir sejauh itu? …Hmm, aku tidak bisa mengatakan kemungkinan itu benar-benar nol…

Ngomong-ngomong, haruskah meminjam orang? Jika begitu bukankah kau memperlakukan mereka seperti properti?

Yah, sekali lagi, perburuan harta tidak akan menyenangkan tanpa tema seperti itu.

Ini sulit…

Dua orang siswi SMA tahun pertama berada di ruang OSIS sepulang sekolah, mengeluh tentang lomba perburuan harta untuk festival olahraga.

Perburuan harta sekolah kami agak unik karena boleh ‘ganti'. Jika pemain mendapat tema yang sulit, ada pilihan untuk lari ke kotak lain yang berisi tema dan mencari barang berdasarkan tema yang baru diambil. Yang pertama akan selalu yang paling sulit, dan setiap pergantian setelahnya akan semakin mudah dan kadang lebih sulit. Itu adalah aturan yang sangat rumit.

Akan memakan banyak waktu untuk mendapatkan tema yang mudah, tapi sulit untuk menyelesaikan tugas pertama.

Mungkin itu adalah permainan yang sangat seimbang, sulit bagi para pembuatnya, yaitu kami, karena kami harus menyiapkan berbagai tema untuk setiap tingkat kesulitan.

Dan bahkan pada saat ini, kami telah menemukan masalah pertama dari level yang paling sulit.

Kita bisa mengaturnya sesulit mungkin, tapi itu tidak adil kecuali kita membuatnya sejelas mungkin, kan?

Kalau begitu, tidak bisakah kita memilih sesuatu yang biasa seperti 'orang yang kamu suka'? Tidak harus romantis, kau bisa membawa teman…

"Bagaimana jika orang itu tidak punya teman?"

Yah, karena dalam permainan ini bisa ganti, kurasa kita tidak perlu khawatir tentang itu …

Namun, jika aku membayangkan diriku adalah siswi SMA seperti itu, aku mungkin akan merasa sedih. Aku tidak memiliki siapa pun yang kusuka, aku juga tidak punya teman seangkatan…

Itu bisa sesuatu yang langka, kan? Seperti seseorang yang memiliki 'sabuk tertinggi seni bela diri'?

Ah, kurasa itu mungkin. Tapi itu adalah hal pribadi meski seru…

…Irido-san, apakah kau benar-benar ingin memasukkan topik yang berhubungan dengan romansa?

Asuhain-san menatapku dengan matanya menyipit padaku.

Aku hanya bisa balik tersenyum dengan ramah,

B-bukannya aku ingin itu, tapi…Kurasa itu pilihan yang populer.

"…aku tidak mengerti."

Asuhain-san bergumam dengan cemberut.

"Apakah sangat menarik untuk menyukai atau tidak menyukai seseorang dan memiliki pacar?"

…Hmm, yah, kurasa itu tergantung orangnya…

Asuhain-san diejek karena namanya saat dia masih kecil, jadi dia sepertinya agak tidak cocok dengan romansa. Aku bisa berempati dengan orang-orang seperti itu, dan mungkin aku juga akan jadi seperti itu jika aku tidak bertemu Mizuto.

Jadi, Asuhain-san, apa yang menurutmu menarik?

Eh?…Kurasa…

Asuhain-san meletakkan jarinya dengan lembut di bibirnya yang indah dan berpikir.

…Kurasa hal yang paling lucu bagiku adalah ketika aku melihat anak laki-laki yang lebih besar tapi memiliki peringkat lebih rendah dariku, di bawahku dalam hal nilai.

"Aku mengerti ..."

Ekspresiku berkedut saat Asuhain-san tersenyum tipis dan gelap. Bukankah gadis ini agak gelap?

Sebaiknya kau persiapkan dirimu selagi masih bisa. Aku sudah mulai bersiap untuk ujian tengah semester.

Eh? Sudah? Ini terlalu cepat…

Ujian tengah semester akan dilaksanakan akhir Oktober, setelah festival olahraga.

Sementara aku tahu itu, aku mengabdikan semua upayaku pada pekerjaan OSIS, sampai-sampai aku tidak belajar.

…Dan kali ini, ada acara yang lebih penting setelah ujian…

Sementara kami berbicara, pintu ruang OSIS terbuka.

"Aku kembali. Bagaimana kabar kalian?"

"Ah, kerja bagus, Ketua."

Wah, kerja bagus!

Ketua Kurenai masuk. Haba-senpai mengikuti di belakangnya.

Haba-senpai diam-diam menuju ke kursinya dan menyalakan laptopnya, dan sementara itu, Ketua mengintip catatan yang telah kami tulis,

"Sepertinya kalian sedang kesulitan."

Ya…kami sedang berusaha membuatnya sulit tapi adil.

"Jadi begitu. Tema yang adil…

Hmm, Ketua meletakkan tangannya di bawah dagunya dengan ringan,

"Joe, apakah kau punya ide bagus?"

Haba-senpai melepaskan tangannya dari keyboard begitu dia dipanggil.

…Juri akan memutuskan apakah barang yang dibawa akan diterima atau tidak. Kupikir tidak apa-apa untuk membuat tema yang ambigu.

"Hmm. Jika tafsirannya luas, kukira itu tidak mungkin untuk dijelaskan. Sebaliknya, ada risiko ditolak oleh juri, yang akan bagus untuk tingkat kesulitan. Misalnya, 'kamu terlihat seperti____'.

"Tentu saja, harus berhati-hati untuk tidak menjelek-jelekkan."

Oh, begitu...jadi ada tingkat kesulitan seperti itu juga. Itu mungkin menarik keluar kepribadian para pemain dan membuat balapan lebih menarik.

Kalau begitu… oke, aku akan memberi kalian ide.

Mengatakan itu, Kurenai-senpai depan cepat menulis sesuatu dengan pena di selembar kertas, melipatnya dengan rapi, dan memasukkannya ke dalam kotak yang sudah disiapkan.

"Apa yang kau tulis?"

"Itu untuk orang yang mendapatkannya."

Ketua mengedipkan mata. Dia selalu mengatakan hal-hal keren, berpenampilan imut, dan sangat licik.

Waah…!

Wajah Asuhain-san memerah saat dia memegangi dadanya. Dia sangat anti-cinta, tapi dia tampak seperti sedang jatuh cinta saat ini.

Ketua Kurenai duduk di kursinya,

Bagaimana kalau kalian berdua pergi membantu Aisa dan tinggalkan pekerjaan membuat tema untuk saat ini. Dia mengadakan pertemuan dengan tim pemandu sorak. Aku penasaran apakah dia bisa menanganinya sendiri.

Mengatakan itu, Ketua melirik Haba-senpai.

Oh? Seperti yang kuduga, Ketua memberiku pandangan lain. Untuk sesaat, aku merasa dia memberikan kode padaku, dan aku menyadari niatnya.

Dia ingin berduaan dengan Haba-senpai.

"Apa? Tapi jika kami berhenti tepat saat kami sedang bekerja—”

Asuhai-san.

Aku tidak punya pilihan. Aku berpikir begitu sambil berdiri.

Kita tidak perlu memikirkan tema sekarang. Masih ada waktu, ayo bantu Asou-senpai untuk saat ini.

"…Ya, baiklah."

Asuhain-san berdiri dengan ragu-ragu, dan aku menariknya keluar dari ruang OSIS. Sementara itu, dia melihat ke arah wajah Ketua Kurenai lagi, bukan pada tema perburuan harta yang kami kerjakan tadi.

Aku pergi ke lorong dan menutup pintu, dan berkata pada Asuhain-san.

…Apakah kau ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Ketua?

Eh!?

Bahu kecil Asuhain-san mengerut, dan kemudian dia berbalik, bibirnya mengerucut.

T-Tentu saja tidak. aku bukan anak kecil…

Saat ini, aku mengingat percakapan antara Ketua Kurenai dan Haba-senpai di ruang kelas kosong saat festival budaya.

Apa yang akan Ketua lakukan di ruang OSIS saat iniAsuhain-san akan pingsan jika dia tahu.

Dan dengan pemikiran itu, aku merasa bahwa rasa suka polos Asuhain-san sangat rapuh dan menggemaskan, dan aku secara alami meraih kepalanya.

"Yoshi yoshi."

"Apakah kau sedang mengejekku!?"

Dia sangat marah.

Tapi aku agak bisa mengerti kenapa Asou-senpai sangat menyukainya.

 

Persahabatan yang lahir dari oppai besar (Yume Irido)

 

Sesuai instruksi Ketua, kami pergi ke ruang pertemuan yang digunakan tim pemandu sorak untuk membuat rencana festival olahraga. Aku bertemu dengan orang yang tidak terduga di sana.

Yumechan!

Wah!? Akatsuki-san!

Saat aku masuk ke ruang pertemuan, sebuah tubuh kecil terbang ke arahku. Aku melihat bahwa itu adalah orang yang kukenal.

"Kenapa kau di sini…?"

Nnn? Karena aku anggota tim pemandu sorak, kau tahu? …Huh~, bau Yume-chan. Wangy wangy.

"Itu menjijikkan!"

Akatsuki-san membenamkan hidungnya ke leherku, dan aku dengan paksa mendorongnya menjauh.

Ah! Belum cukup~! Akatsuki-san menangis, itu hanyalah candaan biasa di antara kami.

Dia menggembungkan pipinya dengan sengaja,

Ayolah, sedikit lagi! Kita sudah lama tidak bertemu sepulang sekolah!

Itukah alasanmu bergabung dengan tim pemandu sorak…?

Wah. Jangan jatuh cinta padaku~, cintaku sangat dalam!

"Jangan khawatir. Aku sama sekali tidak mencintaimu. 

Kau kejam!

Sejak aku bergabung dengan OSIS, semakin sedikit waktu kami untuk bersama. Anggota lain dari geng kami Nasuka-san dan Maki-san, juga memiliki kegiatan klub, jadi aku agak khawatir karena Akatsuki-san tidak memiliki apa-apa untuk dilakukan… aku tidak menduga dia akan mengejarku. . Aku meremehkan Akatsuki-san.

Yah, itu hanya candaan, dan dia bergabung dengan tim pemandu sorak karena dia bosan. Sepertinya dia belakangan ini dia sering membantu kegiatan klub olahraga.

…Em.

Asuhain-san, yang ada di belakangku, menarik ujung seragamku.

"Apakah dia temanmu?"

Ah, maaf Asuhain-san. Dia adalah teman sekelasku Akatsuki Minami. Dia sedikit suka melakukan kontak kulit, tapi dia bukan anak nakal.

Cara Asuhain-san menyembunyikan separuh tubuhnya di belakangku mengingatkanku pada Higashira-san.

Ngomong-ngomong, Higashira-san juga bersembunyi di belakang punggung Mizuto ketika dia pertama kali bertemu Akatsuki-san…

Aku tidak berpikir Asuhain-san adalah tipe orang yang takut pada orang asing, tapi mungkin dia secara naluriah menyadari sesuatu yang membuatnya menjadi takut.

"Oh?"

Akatsuki-san memperhatikan wajah yang tidak dikenalnya. Dia menatap wajah Asuhain-san yang secara mengejutkan berada pada ketinggian yang sama dengannya,

"Apakah ini gadis dari OSIS yang kau bicarakan sebelumnya?"

"Ya. Dia tahun pertama seperti kita, Asuhain R.

Aku Asuhain.

Asuhain-san menyela perkenalannya dan angkat bicara...ngomong-ngomong, dia sepertinya membenci nama lengkapnya..

Meskipun perkenalannya blak-blakan, Akatsuki-san menunjukkan senyum ramah seperti yang diharapkan dan mendekati Asuhain-san.

"Senang berkenalan denganmu! Tinggi kita hampir sama! Aku merasa nyaman berada di sekitarmu! Kita adalah teman chibi, chibi…?

[TL Note: chibi, kecil. Bukan chibi chibi Cherrybelle 😂.]

Mata Akatsuki-san tertarik ke bagian yang terletak di bawah wajah Asuhain-san seperti magnet.

Dia melihat seragam yang menggembung.

Barisan pegunungan yang masih terlihat jelas meski ditutupi penghalang ganda, blus dan blazer, dan dasi yang mengalir seperti sungai di sepanjang lembah.

Uh, oh.

Pada saat aku menyadari kesalahanku, cahaya sudah menghilang dari mata Akatsuki-san.

"…… Apa-apaan ini ……!"

Akatsuki-san mengeluarkan suara penuh dendam yang seolah muncul dari dalam jurang saat tangannya meraih towewe Asuhain-san.


… Hiee? Fueeh?

Asuhain-san tidak mengerti apa yang terjadi saat Akatsuki-san mulai menguleni dua gumpalan daging itu seperti mochi.

"Ini nyata…! Ini benar-benar nyata…! Bagaimana bisa seseorang yang tingginya segini…! Bagaimana mungkin Dewa menciptakan orang seperti ini…?

Tunggu… hei, kau! Apa yang kau lakukan tiba-tiba!?

"Ini tidak adil! Dewa tidak adil~~!

Hyaa, nn…! 

Stoppu stoppu, Akatsuki-san, stoppu stoppu stoppu.

Aku mencoba membujuk kuda yang mengamuk itu saat aku melakukan nelson hold pada Akatsuki-san dan menariknya menjauh dari Asuhain-san, yang memerah saat Akatsuki-san memegang dadanya,

A-apa-apaan itu!? K-kenapa kau meremas dadaku saat kita baru saja bertemu?

Aku hanya memeriksa dengan tanganku sendiri betapa tidak adilnya dunia ini! Betapa tidak adilnya Dewa!

"Erm, terjemahannya adalah, dia iri padamu karena kau memiliki tubuh yang lebih bagus meskipun tinggi badan kalian sama."

Asuhain-san mengerucutkan bibirnya dan melihat ke bawah, ke arah payudaranya, yang dia tutupi dengan kedua tangannya.

…Ini tidak bagus. Bahuku menjadi kaku, sakit saat aku berlari, sulit untuk melihat kakiku, anak laki-laki jadi suka menatapku…jujur, aku lebih iri pada orang sepertimu.

Heh~. Haruskah aku membunuhmu?

Akatsuki-san berkata begitu sambil tersenyum. Aku mencoba menerjemahkannya, tapi aku tidak tidak bisa bagaimanapun aku mencoba.

“—Pfha! Aahahaha!

Selagi aku memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah ini, MasterAsou-senpai tertawa sambil memegangi perutnya.

Yumechi, gadis itu sangat lucu! Dia mengatakan secara langsung keinginannya membunuh pemilik payudara besar!

Ma-maaf, Senpai… aku membuat terlalu banyak keributan sebelum pertemuan dimulai…

Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Kita punya sedikit waktu sebelum pertemuan dimulai. Selain itu, aku juga meremas itu saat pertama kali kami bertemu.

Saat ini, Asuhain-san menatap Asou-senpai dengan tatapan waspada saat dia mundur selangkah. Ada terlalu banyak orang di sekitarku yang meremas payudara orang lain ketika mereka pertama kali bertemu seseorang.

Asou-senpai menatap Akatsuki-san, yang aku tahan dengan nelson hold, dan mata mereka bertemu,

Aku Aisa Asou, Wakil Ketua OSIS!

Aku Akatsuki Minami! Senang bertemu denganmu."

Mata Akatsuki-san meluncur ke bawah lagi.

Perbedaan tinggi antara Asou-senpai dan Akatsuki-san sekitar 20cm. Akibatnya, dada Asou-senpai, meski tidak sebesar dada Asuhain-san, menonjol. Uh oh, mode pembunuh primata Akatsuki-san aktif lagi!

Akatsuki-san menyipitkan mata pada gumpalan daging Asou-senpai selama beberapa detik,

“—Senang bertemu denganmu, Senpai!

Dia mengulangi kata-katanya sendiri seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Dia tersenyum tanpa menunjukkan rasa permusuhan apa pun.

Kali ini, senyum Asou-senpai membeku.

…Hah ya, Minami-san, kenapa kau tidak cemburu dengan payudaraku?

Eh? Apakah tidak apa-apa untuk mengatakannya?

Akatsuki-san memiringkan kepalanya dengan bingung. Apa yang mereka bicarakan? Aku mencoba melihat Asuhain-san, tapi dia juga menghela nafas dengan putus asa. Apa? Apakah aku satu-satunya yang tidak mengerti?

… Mari bicara empat mata.

Asou-senpai menarik tangan Akatsuki-san, dan mereka mulai berbicara di lorong.

Itu berlangsung selama sekitar sepuluh detik, dan mereka kembali, saling merangkul bahu satu sama laim.

Yumechi, kau punya teman yang baik!

Yume-chan, kau punya senpai yang baik!

Wahaha, keduanya tertawa terbahak-bahak bersama.

Teman dan Senpai-ku berteman, seharusnya itu bagus, tapi entah kenapa, aku tidak bisa tidak berasumsi bahwa sesuatu yang menakutkan telah terjadi.

 

Untuk melindungi martabat ketua OSIS (Yume Irido)

 

"Hah? Tidak ada orang di sini.

Aku kembali ke ruang OSIS bersama Asuhain-san dan Asou-senpai setelah pertemuan dengan tim pemandu sorak, tapi tidak ada satu orang pun di dalam.

Asuhain-san melihat sekeliling ruangan dengan tatapan sedikit bingung,

Aneh… kupikir Ketua dan Haba-senpai ada di sini…

"Mungkin mereka harus melakukan sesuatu?"

Aku pergi ke meja pertemuan.

Laptop di meja Haba-senpai masih menyala. Aku melihatnya, dan menemukan kursor berkedip menunjuk salah satu sel Excel. Aku bertanya-tanya ke mana dia pergi sementara file yang dia kerjakan belum selesai.

"Oh! Apakah kalian sudah memikirkan tema untuk perburuan harta?

Asou-senpai melihat kotak di atas meja, berkata begitu,

Sepertinya kalian mengalami kesulitan. Kalian dapat melihat tema tahun-tahun sebelumnya sebagai contoh jika kalian mau. Kupikir kalian dapat menggunakan beberapa dari mereka.

"Apakah masih ada?"

"Kupikir masih. Mungkin itu disimpan ruang referensi di sebelah.

Aku akan mencarinya.

Aku menuju ke ruang referensi yang sering digunakan oleh Hoshibe-senpai untuk tidur siang.

Aku meletakkan tanganku di sebuah pintu, pintu yang tidak mengarah ke koridor,

"—…Biarkan aku pergi. Mereka…segera…kembali…

…Tidak apa-apa…asalkan…mereka tidak menangkap basah kita.

Hmm? Kupikir aku mendengar suara seseorang ... sepertinya.

Aku membuka pintu.

Di ruang referensi yang remang-remang, Ketua Kurenai sedang mendorong Haba-senpai ke bawah.

"Ah."

Mereka berdua berbalik.

""Ah.""

Waktu berhenti sejenak.

Sementara waktu berhenti, aku menyadari bahwa kancing blus Ketua Kurenai terbuka, memperlihatkan bra hitam seksinya, sementara kemeja Haba-senpai sebagian kancingnya terbuka. Saat itulah aku mengerti situasinya.

Dengan pemahaman itu, aku perlahan menutup pintu.

"Oy—!"

Mata Haba-senpai terlihat seolah memohon bantuan, dan kemudian menghilang di balik pintu.

…Ketua Kurenai, kau benar-benar berani.

Dan Haba-senpai, yang telah menolak keberanian itu selama satu tahun, benar-benar tangguh.

Haruskah aku belajar tentang keberanian itu tidak hanya dari Asou-senpai tapi juga dari Ketua Kurenai? Tidak, tapi, sampai saat ini, mereka tidak mengalami kemajuan yang signifikan bahkan setelah satu tahun...para laki-laki di OSIS benar-benar tangguh.

Untuk saat ini, aku akan meninggalkan mereka sebagai tanda solidaritas untuk Ketua Kurenai. Aku diam-diam menjauh dari pintu ruang referensi. Yah, sebenarnya tidak perlu masuk ke ruang referensi, dan mereka bebas melakukan pertempuran kecil mereka sendiri

"Ah!"

Buk! Aku mendengar sesuatu jatuh.

Aku melihat cangkir di sebelah laptop Haba-senpai telah terjatuh.

Dan di sampingnya ada Asuhain-san, blus putihnya berlumuran cairan hitam.

M-maaf! Aku tidak tahu kalau itu masih ada isinya…!

Ran, kau baik-baik saja? Apa itu panas?"

"Yah ... Ini sudah dingin."

"Jadi begitu. Untunglah—"

Asou-senpai menghela nafas lega. Sepertinya dia menjatuhkan sisa minuman Haba-senpai. Mengingat payudara besar Asuhain-san, kurasa dia sering salah mengukur jarak, yang menyebabkan dia menabrak pintu atau semacamnya..

Sekarang, aku ikut prihatin dengan itu.

Ah, kau harus melepasnya dan mencucinya. Ranran, apakah kau membawa baju ganti?

Aku membawa pakaian olahraga, jadi aku akan… pergi ke sebelah untuk ganti baju.

"Silakan—."

Asuhain-san mengambil tas berisi pakaian olahraga. Dia akan pergi ke sebelah.

Sebelah...sebelah?

Ruang referensi!?

"Tunggu! Berhenti! 

!?

Aku buru-buru berdiri di depan pintu ruang referensi, dan Asuhain-san berhenti karena terkejut.

"Apa yang sedang kau lakukan? Tolong minggir, Irido-san.

"Jangan di ruang referensi."

"Huh? Kenapa jangan?"

Erm…k-kau tahu, itu berdebu, kan? Ya! Itu terlalu berdebu dan kotor! Rambut dan tubuhmu bisa kotor!

Bukankah sudah terlambat…

Asuhain-san memelototiku dengan tegas. Ahh serius, apa yang harus aku lakukan~….

Ada apa, Yumechi?

… Ah, ya! Asou-senpai!

……!!

Eh, apa? Matamu….Hmm? Laptop? Dan, ruang referensi.

Tampaknya upaya putus asaku untuk berkomunikasi menggunakan mata berhasil. "Ah." Asou-senpai membuka mulutnya sedikit, dan wajahnya menjadi gelisah. Seperti yang diharapkan dari masterku! Pengamatan yang bagus!

Ah… Ranran, Yumechi benar. Tidak higienis ganti baju di ruang referensi!

"Hah? Apakah begitu?"

"Ya ya! Untungnya, hanya ada perempuan di sini, jadi ganti saja di sini! Ya!"

Asuhain-san sepertinya terbujuk karena situasinya dua lawan satu ini. "Oke ..." dan bingung, dia menjawab begitu dan menyentuh kancing di blazernya.

Sementara perhatian Asuhain-san tertuju pada pakaiannya sendiri, Asou-senpai mendekatiku.

(…Bagaimana keadaan di dalam…?)

(…Ketua sedang menyerang…)

(Woah. Lakukan itu di tempatmu sendiri, dasar iblis wanita jenius…)

Memang. Ini mengganggu ketika dia terlalu agresi.

(Mereka mungkin bisa bersembunyi dengan baik, tapi aku tidak bisa membiarkan Ranran ganti baju saat ada Joe-kun di sana …)

(Ya. Kita harus menjauhkan Asuhain-san dari ruang referensi…)

Jika dia melihat ke dalam ruang referensi sekarang, mulutnya akan berbusa dan pingsan.

"Yosh! Serahkan pada Mastermu ini!

Asou-senpai mengacungkan jempol dan menuju ke arah Asuhain-san yang membuka kancing blusnya.

Ranran, kau memakai bra yang seksi untuk seseorang yang biasanya tidak memakai riasan~

…Ibuku membelikan ini untukku. Sayang sekali jika tidak memakainya.

Ah, kau tidak mencoba merayuku, kan? Maaf! Aku hanya tertarik pada perempuan seperti yang lainnya!

Apakah kau mendengarkanku!? Maksudku, kau tertarik, ha!? 

Bagus. Selama Asou-senpai terus menggoda Asuhain-san, Asuhain-san akan melupakan ruang referensi dan akan berusaha ganti baju dengan cepat. Lalu, saat Asuhain-san keluar untuk mencuci blus kotornya, Ketua bisa keluar dari ruang referensi

Klik.

Pintu terbuka.

Bukan pintu ruang referensi, tapi pintu yang menuju ke koridor.

Yo, bagaimana kabar kalian!

Suara Hoshibe-senpai!

Hah?

Pada saat yang sama saat Asuhain-san berteriak kaget, Asou-senpai segera melesat ke pintu.

Dan kemudian, dengan suara kucing nakal, dia berkata,

Sen! Pai! Aku menunggumu.

"Ah? Asou, apa yang kau inginkan?

Kau tidak memiliki sesuatu untuk dikerjakan, ‘kan? Lagipula kau tidak sibuk, Senpai, ayo pergi kencan sepulang sekolah dengan Aisa! Kencan sepulang sekolah!

Hah~? Bagaimana dengan pekerjaanmu?

Itu sudah selesai~!

Brak.

Pintu ditutup dengan keras.

Suara keluhan Hoshibe-senpai dan suara kucing nakal Asou-senpai memudar.

Seperti yang diharapkan dari Master, dia bisa melakukan itu di saat yang tepat...tapi tidak bisakah dia memberitahu Hoshibe-senpai bahwa Asuhain-san sedang ganti baju?

…Mereka sangat meresahkan…

Asuhain-san yang setengah telanjang bergumam.

Itu benar.

…Ngomong-ngomong, bra dengan sulaman halus yang menopang buah besar Asuhain-san benar-benar imut.

 

Saatnya festival olahraga dan menjauhlah (Mizuto Irido)

 

Janji Atlet! Kami para atlet…

Pertengahan Oktober, suhu udaranya menjadi nyaman. Festival olahraga sekolah kami akhirnya dimulai di bawah langit musim gugur, ditemani hembusan angin sepoi-sepoi. Festival olahraga ini adalah tempat semua siswa berkompetisi dalam olahraga dan memperkuat ikatan, event masa muda yang menumbuhkan sportivitas dan kerja sama tim.

Atau begitulah kelihatannya, dan setelah upacara pembukaan, aku berjalan ke samping lapangan tenis di samping halaman sekolah.

Ah, Mizuto-kun sini~!

"Hei, Irido!"

Ada sebuah bangku di dekat pagar jaring yang tinggi. Isana Higashira dan Kawanami Kogure sedang duduk di sana, mereka kelihatannya kedinginan. Aku mendekati mereka,

Kalian cepat. Butuh waktu cukup lama bagiku untuk melewati kerumunan itu.

"Aku pura-pura pergi ke kamar mandi."

Aku bisa jadi tidak terlihat.

Isana menepuk ruang antara dia dan Kawanami, aku duduk di sana. Ini bukan kursi yang nyaman, tapi berkali-kali lebih nyaman daripada duduk di tanah.

Acara pertama, lari 100m …

Aku bisa mendengar pengumuman dari klub penyiaran di kejauhan. Saat ini, teman-teman sekelasku mungkin sedang berlarian di halaman sekolah, tapi suara itu tidak akan mencapaiku di sini. Seolah-olah kami berada di isekai.

Tempat ini bagus, kan? Kita tidak akan dipanggil untuk ikut lomba selama festival, para guru tidak akan menemukan kita, jadi ini adalah tempat persembunyian yang bagus.

Aku akan memujimu hanya untuk hari ini, pria sembrono. Kau baik dengan memberiku tempat di sebelah Mizuto-kun?

Diam, aku tidak memintamu untuk datang ke sini! Aku hanya memberitahumu karena Irido sepertinya akan menderita di festival olahraga!

"Ya, ya, tsundere tsundere."

Diaaaaaaaaammmmm!

Aku mengeluarkan sebuah buku dengan sampul hitam dari saku bajuku sambil mendengar pertengkaran mereka, kurasa aku sudah mulai terbiasa dengan ini.

Lomba apa yang akan kau ikuti, Mizuto-kun?

Isana membuat ekspresi mengejek Kawanami saat dia menyenggolku dan menyentuh bahuku. Aku membalik halaman,

Permainan bola.

"Hanya itu?"

"Hanya itu."

"Aku hanya ikut tarik tambang!"

Kenapa kau terlihat sangat bahagia, Puyo Puyo?

[TL Note: Puyo Puyo, kayaknya ini ejekan untuk tubuh Higashira yang gemuk walaupun sebenarnya montok. Saya cari malah keluarnya judul game strategi, Puyo Puyo.]

Kawanami berkata begitu dengan tercengang.

Bagaimana caramu memegang tali dengan tanganmu yang Puyo Puyo? Kenapa kau tidak menyingkirkan keempat gumpalan lemak itu dulu, sebelum kau menjadi begitu percaya diri?

[TL Note: empat, 2 oppai, 2 bokong.]

Mau bagaimana lagi! Aku tidak punya pilihan!

"Hah? Kenapa?"

Kau tidak mengerti sama sekali…Mizuto-kun mengerti, kan?

Sambil terkekeh, Isana mencondongkan tubuhnya menjadi lebih dekat. Payudaranya hampir menyentuh sikuku, dan aku tidak punya pilihan selain menghindar sedikit.

(Karena kau tahu, kan? Mizuto-kun, kau satu-satunya yang tahu sesuatu yang lebih kenyal daripada lenganku, kan~?)

Hei, aku mendengarmu! Jangan berani-beraninya kau menggoda Irido saat dia belum siap!

Kawanami, syukurlah kau di sini untuk membantuku dengan tsukkomi.

Sebenarnya, tebakanku adalah Isana tidak ingin berlari dan melompat karena jika payudaranya melambung-lambung akan membuatnya merasa sakityang merupakan masalah penting bagi para gadis.

Apa yang akan kau lakukan, pria sembrono? Aku akan menjaga Mizuto-kun, jadi kau bisa pergi dengan tenang. 

Aku memutuskan untuk melewatkan acara hari ini untuk mengawasimu…!

Jangan lakukan itu karena Minami-san akan menangkapmu. Dia akan menemukan kita juga.

"Benar sekali. Kau boleh menjadi sesembrono yang kau inginkan, tapi kau tidak boleh melewatkannya.

"Aku tidak ingin mendengar itu darimu!"

Kukira festival olahraga tahun ini akan berakhir dengan damai. Jika saja dua orang di kedua sisiku akan sedikit lebih tenang.

 

Peningkatan Pemahaman (Yume Irido)

 

Yo, Yume-chan, apa kau punya waktu sekarang?

Saat acara pagi sedang berjalan, Akatsuki-san mendatangiku saat aku sedang sibuk di tenda panitia.

Akatsuki-san, teman baikku, dia mengambil peran sebagai penghubung antara tim pemandu sorak dan OSIS.

Ah, tentu. Tidak masalah. Ada apa?"

Sebenarnya, ada seorang gadis yang lupa membawa seragam sekolahnya… Aku ingin tahu apakah kalian punya cadangan seragam?

Ah, jangan khawatir. Kami punya cadangan untuk berjaga-jaga jika itu terjadi. Erm, Mungkin ada di kotak kardus di ruang seragam.

Terima kasih ~!

Setelah aku menjawab pertanyaan Akatsuki-san, aku bertanya padanya..

Bagaimana keadaan kelas kita?

"Hmm? B aja, kurasa. Ada yang bersemangat, dan ada yang tidak bersemangat. Memang begitulah festival olahraga, kan?

"Sepertinya…"

Aku tidak akan menjadi bagian dari kelompok yang bersemangat jika aku bukan pengurus OSIS.

Lalu, Mizuto bagaimana?

Tentang itu, aku tidak melihatnya. Kawanami juga! Aku pergi untuk memeriksa Higashira-san, tapi dia juga tidak ada! Mereka bertiga mungkin sedang nongkrong di suatu tempat.

Mizuto, Kawanami-kun, dan Higashira-san…? Aku tidak mengerti, Kawanami-kun dan Higashira-san seharusnya memiliki hubungan yang buruk.

"Hmm…"

Aku berpikir sejenak,

Yah, tidak apa-apa, bukan? Itu lebih baik daripada bosan, tidak melakukan apa-apa.

Tidak ada gunanya memaksa orang yang tidak tertarik dengan festival olahraga. Mizuto dan yang lainnya mungkin begitu.

Hmm, Akatsuki-san memiringkan kepalanya dengan tatapan bermasalah,

Jika pengurus OSIS berkata begitu, haruskah aku kabur juga.

Jangan lakukan itu!

Aha! Jika mereka tidak muncul saat lomba mereka akan dimulai, beri tahu aku! Aku akan segera menemukan mereka!

Akatsuki-san benar-benar akan dapat menemukan mereka dengan cepat. Dia sudah berpartisipasi dalam satu lomba, tapi dia tidak terlihat lelah sama sekali. Penampilannya selama lomba kibasen itu seperti Minamoto no Yoshitsune

[TL Note: di FGO jadi servant class rider.]

Irido-san, kemariah!

Asuhain-san berlari ke sini, dan berhenti saat dia melihat wajah Akatsuki-san.

Sementara Akatsuki-san tidak melihat wajah Asuhain-san, tapi malah melihat dadanya yang ditutupi oleh jerseynya yang tampak ketat,

"…Apa? Kau memakai sporty bra hari ini.

B-Bagaimana kau bisa tahu!?

Yah, ini festival olahraga, jadi tentu saja…

Asuhain-san mundur dengan wajah berwarna merah, dan aku mendaratkan pukulan lembut pada Akatsuki-san.

 

Teman wanita yang tidak akan berhenti tumbuh (Mizuto Irido)

 

Kalau begitu, aku pergi…

Kawanami pergi dengan lesu ketika gilirannya tiba, dan Isana dan aku ditinggalkan berduaan di samping lapangan tenis.

Aku terus membaca bukuku, sementara Isana memainkan beberapa permainan di ponselnya, kemudian berbicara padaku seolah dia mengingat sesuatu.

"Mizuto-kun, Mizuto-kun."

"Ada apa?"

Baru-baru ini, game terkadang mengurangi banyaknya bagian tubuh yang ditunjukkan oleh karakter-karakter wanita guna melewati sensor.

"Oh."

Seperti, membuat mereka memakai stoking. Bagaimana menurutmu?"

…Tidak, tunggu, apa yang kau harapkan dari komentarku?

Seperti, bukankah itu malah membuatnya terlihat lebih erotis?

Kau ingin aku setuju? Kukatakan, aku tidak setuju.

Eh!? Apakah kau berpikir bahwa kaki telanjang terlihat lebih erotis? Apakah kau diam-diam senang melihatku melepas kaus kaki?

Jangan membuat segalanya menjadi rumit sekarang … hanya ada satu orang yang aku suka yang memakai stoking atau celana ketat atau sejenisnya. Itu sebabnya aku tidak bisa mengatakan bahwa aku akan terangsang melihat yang seperti itu.

Eh? Ah… kalau dipikir-pikir, Yume-san memang memakai celana ketat saat kita bertemu.

Dia merasa tidak nyaman menunjukkan kaki telanjangnya. Tapi, sepertinya dia melepasnya di musim panas.

Dan kemudian kupikir dia memang begitu baru-baru ini! Aku sudah lama tidak bertemu dengannya…uehehe.

"Jangan menunjukkan mode om-om mesummu, itu menjijikkan."

Tidak apa-apa untuk terangsang saat melihat kaki Yume-san. Bukankah itu artinya kau menyukainya?

"Tidak, tidak."

Apakah kau tidak pernah melihat Yume-san dengan cara yang erotis?

…Mari kita pisahkan itu.

Hati pria cukup rumit, bukan? Aku bingung.

"Dengar, aku tidak mengikuti instingku sepertimu."

Jadi kau bisa jujur ​​melihatku dengan cara yang erotis jika aku memakai stoking, kan?

"Kita akhiri pembicaraan ini jika aku akhirnya harus mengomandoi penampilanmu."

Hmm…Kupikir lebih baik untuk terbuka tentang hal itu, tapi aku—”

"Maksudku, apakah ada perbedaan antara celana ketat dan stoking?"

"Ada perbedaannya. Ketebalan.

Ketebalan?

Lebih tepatnya ketebalan benangnya. Celana ketat lebih tebal.

Fmmm…jadi maksudmu celana ketat lebih kaya warna?

Mana yang lebih kau suka? Aku lebih suka stoking!

…Jika aku harus memilih, aku akan memilih celana ketat.

Heh? Heeeehhhh~?

Berhenti menyeringai. Aku tidak memiliki maksud apa-apa.

"Tapi aku tidak mengatakan apa-apa ~."

Dan kami melanjutkan obrolan kecil kami yang bercampur dengan hiruk pikuk festival olahraga.

Sementara itu, tampaknya satu lomba sudah berakhir, dan sebuah pengumuman memanggil para peserta untuk lomba berikutnya terdengar.

Para siswa yang akan berpartisipasi dalam tarik tambang putri…

Saat aku mendengar itu, aku menusukkan sikuku dengan lembut ke lengan Isana.

Oi. Kuingat kau mengatakan bahwa kau akan ikut tarik tambang.

Eh? Ah…Itu benar!

Seperti yang kuduga, dia lupa. Hampir saja.

Hah… Ini sangat merepotkan. Yah, kurasa aku akan melakukannya sebisaku.

Kemudian, Isana membusungkan dadanya, dan meregangkan punggungnya…

—Jepret!

Aku mendengar suara seperti itu.

Isana membeku saat dia masih meregangkan tubuh.

…Oi, ada apa? Aku mendengar suara yang aneh.

Tidak… erm… yah…

Isana perlahan meletakkan tangannya di tengah dadanya dengan ekspresi agak cemas, dan wajahnya perlahan memucat.

"…Ini rusak…"

"Apa? Apa?"

…Kait, bra…

Ha?

Kait…? Kait, itu? Sesuatu yang mengikatnya?

"... Apakah itu rusak, sekarang?"

Baru saja… ketika aku meregangkan dadaku, depannya…

Dia memegangi payudaranya dengan tangannya, menopang gumpalan yang hampir jatuh itu.

Apakah kau memakai bra biasa? Aku tidak benar-benar tahu tentang itu, tapi apakah kau tidak punya yang khusus digunakan saat berolahraga? Kau tahu…"

A-aku memakai yang biasa karena kebiasaan, dan terlalu merepotkan mencari sporty bra-ku, jadi aku memutuskan untuk memakai yang ini! Kupikir tidak apa-apa jika aku hanya ikut tarik tambang …

Sungguh orang yang malas, dan juga orang yang malang. Aku tidak berharap itu akan rusak saat ini.

Isana melengkungkan punggungnya dan menutup matanya dengan frustrasi,

Arrghh…! Ini baik-baik saja akhir-akhir ini, aku ceroboh…!

"Sejak awal aku tidak tahu itu bisa rusak ..."

Dulu sering terjadi ketika aku masih SMP. Ukurannya berubah sangat cepat…

Ahhh~…Aku mengerti…

Eh? Apakah itu berarti ... ukuran payudaramu berubah? Lagi!?

Ini baik-baik saja setelah aku masuk SMA… Ini salahmu, Mizuto-kun!

"Hah? Kenapa?"

kupikir kau terlalu berlebihan merangsang hormon wanitaku, Mizuto-kun! Kau meremasnya tempo hari!

Aku tidak meremasnya, tapi… tunggu dulu, apakah… ukurannya benar-benar berubah?

…………

Isana terdiam saat dia melihat ke bawah ke dadanya yang dia topang dengan kedua tangan.

…Kupikir agak sesak saat mengenakan bra, mungkin…

Aku, begitu… Yah, ya, kita masih SMA tahun pertama, jadi itu bisa terjadi…

Mizuto-kun…

Isana berkata, menatapku dengan tatapan memohon.

Mizuto-kun…kau membuatku menjadi ecchi, kau tahu?

…………

Ecchi .H. ecchi. ABCDEFGH.

… Ucapkan dengan benar.

Heh. Itu sindiran ganda.

[TL Note: seperti yang kita tahu ecchi = H. di kalimat “Mizuto-kun…kau membuatku menjadi ecchi, kau tahu?, bisa diartikan menjadi mesum atau menjadi berukuran H (ukuran cup payudara menggunakan alfabet ABCD dan seterusnya).]

Dengan seringai licik, Isana memeluk dirinya sendiri untuk memastikan payudaranya aman.

Yah, jika aku memakai jenis yang bisa disesuaikan ukurannya, aku seharusnya masih bisa mengenakan yang berukuran G cup… tapi kurasa lebih baik memberitahu ibu untuk membelikanku yang baru.

…Jangan tanya aku.

"Menurutmu mana yang lebih baik?"

"Aku bilang jangan tanya aku."

Dia bersenang-senang menggodaku. Aku benar-benar yakin tentang itu.

Aku menoleh.

Ngomong-ngomong, lakukan sesuatu tentang itu. Kau akan terlambat jika tidak.

Hmm, aku tidak punya pilihan kalau begitu… aku tidak punya waktu untuk memperbaikinya, jadi aku akanbaiklah.

Kupikir Isana menggeliat di dalam jerseynya, dia memasukkan tangannya ke kerah bajunya dan mengeluarkan bra merah mudanya.

Oi!?

"Bisakah aku menitipkan ini padamu?"


Dan kemudian dia menjatuhkannya ke pangkuanku. Aku melihatnya, tercengang karena itu masih hangat.

Tidak, tidak, tunggu, ini…!

"Ini juga memalukan bagiku!"

Pipi Isana jadi sedikit merah saat dia menatapku.

Tapi ini jauh lebih baik daripada jatuh saat tarik tambang…! Aku akan segera kembali! Tolong sembunyikan itu di jerseymu! Tolong!"

Mengatakan itu, Isana berdiri.

Sulit dipercaya karena jerseynya tidak menunjukkan lekuk putingnya, padahal dia tidak mengenakan bra. Karena lomba yang akan dia ikuti adalah tarik tambang yang tidak membutuhkan lari atau lompat, tidak akan ada yang sadar bahwa dia tidak memakai bra. Tapi di mataku yang tahu kebenarannya…

"…Aku pergi."

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi kepada Isana yang mengatakan itu dengan tekad yang kuat.

Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah melihat punggungnya, dan kemudian turun ke bra yang dia tinggalkan di pangkuanku yang lebih besar dari telapak tanganku dan masih hangat. Aku benar-benar merasa bersalah, tapi yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menyelipkan itu ke dalam jerseyku.

 

Seseorang hanya bisa berurusan dengan iblis kecil saat berada dalam kondisi terbaiknya (Mizuto Irido)

 

Sekarang, tarik tambang akan segera dimulai! Jangan berpaling dari pertarungan terhormat antar wanita ini!!

Aku menatap ke tengah halaman sekolah, mendengarkan pengumuman yang penuh semangat.

Ada tiga tali yang dihubungkan di tengah, diletakkan di tanah, dan Isana meraih tali kedua dengan kedua tangannya. Dia berdiri di tengah karena mereka berbaris sesuai urutan tinggi badan, sedikit di belakang tengah, dan untungnya, itu bukan posisi yang mencolok.

Aku memperhatikan teman baikku sementara pikiranku memikirkan bra hangat yang kusimpan di jerseyku seperti sandal Oda Nobunaga.

Suara pistol terdengar dan tali-tali itu menegang. Mereka saling tarik menarik. Mereka tampak serius.

Isana menarik tali dengan sekuat tenaga, dan wajahnya memerah. Dia tampak sedikit malu, tapi itu bukan masalah.

Dia tampak baik-baik saja. Tidak ada yang akan memperhatikan bahwa dia tidak mengenakan bra sekarang. Bahkan aku, satu-satunya yang tahu kebenarannya, tidak bisa melihat perbedaannya dengan saat dia memakai bra.

Setelah belasan detik tarik-menarik, tali ditarik dengan kuat ke salah satu sisi, Isana kehilangan keseimbangan dan terseret ke depan.

"…Ah!"

Isana jatuh ke depan dengan bunyi gedebuk. Sementara seluruh timnya tidak tahu apa yang terjadi, aku adalah satu-satunya yang tahu persis apa yang terjadi, dan seberapa buruk situasinya.

Dia sedikit tergores.

Dadanya menghantam tanah.

…Apakah kau baik-baik saja?

Dia tidak mengenakan bra berarti dia tidak punya apa-apa untuk menyangga payudaranya, itu terbentur, dan dia hanya memiliki satu lapis baju yang melindungi payudaranya

Woah! Sementara rekan satu timnya menjerit sedih, Isana diam-diam mengangkat payudaranya.

Dia tampak sedikit berlinang air mata.

Aku merasa kasihan padanya, tapi itu salahnya karena tidak siap untuk itu…

Yah, aku harus segera menghiburnya, dan aku harus mengembalikan ini secepatnya. Itulah yang kupikirkan, dan aku akan menuju ke sana,

"Hah? Mizuto?

Aku mendengar suara yang kukenal.

Untuk sesaat, pikiranku menjadi kosong, dan kemudian aku berkeringat dingin.

Aku tidak tahu kalau kau di sini. Apa yang sedang kau lakukan?"

Dia berjalan ke arahku, dia tidak tahu krisis yang sedang kualami.

Ini diaYume Irido.

Dia tidak tahu kalau aku menyembunyikan bra Isana di balik bajuku saat dia berlari ke arahku.

Yume yang mengenakan jersey dengan ban lengan di lengan kirinya, menandakan statusnya sebagai anggota panitia festival olahraga. Dia tidak akan bersama dengan teman-teman sekelas kami karena dia bagian dari panitia, dan akan berpatroli di sekitar. Aku lengah…!

O-oh!

Aku tidak bisa kabur begitu saja. Aku mengeluarkan erangan samar sebagai balasan atau semacamnya.

Yume memiringkan kepalanya dengan ringan dan berhenti dalam jarak yang cukup dekat untuk menyentuhku. Aku ingin mundur dua, tiga langkah, tapi aku mengumpulkan keberanian untuk tetap diam.

Kudengar kau tidak ada di kelas. Di mana kau bermalas-malasan?

S-siapa yang tahu? Aku tidak perlu melapor itu ke rezim atau apa pun.

"Rezim?"

Fufu, Yume terkikik . Ini bukan waktunya untuk mengobrol dengan damai! Jika kau sibuk, pergilah ke tempat lain!

Kalau begitu, Pemberontak-san, jika kau tidak tertarik dengan festival olahraga, apa yang kau lakukan di sini?

T-tidak ada, aku hanya jalan-jalan—”

Oh, mungkinkah—”

Sambil tersenyum, Yume menatapku.

"Mungkin kau datang untuk menemuiku."

…Gaaaaahhh!

Aku tidak punya waktu untuk diganggu oleh permainan iblis kecilmu sekarang!

"Tidak! Bukan itu! Aku sama sekali tidak berencana untuk menemuimu!

"Apa?"

N-Ngomong-ngomong, aku punya hal lain yang harus kulakukan! Sampai jumpa lagi!

T-tunggu!

Aku mengakhiri percakapan dan kabur.

Kampret, Isana, kau akan membayar untuk ini!

 

Semakin banyak menyerang, semakin lemah pertahanan (Yume Irido)

 

Yu~mechi! Ayo makanoh!

Asou-senpai, yang datang ke tenda panitia saat istirahat makan siang, menatapku dan berteriak seperti walrus.

Aku mendongak dengan lesu,

"…Ada apa…?"

Seharusnya aku yang mengatakan itu! Ada apa denganmu, Yumechi! Kau terlihat seperti atlet yang kalah dalam balapan!

Bukan apa-apa… setelah sekian lama… hanya… hanya, seperti itu… ahaha…

Asou-senpai mengguncang bahuku. Tidak apa-apa ... jangan repot-repot dengan wanita payah ini ...

"Sepertinya kau sakit parah."

Ketua Kurenai muncul dari belakang Asou-senpai.

Aisa, dia terlihat seperti kau ketika kupikir kau akan menembak Hoshibe-senpai, hanya untuk benar-benar menciumnya.

Kenapa kau harus menyakitiku seperti ini!?

Yang kupikirkan saat itu adalah itulah yang terjadi ketika kau terus bertingkah seperti iblis kecil.

"Jenius ini memiliki kepribadian yang mengerikan!"

…Bertingkah seperti…iblis kecil…

… Persis seperti yang dikatakan Ketua…

Yumechi!?

Rasanya seperti menjadi tsundere… Itu menjengkelkan jika dilakukan di kehidupan nyata… gerakan iblis kecil tidak boleh dilakukan berulang-ulang…

Tidak, Yumechi! Kau menyakitiku! Hentikan! Aku tidak akan pernah pulih dari ini~~!!

 

Orang yang dia suka memiliki harga diri yang sangat rendah (Yume Irido)

 

Setelah beberapa saat, aku mendapatkan kembali ketenanganku, dan kami memutuskan untuk melanjutkan percakapan kami sambil makan.

Itu karena kau lapar! Kau menjadi berpikiran negatif karena kau lapar, Yumechi!

Kupikir tidak begitu …

"Iya begitu! Aku juga memikirkan hal-hal yang tidak perlu ketika aku lapar! Benar, Suzurin!?

Aku tidak sepertimu!

Iya kau begitu!

Asou-senpai mencari-cari di dalam tasnya,

Apakah kalian berdua membawa bento? Aku membuat bento, tapiah.

Senpai berkata begitu, dan mengeluarkan sekotak bento yang dibungkus dengan saputangan.

Koreksi, dua kotak.

Mengingat seberapa besar itu, itu jelas untuk dua orang, kan…?

E-erm…

Asou-senpai menatapku dengan canggung.

Y-Yumechi, maafkan aku… Agak sulit untuk mengatakannya, sebenarnya…

Senpai membawa salah satu kotak bento ke dadanya,

…Aku akan memberikan bento ini ke Senpai, oke?

Aku berhenti bernapas.

…Aku senang semuanya berjalan dengan baik…

"Matamu! Matamu mati!"

Sangat berkilau… pemuda manis dan masam ini sangat berkilau… aneh sekali. Aku seharusnya lebih muda darinya, tapi kenapa dia lebih murni dan polos dibandingkan denganku?

Ketua Kurenai terkekeh.

"Tidak apa-apa. Ayo pindah ke ruang OSIS sambil mengagumi upaya menyakitkan Aisa. Di sini terlalu berdebu.

"Apanya yang menyakitkan bokukko!?"

Ketua berjalan keluar dari tenda panitia. Asou-senpai dan aku mengikutinya.

Aku berdiri di samping Ketua,

"Ketua ... apakah ada sesuatu yang telah terjadi?"

"Apa maksudmu bertanya begitu?"

Yah, maksudku… di mana Haba-senpai?

Ketua OSIS dan siswi teladan Suzuri Kurenai cemberut seperti anak kecil.

…Dia kabur.

"Apa?"

"’Reputasimu akan rusak jika kau makan siang bersamaku... tidakkah menurutmu itu kejam untuk dia katakan?"

Woah, Joe-kun benar-benar memiliki harga diri yang rendah, ya?

Asou-senpai berkata dengan tatapan tercengang.

Ketua berjalan semakin cepat,

Itu sama sekali bukan harga diri yang rendah. Itu penyakit. Dia tidak sadar bahwa semakin dia meremehkan dirinya sendiri, semakin dia menyangkal penilaianku saat memilih dia dan mempertahankannya.

Kurasa itu memang membuat frustrasi…tapi bukankah menyenangkan mengetahui bahwa hanya kau yang tahu betapa hebatnya dia?

…………

Ketua Kurenai melirik ke arahku dengan tatapan tercengang.

…Yume-kun. Kau berbisik seperti iblis, kau tahu?

Eh!? B-Begitukah?

Dia ingin memonopoli Joe-kun! Tapi dia juga ingin membual tentang betapa menakjubkannya dia! Suzurin benar-benar serakah, kau tahu?

"Diam."

Ketua Kurenai membuang muka dan berpura-pura menyisir rambut yang menutupi telinganya.

Aku hanya gadis normal dengan otak yang sedikit lebih bagus daripada rata-rata.

"Dan itulah yang Joe-kun katakan padamu?"

"Serius, tutup mulut!"

Aduh!

Ketua tiba-tiba menginjak kaki Asou-senpai sekeras yang dia bisa.

Aku hanya bisa terkikik melihat tindakan kekerasan sederhana yang sangat tidak biasa dari seorang jenius.

 

Bagian sensitifnya terasa tidak nyaman (Yume Irido)

 

Sen~pai , aku di sini untuk mengantarkan makan siangmu!

"Oh terima kasih."

Kau sangat suka menyuruh kouhai-mu bekerja, ya, Senpai? Apakah kau tahu betapa sulitnya bangun pagi untuk membuatnya?

Kaulah yang bersikeras membuatnya…yah, terima kasih. Masakanmu enak.

Yah, dibandingkan dengan Senpai—”

Aku ingin bisa memakannya setiap hari.

“–Fkkkuu!

Oh, tidak, tunggu, itu berarti aku harus berurusan dengan perilaku menyebalkanmu setiap hari… Kurasa aku akan memasak sesekali.

Ahhh…nnggghhh…! Aku akan kembali lagi nanti untuk mengambil kotak bentonya! Sampai jumpa!

Asou-senpai yang tersipu meninggalkan area di mana kelas Hoshibe-senpai berada.

Aku menonton dari kejauhan, dan berkata kepada Ketua Kurenai yang juga menonton.

Aku bertanya-tanya kenapa dia tidak merasa terganggu dengan serangan seperti itu …

Tentu saja karena dia adalah Hoshibe-senpai.

"Kurasa begitu…"

Dia alami dalam hal itu. Dia mungkin tidak terjebak dalam permainan Asou-senpai karena dia selalu melakukan sesuatu dengan kecepatannya sendiri.

Melihatnya dari samping, kurasa ada dua pilihan untuknya. Dia akan salah paham atau menjauh darinya...kelas Hoshibe-senpai, terutama para gadis, menatap Asou-senpai dengan jijik. Seperti yang diharapkan, kurasa gadis-gadis lain juga membencinya…

Asou-senpai kembali ke kami dengan wajahnya masih sedikit merah, dan wajahnya yang sombong sedikit berkedut saat dia membusungkan dadanya.

Apakah kau melihat keberanian mastermu, Yumechi!?

"Ya. Kau terlihat sangat bisa diandalkan juga, Senpai.

"…Oh? Ada apa, muridku? Kenapa kau terlihat sedikit tegang?

"Kupikir bagus kau tidak bereaksi ketika dia berkata 'Masakanmu enak'."

"Kau meremehkanku!"

Bagaimanapun, sekarang setelah Asou-senpai selesai dengan urusannya, kami pergi ke ruang OSIS.

Kami meninggalkan halaman dan pergi menuju gedung sekolah. Dan…

"Oh?"

Ketua Kurenai yang melihat mereka berdua lebih dulu.

Mereka adalah orang-orang yang kukenal. Salah satunya adalah saudara tiri dan mantanku, Mizuto Irido, dan yang lainnya adalah teman baiknya dan temanku, Isana Higashira. Seragam Higashira-san kotor, mungkin karena lomba tarik tambang tadi.

Itu bukan masalah.

Kebersamaan mereka sealaminya sebuah buku yang dibungkus dengan plastik.

Namun, ada satu hal yang menurutku aneh.

Higashira-san terlihat aneh.

Uuu… masih sedikit perih…

"Kau jatuh ke tanah dengan sangat keras ... apakah kau ingin pergi ke rumah sakit?"

"I-itu benar-benar memalukan meskipun ..."

Higashira-san membungkuk saat dia memegangi dadanya, dan kakinya anehnya tertutup sangat rapat.

Dan kemudian, hick , dia terisak sesekali,

Heee!

"Ada apa?"

Sedikit sensitif…kau tahu, meremas…

"Ahh ... ahh, begitu ..."

Ada apa dengan suasana ini?

Suasana unik yang begitu canggung, namun begitu ramah?

Suuu, aku secara emosional menyusut "Ho ho." ketika Asou-senpai berkata,

"Mereka... melakukan itu ya."

Ketua Kurenai menegaskan.

"Mereka benar-benar melakukannya."

Hatiku merasa semakin tidak sabar, dan aku mengangkat tanganku menggoyangnya ke kiri dan ke kanan di depan tubuhku tanpa alasan.

Tidak, tapi, tunggu, kau tidak mungkin melakukan itu selama festival olahraga…

Tidak ada yang akan berada di gedung sekolah selama festival olahraga, kan? Bukankah itu tempat yang sempurna?

Ya ampun, mereka sangat ceroboh. Mereka pikir mereka tidak akan tertangkap basah, tapi mereka tidak bisa menipu mata kami.

Sensitif, huh?

Sensitif, huh?

A-aku tidak tahu! Mungkin putingnya tergores dengan keras ketika dia jatuh saat lomba tarik tambang dan itu menjadi sensitif!

"Tentu saja tidak. Apakah kau pikir dia tidak memakai bra?

"Tidak mungkin seorang gadis menghadiri festival olahraga tanpa memakai bra, dia kan akan berolahraga."

Ughh…!

Aku tidak bisa membantah…! Aku tidak bisa membantah logika itu…!

Tapi dua orang itu yang sedang kita bicarakan…! Pasti ada semacam kesalahpahaman…!

Yah, mungkin Yumechi belum mengerti.

Yume-kun, cepat atau lambat, kau akan mengerti seluk beluk pria dan wanita.

......Kalian bahkan belum pernah berciuman.

""Hah?""

Aku hampir berkelahi dengan mereka.

[TL Note: Yume nantang wkwkwk.]

 

Argumen yang tepat adalah solusi yang paling efektif (Yume Irido)

 

Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku belum pernah melakukan itu! Maksudku, tentu saja, aku belum pernah dengan Senpai…tapi aku tidak bilang aku belum pernah melakukan itu seumur hidupku!

Ini disebut kesalahan logika. Hanya karena kau belum pernah punya pacar bukan berarti kau tidak punya pengalaman melakukan itu, kan? Sebagai sekretaris OSIS, kau harus memperhatikan kata-katamu.

"Ya ya. Maafkan aku."

Setelah mendengarkan alasan tak berujung dari para senpai yang merajuk, kami akhirnya sampai di ruang OSIS.

Entah kenapa, rasanya seperti perjalanan yang panjang… kenapa begitu melelahkan hanya untuk makan siang?

Oh, ngomong-ngomong, apakah Asuhain-san baik-baik saja?

"Hmm? Bukankah dia sedang makan bersama teman-teman sekelasnya?

"Aku akan pergi berbicara dengannya."

"Tapi dia tidak suka sesuatu seperti ini ..."

Memang benar bahwa kami sedang melakukan apa yang disebut obrolan cinta, dan Asuhain-san yang anti-cinta mungkin membencinya...selain itu, aku harus memastikan bahwa hubungan antara Ketua Kurenai dan Haba-senpai tidak terungkap.

Yah, kurasa kita harus menghubunginya…

Asou-senpai berkata sambil membuka pintu ke ruang OSIS.

Lalu aku melihat Asuhain-san sendirian di meja konferensi, membuka kotak makan siangnya.

"Ah."

"Ah."

Asuhain-san berbalik dan menjatuhkan telur dadar gulung yang dia pegang dengan sumpitnya.

Tidak ada cahaya di ruang OSIS. Sinar matahari yang bersinar melalui jendela adalah satu-satunya yang menerangi ruangan yang remang-remang itu, dan seorang gadis kecil ada di sana, makan siang sendirian.

Ketua Kurenai melihat ke dalam ruangan dan memperhatikan keberadaan Asuhain-san.

Oh, itu kau. Kau tepat waktu.

"Apa? Kau di sini? Kurasa kita tepat waktu. 

Eh…Ketua, tidakkah kau memperhatikan bahwa situasinya agak canggung?

Ketua Kurenai menyalakan lampu dan masuk ke ruang OSIS.

Kami baru saja akan makan siang. Apakah kau keberatan jika kami bergabung denganmu?

Y-Ya. Tentu…"

Asuhain-san menjawab dengan canggung, aku mendekat ke Asou-senpai dan bertanya dengan suara pelan.

(Bukankah Asuhain-san punya teman di kelas?)

(S-Siapa yang tahu…? Aku tidak tahu banyak tentang kelasnya…)

Kupikir dia hanya membenci laki-laki, dan dia memiliki beberapa teman perempuan...Jika dia bersusah payah mematikan lampu, dia mungkin ingin bersembunyi di sini, kan...?

Mungkinkah dia tidak bisa beradaptasi dengan kelasnya, berbeda dengan Mizuto dan Higashira-san yang diam di kelas karena keinginan mereka sendiri…? Aku teringat pada diriku sendiri, dan hatiku mulai terasa sakit.

Bagaimanapun, kami masuk dan duduk di kursi yang biasa kami tempati, kecuali Ketua Kurenai, yang meletakkan kotak makan siangnya secara diagonal di depanku, di sebelah Asuhain-san dan di depan Asou-senpai, bukannya kursi Ketua.

Ran-kun, aku yakin kau ini kelas 6. Bagaimana kelasmu?

"Sepertinya. Tidak terlalu buruk…"

Kenapa kau membicarakan tentang kelasnya!?

Aku ingat dia pernah mengatakannya…memang benar ada sesuatu yang sedikit aneh tentang Ketua Kurenai. Andai saja Haba-senpai ada di sini!

Ahh… yang lebih penting!

Seolah ingin mengubah suasana, Asou-senpai mulai berbicara dengan suara ceria.

"Kau ingin membicarakan sesuatu, kan Yumechi, itu sebabnya kita ke sini!"

A-ahh…benar.

Itu benar! Tapi aku berharap kau tidak begitu saja melempar bola ke arahku!

Asuhain-san menatapku dengan acuh tak acuh,

Jangan khawatirkan aku. Aku akan pura-pura tidak mendengar.

U-uuu… menyedihkan…. Itu adalah kalimat yang datang dari seseorang yang biasanya bersemangat dengan situasi orang lain…

Ahh, tapi yah!…Karena kau di sini, aku juga ingin bertanya padamu apakah kau tidak keberatan, Asuhain-san.

"…Hah. Aku tidak tahu apakah aku dapat membantumu ... "

Aku tidak akan membiarkan dia menghilang…! Kami adalah pengurus OSIS! Aku akan memaksanya untuk bergabung dalam percakapan ini! Jika dia tidak menyukainya, seperti Mizuto... maka biarlah.

Aku berpikir sejenak, memilah kata-kataku, dan berkata,

…Ini adalah cerita tentang seorang teman…

Pfft. Asou-senpai menahan tawa. Ya ya ini ceritaku! Jangan tertawa!

Untungnya, Asuhain-san sepertinya tidak sadar akan hal itu, jadi aku memberitahunya apa yang terjadi antara aku dan Mizuto. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku mencoba menggodanya, tapi dia menolak tindakanku dan melarikan diri….

Dia mengatakan kepadaku bahwa dia memiliki firasat bahwa semuanya berjalan dengan baik, tapi kemudian itu terjadi, dan kemudian atemanku tampak bingung …

Hmm, Asou-senpai mengerang,

Pasti ada alasannya. Sesuatu yang mendesak, mungkin?

"Aku tidak tahu…"

Lalu, hmm, Ketua Kurenai mendengus,

Beberapa orang terlalu bodoh hingga mengabaikan pendekatan yang begitu jelas. Kukira satu-satunya cara untuk berurusan dengan orang-orang seperti itu adalah terus menyerang sampai mereka mengerti.

"Apakah begitu?"

Kupikir Mizuto lumayan peka, tapi ada kalanya dia membuat kesalahpahaman yang aneh...Kurasa satu-satunya cara untuk menaklukkannya adalah dengan tetap menyerang. Aku merasa sedikit tidak nyaman karena tahu ada dua orang yang terus menyerang selama satu tahun tanpa membuahkan hasil …

Dan yang terakhir, Asuhain-san, memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu.

Erm… bukankah sejak awal tidak sopan mempermainkan orang?

Tubuh kami membeku.

"Dia mengabaikan keinginan orang itu dan memaksakan keinginannya sendiri, dan dengan segala hormat, temanmu itu pasti kurang akal sehat."

Kami mulai hancur.

Jika dia menyukainya, kenapa dia mencoba mempermainkannya? Normalnya, kupikir si laki-laki malah akan membencinya.

Pikiran kami hancur.

"…Tidak sopan…"

…Kurang akal sehat…

…Membenci…

Apakah begitu?

Apakah memang begitu?

Apakah aku melakukan sesuatu yang normalnya bisa membuatnya membenciku?

"Em, apa aku mengatakan sesuatu yang salah?"

Asuhain-san memiringkan kepalanya, terlihat bingung.

Tidak ada yang salah. Dia sangat benar. Itu adalah argumen yang tepat, yang sangat benar, sepenuhnya benar. Hanya saja aku tidak bisa menerima kebenaran itu….

… Fuu.

Seperti yang diharapkan, orang pertama yang pulih dari critical attack itu adalah Ketua Kurenai.

Itu adalah sudut pandang yang sangat tenang dan logis. Itu benar-benar seperti cara berpikirmu, Ran-kun.

"T-terima kasih banyak!"

Aku akan menghargai komentar itu. Jangan biarkan perasaanmu menyebabkanmu lupa bagaimana melihat sesuatu secara objektif.

Aku terluka karena kata-katamu!

Di sisi lain, mata Asuhain-san berbinar begitu dia dipuji oleh Ketua,

"Ya! Aku akan selalu mempertimbangkan bagaimana orang lain memandangku dan bertindak dengan tepat sehingga aku dapat dengan bangga menyandang jabatan di OSIS!

… Ugh…

Segera, ketua OSIS diam-diam terluka karena ingatan tentang apa yang dia lakukan belum lama ini di ruang referensi di sebelah, itu dapat menurunkan reputasi OSIS.

… N-Ngomong-ngomong.

Aku menutupi luka yang telah kuterima, dan mengumpulkan keberanianku untuk bertanya pada Asuhain-san,

Asuhain-san… menurutmu apa yang amaksudku, temanku harus lakukan?…

Eh? Yah…aku tidak tertarik dengan romansa, jadi aku akan memberimu jawaban secara umum…

"Ya."

"Kenapa dia tidak mengatakannya saja dengan jelas apa yang dia pikirkan?"

Bam! Asou-senpai jatuh ke meja.

Aku tidak akan begitu menderita jika aku bisa melakukan itu!! Aku pada dasarnya bisa mendengar teriakannya.

…Pada dasarnya, katakan saja padanya, ya?

T-tidak, erm, aku mengerti itu sulit dilakukan, kan? Tapi sesekali, kau harus mengungkapkan kata-kata dan tindakanmu untuk menyampaikan maksudmu … menurutku.

…Sesekali, ya?

Itu benar...Aku tidak bisa selalu hanya memikirkan tentang itu.

…Maafkan aku karena terlalu terbawa suasana.

Asuhain-san membuang muka dan berkata dengan lemah.

Eh? Tidak, kau tidak salah.

Aku tahu itu tidak terdengar meyakinkan. Semua itu hanya teori.

Setelah mengatakan itu, Asuhain-san mulai berkonsentrasi pada makan siangnya.

Cara dia menahan diri mengingatkanku pada Higashira-san beberapa waktu lalu.

 

Tidak terlihat (Mizuto Irido)

 

Puting Isana terluka karena jatuh tadi, dan kami kembali ke samping lapangan tenis untuk merawatnya, namun ada tamu tak diundang di sebelah Kawanami.

"Oh, akhirnya kau kembali!"

Akatsuki Minami, mengenakan rok di bawah seragam sekolah pria yang dia kenakan, mencengkeram tengkuk Kogure Kawanami dan menyeretnya.

Aku meliriknya,

Minami-san, apa-apaan pakaianmu itu?

Tim pemandu sorak! Kau seharusnya tahu itu! Betapa tidak pedulinya kau dengan teman sekelasmu!

Ah…

Ngomong-ngomong, aku ingat ada acara pemandu sorak. Sebelum sesi sore dimulai.

Aku sudah menunggu kalian berdua! Kupikir Yume-chan pergi ke ruang OSIS.

Kata-kata Minami-san tiba-tiba menghilang saat dia mengintip Isana yang ada di belakangku.

…Higashira-san, kenapa kau banyak membungkuk?

"Ah! Tidak! Aku selalu seperti ini! Jangan dipikirkan!

Aku penasaran~…

Takut dengan tatapan mata Minami-san, Isana bersembunyi di belakangku. Aku diberitahu bahwa putingnya tergores pakaiannya, jadi dia membungkuk agar tidak tergores lebih parah. Aku sudah mengembalikan branya yang rusak, dan Isana menyimpannya dengan barang-barangnya yang lain di ruang kelas...tapi dia seharusnya perlu memakai sesuatu sekarang.

Yah, itu tidak masalah. Kalian berdua belum makan siang, kan? Yume-chan tidak ada di sini, aku ingin tahu apakah kalian mau bergabung dengan kami!

Tidak masalah, tapi bolehkah aku bertanya, ada apa dengan Kawanami?

Tengkuknya dicengkram dan dia tampak seperti tidak sadarkan diri ...

Ah, orang ini? Jangan khawatir. Dia akan bangun.

"Tidak, aku ingin tahu apa yang telah kau lakukan."

"Bukan apa-apa, bukan apa-apa!"

Menakutkan. Dia tidak mau bicara.

Kalau begitu ayo pergi! Aku berpartisipasi dalam acara pemandu sorak, jadi istirahat makan siangku cuma sebentar.”

Minami-san menyeret Kawanami seolah itu normal.

Pergelangan tangan Kawanami terlihat dari lengan jerseynya, dan aku bisa melihat ruam yang muncul di pergelangan tangannya.

 

Persahabatan yang sangat dekat mirip dengan hubungan romansa (Mizuto Irido)

 

Kupikir sejak Yume bergabung dengan OSIS, Minami-san tidak punya orang lain untuk diajak makan siang bersama dan itulah alasan kenapa kami diseret, tapi aku salah.

Ta-da! Ini dia Isana Higashira!

Oh~!

Oh~! …Oh~~?

Dua gadis yang sering bergaul dengan Yume dan Minami-san mulai bertepuk tangan sambil menatap dada Isana.

Salah satunya memiliki potongan rambut bob dan aura bosan. Yang satu lagi lumayan tinggi dan tampak ceria dan atletis seperti Minami-san.

Isana tampak gelisah dan menarik-narik siku jerseyku.

(O-Orang yang tidak dikenal…! Ada orang tidak dikenal di sini!)

Isana adalah orang yang sangat pemalu dan pendiam, dia sekarang ketakutan seperti tupai yang berhadapan dengan singa. Aku tidak tahu apa yang Minami-san rencanakan, tapi kurasa aku harus menengahi.

Errmm…

Aku memiringkan kepalaku saat aku melihat mereka berdua bersuara, "Ahh." dan Minami-san bertepuk tangan,

Yang tampak tidak antusias adalah Nasuka Kanai, dan yang terlihat berisik adalah Maki Sakamizu!

Eh!? Kau tidak ingat nama kami? Kita sekelas, kan? Dan apa maksudmu berisik, Akki?

Aku tidak tahu nama-nama orang yang tidak memiliki hubungan denganku. Senang bertemu denganmu~, senang bertemu denganmu~.

"Apa? Apakah aku begitu tidak populer!

Dia memang berisik. Sakamizu, Sakamizu, Sakamizu, ya? Dan aku benar-benar mengerti apa yang dimaksud Minami-san dengan tidak antusias. Kanai, Kanai, Kanai… benar, sekarang aku ingat, setidaknya untuk hari ini. Meskipun aku tidak yakin, apakah besok aku masih ingat.

Senang bertemu denganmu, tapi kenapa kami diajak ke sini? Aku akan memberitahumu lebih dulu, Isana akan bertingkah seperti rusa yang disorot oleh lampu mobil setiap kali dia bertemu seseorang yang baru pertama kali dia temui.

Kurasa dia akan mati. Yah, kami berbicara tentang betapa sepinya sejak Yume-chan pergi dan hanya tinggal kami bertiga~, dan aku ingat bahwa kami pernah mengobrol tentang ingin berkenalan dengan Higashira-san, jadi kami memutuskan untuk mengajaknya.

"Mintalah izin padanya dulu."

Ah, benar, Higashira-san, maukah kau makan siang bersama kami?

Isana melirik Sakamizu dan Kanai, lalu berkata,

Erm..sebenarnya…tidak masalah, tapi…

"'Dia lebih dari senang'!"

Ugh…

Terjemahan Minami-san yang terlalu bebas menyebabkan Isana semakin menciut. Dia mungkin ingin mencoba meringankan suasana, tetapi dia tidak seharusnya memutarbalikkan kata-kata orang lain.

Minami-san membuang Kawanami, yang dia seret tadi, menyiapkan dua kursi di dekat Sakamizu dan Kanai, dan duduk di salah satunya.

Kau bisa duduk di sini, Higashira-san. Silakan.

Y-Ya …

Isana tampak khawatir saat dia menjawab, dan aku mengambil kursi.

Sementara itu, "Sangat menyedihkan ..." "Dia seperti tuna yang terjerat." Sakamizu dan Kanai berkomentar saat mereka melihat Kawanami yang ditinggalkan.

Aku meletakkan kursiku di sebelah Isana dan duduk, dan Isana akhirnya duduk di kursi yang disiapkan untuknya.

Begitu mereka melihat itu, Sakamizu dan Kanai bergumam.

Itu sangat besar.

Itu sangat besar.

"Itu memantul-mantul."

"Itu memantul-mantul."

"Kalian berdua tidak boleh melakukan serangan verbal."

...Dia tidak memakai bra. Jika sesuatu terjadi, aku harus melindunginya.

Melihat betapa gugupnya Isana, aku berbicara dengannya dari samping.

"Isana, apakah kau bawa makan siang?"

"Ah iya. Aku bawa. Eh? Menurutmu apa kotak yang ada di pangkuanku ini?

Tidak, kupikir diaNatora-san tidak membuatkanmu makan siang.

"Sepertinya ayah berhasil hari ini."

Ahhh…

Oh, ayah Higashira yang belum pernah kutemui, sepertinya dia berhasil memerintah ibu Isana untuk membuatkan makan siang.. Tidak, mungkin dia hanya berbagi tugas, karena kuingat Natora-san orangnya…

Apakah makan siangmu itu buatan sendiri, Mizuto-kun?

Yah, Yuni-san bersemangat di hari-hari seperti ini.

Ibumu benar-benar baik. Aku ingin menukar ibuku dengannya.

Aku benci membayangkan Natora-san menjadi ibuku.

"Hmm."

"Jadi begitu…"

Kanai dan Sakamizu, yang menonton percakapan kami, mengerang dengan muram, sementara entah kenapa Minami-san menyeringai.

Jadi, bagaimana menurut kalian?

Aku belum bisa berkomentar.

Tapi, bukankah mereka hanya berbicara tentang keluarga mereka? Apakah keluarga mereka juga memiliki hubungan?

Apa yang mereka bicarakan?

Minami-san dan yang lainnya membuka makan siangnya. Minami-san tampaknya membeli roti dari toserba, sementara dua lainnya membawa bento.

Ngomong-ngomong, apa tidak masalah bagimu untuk di sini, Nasucchi?

Maki Sakamizu berkata sambil membuka kotak makan siangnya yang sedikit lebih besar dari milik orang lain di sini.

Bukankah kau harus makan dengan pacarmu yang lebih tua~? Apakah ini waktunya untuk melihat payudara besar~?

Hari ini tidak masalah. Yah, aku merasa kasihan pada Minami-chan yang dicampakkan oleh Irido-chan.

Siapa yang dicampakkan!? Siapa!? 

Hmm. Memang benar bahwa Yume menghabiskan lebih sedikit waktu bersama Minami-san sejak dia bergabung dengan OSIS. Karena itu, aku mengira dia akan jadi lebih rewel.

Minami-san merobek bungkus rotinya dan mengunyahnya,

Aku sudah dewasa! Aku sudah menjadi orang dewasa yang bisa dengan senang hati melepas kepergian teman kesayanganku!

Hoo.

Kau tumbuh begitu cepat. Baru seminggu yang lalu, kau menangis dan mengatakan kepada kami bahwa kau mulai kesepian.

I-itu… proses pertumbuhan, proses pertumbuhan!

Yah, aku ingat saat awal-awal kami masuk SMA. Aku tidak akan dengan bodohnya menerima lamaran pernikahannyaaku berasumsi Kawanami adalah alasan kenapa dia begitu pendiam akhir-akhir ini, tapi mungkin juga karena dia memiliki teman selain Yume.

Ah…Mizuto-kun, Mizuto-kun.

Saat aku membuka bentoku, Isana mengintip tanganku.

Ayo bertukar lauk… aku suka ayam gorengmu.

Ah, aku mengerti? Buka lebar-lebar."

Mm~

Aku mengambil sepotong ayam goreng dengan sumpitku dan menjatuhkannya ke mulut Isana yang terbuka seperti anak burung.

Dia mengunyah seperti tupai, pipinya mengembang,

Deliesu~

Kalau begitu, aku akan mengambil Daigaku-imo ini.

Fumofu!?

Aku mengambil salah satu Daigaku-imo dari kotak makan siang Isana dan dengan cepat menjatuhkannya ke mulutku.

Isana menelan ayam goreng itu, dan meraih bahuku,

Itu salah satu lauk favoritku!

"Aku tahu."

Kau sengaja melakukannya!

"Ini pertukaran antara yang disuka dengan yang disuka, kan?"

Biasanya kau memilih apa yang kau suka, Mizuto-kun!

"Tapi tidak ada yang terlalu kusuka atau tidak kusuka."

Yang terpenting adalah makan. Begitulah caraku hidup.

Isana mengerucutkan bibirnya,

Mizuto-kun, menurutmu masakan rumahan tidak cukup, ya?

"Apakah kau berencana untuk membuat makanan?"

"Aku hanya berpikir aku telah kehilangan salah satu strategiku."

"Kau tidak membutuhkan salah satu dari itu sekarang, kan?"

Tidak. Aku meneliti siang dan malam untuk mencari tahu bagaimana membuatmu lebih memanjakanku.

"Aku senang melihatmu begitu ambisius."

"Apakah kau ingin aku membuatkanmu gambar nakal?"

Apa-apaan itu?

Jika nafsu makan tidak bekerja, mungkin nafsu seksual akan bekerja.

…Kau akan mendapat masalah jika aku membiarkanmu melakukan itu. Baiklah, aku akan sedikit lebih memanjakanmu. Ini ayam goreng.

Ya! Mmm, mmm, mmm.

Aku memberinya sepotong ayam goreng lagi, dan gadis-gadis yang menyaksikan seluruh percakapan kami mulai berbisik-bisik satu sama lain.

(Tunggu, hubungan mereka seperti itu?)

(Mereka tidak ragu-ragu untuk melakukan ‘ooh' dan ‘ahh'. Itu menakutkan.)

(Ngomong-ngomong, mereka hanya teman.)

(Itu bohong! Itu pasti bohong! Mereka pasti memiliki hubungan lain yang tidak diketahui orang lain!)

(Irido-chan juga harus sangat berhati-hati.)

Dan kemudian, itu terjadi.

Kogure Kawanami, yang telah lama terdiam di tanah, tiba-tiba berdiri.

Hyaahhh?

Isana kaget dan menempel di bahuku…oy. Kau tidak memakai bra.

Saat aku dengan santai melepaskan bahuku dari sentuhan lembut yang menakutkan itu, kepala Kawanami yang tertutup tanah terhuyung-huyung ke arah Minami-san dan yang lainnya.

Apakah aku… baru saja mendengar sesuatu yang sangat tidak menyenangkan…?

Itu hanya Imajinasimu. Ini, tangkap.

Minami-san dengan mudah mengabaikan suara iblis Kawanami dan dengan lembut melemparkan roti lain di tangannya.

"Makan siang. Aku membeli itu untukmu. Menangislah dengan air mata terima kasih!

Ahh?

Kawanami membersihkan kotoran di belakang kepalanya dan menatap roti itu dengan ekspresi muram.

…Aku lebih suka roti kari.

Kupikir kau akan mengatakan itu, jadi aku membeli itu juga. Ini."

"Oh? Terima kasih."

Dia melemparkan sebungkus roti lain, dan wajah muram Kawanami langsung memudar.

Melihat itu, Sakamizu dan Kanai mulai mengobrol diam-diam lagi.

(Tunggu, mereka berdua juga menjalin hubungan, kan?)

(Atau apakah mereka sebenarnya sudah menikah?)

…Aku tahu aku mendengar sesuatu yang sangat tidak menyenangkan.

Mungkin itu memang bukan hanya Imajinasimu.

Ya ampun. Tidak bisakah orang-orang ini makan dengan tenang?

(Hiiee! M-Maaf…putingku sedikit…)

Kau juga.

 

Diam-diam menonton aksi mantan pacar (Yume Irido)

 

Eh? Si adik Irido?

Kami baru saja makan siang bersama, tapi dia pergi setelah kami selesai makan.

"Ya, ya! Dia bersama Higashira-san! Aku cukup yakin mereka bersama.

"Begitulah."

Setelah istirahat makan siang berakhir, aku ke area tempat kelasku berada, tapi Mizuto tidak ada di sana.

Aku terkejut dia makan siang bersama Maki-san dan Nasuka-san, sepertinya Akatsuki-san memaksanya untuk bergabung dengan mereka. Kami bertukar kontak dengan Higashira-chan~ begitu kata Nasuka-san, jadi sepertinya semuanya berjalan dengan baik.

Akatsuki-san pergi untuk berpartisipasi dalam acara pemandu sorak. Sebagai tambahan, aku tidak bisa menemukan Kawanami-kun, jadi mungkin dia bersama Mizuto dan Higashira-san.

Aku ingin bertemu Mizuto sebentar sebelum kembali bekerja…

Ketika aku kembali ke tenda panitia, acara pemandu sorak telah dimulai.

"Terbang! Terbang! Tim! Merah!"

Sebuah tim yang terdiri dari campuran laki-laki dan perempuan sedang bersorak diiringi tabuhan drum.

Akatsuki-san adalah yang terkecil di tim itu, tapi dengan penampilannya yang mengesankan dan gerakannya yang tajam, dirinya yang bersinar benar-benar membuat orang-orang di sekitarnya kewalahan.

Seseorang sedang menontonnya dari sisi gedung sekolah yang sulit dilihat.

"Hah? Kawanami-kun.

"Ah."

Segera setelah aku berbicara dengannya, Kawanami-kun menunjukkan wajah malu.

Mungkin dia tidak ingin ada orang melihat bahwa dia sedang menonton Akatsuki-san.

Aku tersenyum dan tertawa,

Dia benar-benar bersemangat, ‘kan? Akatsuki-san telah bekerja keras.

"Hmm, yah ... dia melakukannya dengan baik untuk orang bertubuh kecil."

Kawanami-kun berkata sambil menggaruk kepalanya, mencoba mengelabuhiku. Mereka berdua tidak bisa jujur.

…Jangan beritahu siapapun tentang ini, Irido-san. Jika dia tahu, dia akan terbawa suasana dan mengatakan 'kau diam-diam menonton aksi mantanmu ya'.

"Ya. Aku paham."

Aku menjawab, dan kemudian aku memikirkan sesuatu.

"Jadi, bisakah kau memberitahuku sesuatu?"

"Hmm?"

"Di mana Mizuto dan Higashira-san?"

Dan kemudian, Kawanami-kun menyeringai licik.

"Apa? Apakah kau penasaran?

...Erm, yah, aku ini pengurus OSIS. Aku harus melacak para siswa yang sedang bermalas-malasan.

Yah, aku akan menerima alasan itu. Membosankan jika langsung memberi tahumu di mana mereka berada ... tapi yah, kau tahu aku di sini. Kurasa tidak apa-apa.

Kawanami-kun bergumam dan menunjuk ke samping halaman sekolah.

Samping lapangan tenis. Di sana suasananya tenang dan santai.

"Aku mengerti ... Terima kasih."

Astaga, dia benar-benar orang yang tidak suka bersosialisasi.

Aku memiliki pekerjaan yang harus dilakukan saat ini, tapi aku harus memeriksanya ketika aku bisa.

 

Puting pertama (Mizuto Irido)

 

Acara sore dimulai, dan Isana dan aku kembali ke samping lapangan tenis.

Haaa… akhirnya, sekarang aku bisa santai…

Lagi pula, dia sedang tidak memakai bra. Dia tidak boleh tampil seperti itu di depan umum.

"Tidak bisakah kau melakukan sesuatu untuk memperbaiki itu atau semacamnya?"

Eh? Mungkin…mungkin kita bisa menggunakan penjepit atau semacamnya?

"Aku tidak tahu. Kau pikir aku akan merekamnya atau apa.

Aku tidak punya. Lagipula kita tidak ada pelajaran hari ini.

Apakah kau ingin bertanya kepada guru apakah kau dapat meminjam itu?

…Eh…

Kau tidak suka ide itu, ya?

Aku merasa… ini bukan masalah besar… melibatkan para guru adalah hal terakhir yang ingin aku lakukan …

"Yah, aku mengerti perasaanmu."

Bagi orang-orang seperti kami, mengandalkan orang lain adalah pilihan terakhir.

Tidak apa-apa karena kau tidak bisa melihatnya sekarang, Mizuto-kun. Lebih mudah untuk bergerak, dan putingku tidak akan terlihat di balik jersey ini.

Jangan katakan itu sekarang.

Aduh. Hehehe.

Aku memukul Isana dengan lembut, dan dia terkikik.

Kemudian, dia membuka ritsleting jerseynya sedikit dan mengintip ke dalam dengan dagunya ditarik ke belakang.

Tapi yah, itu mengejutkanku. Aku tidak tahu pakaian olahraga begitu tipis. Mereka benar-benar terlihat.

Jangan katakan itu dengan santai.

Lihatlah. Mereka sangat gemuk…

Jangan perlihatkan mereka!

Fuehehe. Kau sangat imut dan tidak berpengalaman, Mizuto-kun!

"Apakah kau tidak terlalu terbawa suasana akhir-akhir ini?"

Eh?

Sangat bagus bahwa kau mendapatkan kepercayaan diri… tapi kupikir sudah waktunya bagimu untuk belajar sesuatu yang disebut hierarki…

Eh? Eh? Apa yang akan kau lakukan dengan tinju itu?

Aku mengarahkan tinjuku ke pelipis Isana. Pada saat itu,

Aku mendengar suara pelan dari suatu tempat.

"…Hai. Apa kau yakin tidak ada orang di sini?

Aku yakin kita tidak akan ketauan…

Nnn…!

Isana dan aku bertukar pandang, dan melihat ke belakang kami sambil menahan napas.

Di sisi lain pagar jaring, di sekitar pintu darurat di bayang-bayang gedung sekolah ada sepasang laki-laki dan perempuan yang tidak kami kenal.

Laki-laki dan perempuan itu, mengenakan pakaian olahraga, saling berpelukan dan menempelkan bibir mereka satu sama lain.

(Hoaahh…!Ah! Fuaaah…!)

Tepat di sebelahku, Isana menjerit pelan.

Sepertinya kami bukan satu-satunya yang tidak menganggap serius festival olahraga ini…yah, kurasa itulah yang terjadi jika kalian adalah sepasang kekasih.

Dan kemudian, saat aku masih merasa terkejut dengan adegan itu,

"Ah…! K-kau tidak boleh…!

"Maafkan aku. aku akan …

"I-Ini berakhir jika seseorang datang ..."

Laki-laki itu dengan cepat menarik ujung kaos olahraga gadis itu.

Pemandangan bra gadis tidak kukenal yang tiba-tiba terlihat itu membuatku membeku.

(Hah…? Kau bercanda… d-di sini? Tunggu, Mizuto-kun!)

"(Woah!)"

Pada saat yang sama jari-jari laki-laki itu menyelinap ke bawah bra si gadis, Isana segera melompat ke sampingku dan mendorongku jatuh di bangku.

Sesuatu yang lembut menekan dadaku. Aku menunduk untuk melihat wajah Isana yang menatapku, tonjolan yang sedang terjepit itu terlihat dari kerah jerseynya. Dan kemudian, melalui kain jersey, aku bisa merasakan sesuatu yang kecil dan keras bercampur dengan kelembutan balon air

(…Kau tidak boleh).

Isana berbisik seolah dia sedang menghembuskan napas.

(Mizuto-kun, puting pertamamu pasti milik Yume-san…bukan milikku.)

…Tidak ada yang bilang kalau aku belum pernah melihat mereka sebelumnya.

Faktanya, selain melihat mereka, apa yang

(...Apakah kau baru saja secara terang-terangan menambahkan namamu ke dalam daftar?)

(Ah… -oooo-tentu saja, aku akan menyerahkan pengalaman pertamamu pada Yu-YuYume-chan, oke?)

Sudah terlambat, bodoh.

 

Itu untuk orang yang mengambilnya (Yume Irido)

 

Aku memiliki tugas sebagai anggota OSIS, jadi aku harus membatasi jumlah lomba yang kuikuti sebanyak yang diikuti Mizuto, dan sekarang akhirnya, giliranku.

Sekaranglah saatnya! Lomba khas Rakurou, perburuan harta!

Karena aku tidak pandai berolahraga, aku tidak bisa ikut dalam lomba atletik seperti balapan. Itu sebabnya aku ikut perburuan harta ini.

Aku tidak pernah berpikir bahwa aku harus mengerjakan tugas yang kubuat sendiri.

Sebagai orang yang mengerti dengan jelas betapa sulitnya menemukan barang atau orang sesuai tema tanpa ganti, mau tak mau aku jadi berkeringat dingin. Aku harus siap untuk ganti tema dan tidak terlalu terpaku pada tema yang sulit.

Haa, aku sangat gugup~! Bagaimana jika temanya terlalu sulit?

Aku menuju garis start bersama dengan peserta lain yang memiliki wajah agak ceria dibandingkan dengan lomba lainnya.

Ada tiga meja yang ditempatkan berjauhan satu sama lain di halaman, dan di setiap meja, ada kotak-kotak berisi kertas dengan tema benda untuk diburu oleh setiap peserta.

Peserta harus lebih dulu berlari ke meja terdekat dari garis start dan mengambil satu kertas dari kotak di sana. Peserta bisa ganti tema dengan berlari ke meja lain. Tema benda yang harus diburu akan menjadilebih mudah setiap ganti, tapi itu akan menghabiskan lebih banyak waktu.

Tugas pertama juga sulit tapi bukan tidak mungkin untuk diselesaikanhanya saja, semoga aku tidak mengambil tema 'seseorang yang menurutmu imut atau keren'! Asuhain-san bilang dia akan kasihan pada orang yang dibawa jika juri menolaknya, jadi kenapa aku menambahkannya!?

Bersedia—”

Aku mengambil ancang-ancang, berdoa kepada Dewa.

Pada saat ini, aku lupa.

Aku lupa bahwa aku hanya memiliki pengalaman buruk sebagai hasil dari berdoa pada Dewa.

Siapmulai!

Semua peserta, termasuk aku, berlari menuju meja pertama.

Sepertinya ada banyak orang sepertiku yang tidak begitu percaya diri dengan kemampuan atletik mereka, dan itulah alasan kenapa aku tidak menempati urutan paling belakang.

Tapi masalahnya akan dimulai sekarang. Aku adalah orang ketiga yang mencapai meja, lalu aku mengambil satu kertas melalui lubang salah satu kotak.

Sekarang, mereka telah mencapai area pertama! Tema apa yang akan mereka dapatkan!?

Sementara aku mencari-cari dan mengaduk-aduk kertas di dalam kotak, dua orang yang telah mengeluarkan kertas yang mereka dapat dari kotak membaca isinya dan berteriak.

"Apa-apaan ini~?" Eh!? Wah…eh!? Seriusan!? 

Aku jadi takut melihat apa yang akan kudapat, dan kemudian selembar kertas tersangkut di jariku.

Ah, terserahlah, ini dia! Tolong…!

Aku mengeluarkan kertas itu, dan membukanya dengan takut.

…Eh…?

Untuk sesaat, aku bingung.

Aku adalah orang yang memutuskan tema, namun,

Aku tidak tahu tema ini.

Baik aku maupun Asuhain-san tidak pernah membuat tema seperti ini.

Itu untuk orang yang mengeluarkannya

"Ah."

Mungkinkah…ini yang dimasukkan oleh Ketua Kurenai?

Aku tidak pernah menduga bahwa aku yang akan mendapatkannyaada lusinan tema. Apakah Ketua bisa melihat masa depan…?

Aku menatap tema buatan Ketua, sambil berpikir. Sementara itu, peserta lainnya mengambil tema satu per satu,

"Ganti ganti ganti!" "Mustahil!"

Dan kemudian mereka lari ke kotak kedua.

Tidak peduli berapa kali aku memikirkannya, aku hanya bisa memikirkan satu orang yang cocok dengan tema ini.

Tapi, itu, hampir seperti

Sesekali, kau harus mengungkapkan kata-kata dan tindakanmu untuk menyampaikan maksudmu.

"…Kurasa begitu."

Terkadang aku harus menunjukkannya dengan tindakan.

Lagi pula, aku yakindia tidak akan bisa kabur setelah ini.

Aku menggenggam kertas itu dan mulai berlari ke arah yang berbeda dari peserta lain.

Wah! Irido dari Kelas 1-7 tidak akan ganti! Dia akan memburunya!

Aku lari seolah-olah aku didorong oleh komentator itu.

Ke lapangan tenis di sebelah halaman sekolah.

Tapi,

"…Hah?"

Aku sampai di samping lapangan tenis yang dikatakan Kawanami-kun.

Tapi baik Mizuto maupun Higashira-san tidak terlihat di manapun.

 

Tanggung jawab untuk menolaknya (Mizuto Irido)

 

Ini seperti kejadian saat kita di kafe manga…Kurasa kita terlalu sering menemui kejadian seperti saat itu, ya?

Isana duduk di bangku tua "Uehehe." dan mengeluarkan senyum linglung,

Aku pun duduk di sampingnya,

Aku tidak tahu apakah kita harus menyebut insiden di kafe manga itu seperti kejadian ini… bagaimanapun juga, dunia ini terlalu kacau.

Tidak apa-apa, kan? Angka kelahiran sedang menurun saat ini.

Menolak kemanusiaan dan kembali menjadi monyet bukanlah cara untuk melawan penurunan angka kelahiran.

Sungguh, kami seperti binatang… Mau tak mau aku mengingat kembali tindakan yang kulakukan saat SMP, dan akhirnya aku semakin membenci diriku sendiri karena mereka. Kukira begitulah cara kami, sebagai pengamat, memandang mereka…

Tapi yah… itu membuka cara pandang kita, ‘kan?”

Hehe, Isana terkikik, dan menyatukan ujung-ujung jari tangannya di depan mulutnya.

"Ada apa?"

"Aku menyadari bahwa sesuatu seperti itu bisa benar-benar terjadi— tidak hanya terjadi di manga atau video seks ... itu jelas, tapi aku dulu berpikir seperti itu."

… Ahh…

Yah, aku sendiri tidak yakin.

Tiba-tiba terasa lebih nyata ketika melihat orang seusia kami, yang satu sekolah dengan kami, benar-benar melakukan hal seperti itu.

Atau mungkin aku merasakannya lebih jelas daripada ketika aku masih SMP, ketika aku membeli alat kontrasepsi di masa hubunganku dengan Yume sedang panas-panasnya.

…Aku juga bisa melakukannya, ya…?

Isana memalingkan wajahnya dan bergumam pada dirinya sendiri.

Untuk sesaat, aku berpikir untuk berpura-pura tidak mendengarnya, tapi kemudian, setelah memilih kata-kataku dengan hati-hatiaku membuka mulutku.

Sebenarnya, yah… ya, secara fisik.

Hanya saja… sulit dibayangkan. Mungkin akan terasa lebih nyata jika aku sedang menjalin hubungan?

Aku tidak bisa bertanya kenapa dia menanyakan itu padaku. Siapa pasangannya dalam 'jika' itu?mengingat apa yang dia katakan, dia sepertinya tidak mengisyaratkan sesuatu, itu mungkin karena dia memang tidak pernah memikirkannya.

Mungkin dia tidak terbawa suasana.

Mungkin dia telah menggunakan satu-satunya cinta yang dia miliki untukku.

Aku bukan tipe orang yang bisa melakukan sesuatu yang merepotkan seperti jatuh cinta berkali-kali. Tidak, mungkin aku harus mengatakan bahwa aku tidak perlu melakukannya. Aku tahu persis apa yang dia maksud, karena aku juga sama.

Sebagai seorang teman, aku berharap bisa mewujudkannya suatu saat.

Tapi aku juga yang telah membuat itu tidak mungkin…dan itulah kenapa kami hanya berteman.

"Yah,"

Aku menjawab.

Kau terlihat seperti akan mengejarnya dengan keras jika itu terjadi, dan juga cenderung menjadi gila.

"Betapa kasarnya!...Tapi aku tidak akan mengatakan apa-apa tentang itu."

Isana memeluk lututnya di bangku seperti yang selalu dia lakukan di perpustakaan.

Dia kemudian meletakkan mulutnya di atas lututnya dan bergumam.

… Mau bagaimana lagi, kan? Seperti, aku siap untuk move on ... tapi nyala api cintaku tidak pernah padam, kau tahu.

Seperti yang diharapkan, aku tidak bisa mengomentari itu.

Dengan mulutnya masih dilutut, Isana melihat ke samping, ke arahku,

"Apakah kau akan marah jika aku memberitahumubahwa aku sebenarnya masih mencari kesempatan?"

"... Seperti?"

"Seperti saat kita dewasa dan kita minum bersama."

"Itu lebih realistis dan menyeramkan daripada yang kukira."

Setelah sedikit menggoda, aku melihat ke samping, dan menjawab,

"Apa pun yang kau pikirkan bukanlah urusanku."

"…Apakah begitu?"

Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Jadi aku akan bertanggung jawab karena menolakmu.

Aku tidak mencoba membodohinya. Kukira itulah tanggung jawab yang kudapatkan.

Kau tidak perlu khawatir tentang apa pun. Ini sepenuhnya pilihanku untuk menjadi temanmu.

…Haaah~

Isana tiba-tiba menghela nafas dengan keras dan menjatuhkan wajahnya ke lutut.

Aku ingin melakukan sesuatu yang erotis~~~! Aku ingin diacak-acak oleh Mizuto-kun~~~!

"Hai! Suaramu terlalu keras!

"Bukankah kau memberitahuku bahwa aku bebas untuk memikirkan apa pun yang aku inginkan?"

Kau tidak boleh mengatakannya dengan keras, kau tahu!

Ehehe.

Isana mendongak, melirik, dan bergeser untuk menutup jarak di antara kami.

"Aku sedikit lega."

"…Lega kenapa?"

Mizuto-kun, kau akan bertanggung jawab karena menolakku, kan? Jika begitu, bahkan jika aku tidak memperhatikannya…kau akan memastikan bahwa aku tidak akan melewati batas itu, kan, Mizuto-kun?

"Yah ... begitulah..."

Aku punya firasat buruk tentang ini.

Isana memberiku senyum licik dan mengganggu.

Dengan kata lain…kau tidak keberatan jika aku melakukan sesuatu yang erotis padamu, kan?

"Kenapa kau—?"

"Woah!"

Lengan Isana dengan cepat terulur dan melingkari leherku.

Dia memelukku erat seperti boneka binatang, dua tonjolannya menempel di dadaku, diselimuti kelembutan yang tak dapat dijelaskan dan kehangatan kulit manusia.

"Di sini di sini ~ Jika kau tidak memastikan bahwa aku tidak melewati batas, kita tidak akan hanya berteman lagi!"

Apa maksudmu, 'tidak akan hanya berteman'? Lepaskan aku!

Eh~? Kau ingin seorang gadis mengatakan itu? Tentu saja—"

Cukup, cukup, cukup, cukup! Kau tidak perlu mengatakan apa-apa lagi, menjauhlah dariku~…!

Tidak~! Aku tidak peduli tentang itu!

Dia benar-benar terbawa suasana! Terlepas dari tanggung jawabku untuk menolaknya, aku harus memukulnya

"Higashira-san."

Baik Isana dan aku membeku mendengar suara yang datang dari suatu tempat.

Tanpa memisahkan tubuh kami, kami dengan canggung menoleh ke arah suara itu seperti mesin berkarat.

Di sana ada Yume.

Dia, terengah-engah, mendekati bangku tempat kami berada, selangkah demi selangkah.

Ekspresinya serius, marah.

Dia berhenti di depan kami, dan Isana perlahan menarik dirinya menjauh dariku, seolah dia menjauh dari binatang yang sedang mengamuk.

Yu-Yu-Yume-san… ini, erm, ya, ini hanya candaan antar teman…

"Higashira-san."

Ketika namanya dipanggil lagi, Isana membeku dan lidahnya berhenti.

Fuu, Yume menahan napas. Aku bisa melihat butiran keringat kecil menetes dari pelipisnya.

Kemudian, sekali lagi, Yume berbicara,

Saat ini… aku sedang melakukan perburuan, kau tahu?

Eh?

Sementara Isana bingung, Yume mengulurkan tangannya.

Dia meraih tanganku.

Itu sebabnya—”

Memegang tanganku dengan kuat, dia menatap mata Isana,


“—Bisa kan aku membawa Mizuto kembali, sebentar saja?

kata Yume.

Isana mengedipkan matanya saat menghadapi kata-kata yang membingungkan itu.

Eh? Jika untuk perburuan harta, kau—”

"Aku akan membawanya kembali."

Yume berkata lagi, kali ini sambil tersenyum.

"…Bisa kan?"

Y-ya-ya tentu saja!

Isana dengan patuh menjauhkan diri dariku, suaranya yang menyedihkan.

Baiklah, Yume menegaskan, dan menarik pergelangan tanganku, memaksaku berdiri.

Akhirnya, dia berkata kepadaku,

Karena itu, tolong.

…Bukankah seharusnya kau meminta izin padaku?

"Lagipula kau tidak akan mau, jadi aku akan menyeretmu saja."

Itu penganiayaan!

Saat aku dibawa pergi, Isana, yang seperti bawahan yang baru saja dipecat, menatap kosong ke udara sendirian.

Aku sudah…diperingati…….Uehehe…

…Kenapa gadis itu begitu terkesan?

"…Aku tidak tahu."

Aku tidak bisa bertanggung jawab untuk itu.

 

Caramu memandangku (Mizuto Irido)

 

Yume memegang tanganku, dan aku diseret ke halaman..

Apa temanya?

Jadi aku bertanya, dan Yume berpikir sejenak sebelum berkata.

Aku tidak bisa memikirkan orang lain selain kau untuk tema ini?

Dia bilang dia tidak bisa memikirkan siapa pun selain aku. Tidak ada seorang pun kecuali aku.

Keluarga? Aku tidak bisa melihat orang tua datang ke festival olahraga..

Saudara? Dia bisa mencari orang lain di dunia, dan itu tidak harus aku.

Atau—

Kupikir aku dipilih karena aku yang paling mudah dia bawa. Aku berasumsi begitu, sesuatu yang bisa dia dapatkan tanpa berusaha.

Apakah tidak masalah?

Aku tidak berpikir itu tidak mungkin. Ada banyak tanda-tandanya. Aku bisa saja salah paham.

Tapi tetap saja, aku tidak bisa berhenti berpikir.

Apakah tidak masalah?

Tidak mudah untuk memenuhi penilaian juri.

Ahh, saat ini, aku benar-benar sadar. Hubungan kami ini benar-benar rumit.

Seseorang yang aku suka…

Apakah itu.

Katakan, Yume.

Bagaimana kau memandangku sekarang?

“—Ini dia! Irido dari Kelas 1-7 telah kembali! Dengan seorang anak laki-laki! Dia membawa seorang anak laki-laki bersamanya!

Semua mata dan sorakan diarahkan padaku, dan aku merasa terganggu.

Tapi Yume menarik tanganku dan berlari melewati halaman, seolah mencoba menghilangkan gangguan itu.

“—Mereka mencapai tempat tujuan! Jika juri menyatakan mereka memenuhi syarat dari tema didapat, mereka akan menjadi juara satu! Apa tema yang didapat oleh Irido?

Yang menunggu kami di tempat tujuan itu adalah sosok yang kami kenal.

Itu adalah Suzuri Kurenai, ketua OSIS, yang bertubuh kecil tetapi memiliki watak yang unik.

Dengan senyum santai, dia menatap Yume yang berlari dengan terengah-engah, dan kemudian ke arahku.

Temamu.

Yume diam-diam menyerahkan kertas di tangannya.

Kurenai-senpai membuka kertas itu, melihatnya, dan tertawa terbahak-bahak.

"Jadi, kau siap untuk jujur?"

Yume tersenyum malu.

"Ya. Setidaknya untuk hari ini.

Begitu dia mendengar jawabannya, Kurenai-senpai berbalik ke arah meja penyiaran dan membuat lingkaran besar dengan kedua tangannya.

"Selesai! Sepertinya mereka memenuhi syarat!

Yume menerima kembali kertas itu dari Kurenai-senpai, menoleh ke arahku dan berkata.

"Ayo pergi."

Pada akhirnya, aku tidak tahu aku dibawa untuk apa, aku dibawa ke meja penyiaran. Yume menyerahkan selembar kertas itu kepada seorang anggota tim penyiaran, seolah-olah itu sudah dilatih sebelumnya. Penyiar, dengan mikrofon di tangannya, membuka kertas Ohhh!? begitu… dan tertawa terbahak-bahak sambil melihat wajahku.

Saatnya mengungkapkan temanya! Tema yang didapat oleh Irido dari kelas 1-7 adalah—”

Aku jadi gugup, dan segera setelah itu, peranku yang sebenarnya diumumkan dengan jelas melalui mikrofon.

“—Orang yang ingin aku ajak menyelesaikan balapan bersamaku!

Oohh…! Saat itu siswa-siswi yang menonton berseru.

Dia ingin... menyelesaikan balapan bersamaku?

Dia memilihku? Kenapa?

Irido! Aku ingin mendengar alasanmu! Yang kamu bawa ke sini ... adalah teman sekelasmu Irido Mizuto-kun! Kalau tidak salah kalian berdua adalah saudara, kan?

Kenapa kau mengatakannya dengan sangat mendetail, Penyiar-san?

Aku dapat melihat bahwa perhatian siswa-siswi terfokus pada Yume sementara penyiar berbicara seperti paparazzi. Orang yang ingin dia ajak menyelesaikan balapan bersamanyaada terlalu banyak interpretasi untuk itu. Jika dia memilih seseorang dengan jenis kelamin yang sama, semua orang akan menganggap mereka hanya teman baik, tetapi jika itu adalah seseorang dari jenis kelamin yang berbeda, jelas akan ada yang berpikiran aneh-aneh. Dia tahu itu

"Begitulah—"

Tidak terintimidasi oleh mikrofon yang diarahkan padanya, Yume menjawab tanpa ragu-ragu.

Bagaimanapun juga, aku ini brocon.

[TL Note: setelah 6 volume, akhirnya muncul lagi “deklarasi brocon” ini wkwkwk.]

Itu adalah jawaban yang sederhana.

Dia tidak mencoba mengelabui siapa pun, juga tidak ada keraguanitu hanya jawaban langsung yang mengundang erangan dan tawa dari orang-orang di sekitar.

Pfft. Penyiar yang mengarahkan mikrofon ke Yume tertawa terbahak-bahak,

"Jadi begitu! Itu masuk akal! Inilah Yume Irido-san yang menjadi juara satu!

Prok prok prok, kami diberi tepuk tangan, dan Yume membawaku kembali ke area tunggu.

Mereka yang tidak tahu tentang kesulitan kami mungkin akan menganggap itu sebagai lelucon.

Tapi—untukku.

Mungkin asumsiku ini terlalu naif.

"Katakan—"

"Sesekali."

Saat aku hendak berbicara, Yume berbalik.

Aku juga akan jujur, kau tahu?

Dia mencengkeram pergelangan tanganku dengan kuat, seolah dia menangkapku.

Dia menatap mataku, seolah memohon padaku.

Yume berkata.

Itulah sebabnya… aku akan sedikit sedih jika kau kabur.

…Kabur? Aku?

Saat dia mengatakan itu, aku langsung sadar.

Aku sedang menyembunyikan bra Isana di dalam jerseyku ketika dia berbicara kepadaku, dan karena panik, aku kabur.

… Ahh.

Dia mengkhawatirkan itu... ya?

"…Baiklah…"

Karena kejujurannya, aku pun menjawabnya dengan jujur,

"Aku tidak akan bisa mengatasinya jika kau mencoba menangkapku seperti yang kau lakukan hari ini."

Dan saat aku melanjutkan, pada akhirnya, kata-kata kasar juga keluar.

Ahh, tidak bagus kurasa itu terlalu sulit bagiku.

[TL Note: itu, maksudnya berkata jujur.]

Kukira Yume akan kesal karena itu, tapi ternyata dia malah tersebut gembira.

"Kurasa aku harus menangkapmu kalau begitu."

"Apakah kau ingin mengekangku?"

Jika aku membiarkanmu, kau akan melakukan sesuatu yang nakal pada Higashira-san, kan?

"Dia yang melakukan itu padaku!"

Kukuku, Yume terkikik.

Sekarang aku akhirnya mengerti, aku akhirnya tahu bagaimana kau memandangku.

Sorak-sorai dari arena lomba bergema di langit musim gugur yang tak berujung.

Adapun kami, kami tidak tahu ke mana tujuan kami, tidak sama sekali.

 

Menara Kesombongan (Yume Irido)

 

Semua kegiatan Festival Olahraga SMA Rakurou telah berakhir—”

Festival olahraga berakhir tanpa hambatan, dan bersih-bersihnya hampir selesai. Aku akhirnya mengendurkan bahuku.

Ini adalah pertama kalinya aku mengelola sebuah acara sejak aku bergabung dengan OSIS ... Seperti, yang kuduga itu sangat sulit, tapi aku merasa jauh lebih puas daripada saat aku SMP. Aku selalu tidak bisa bersenang-senang, dan kurasa aku lebih suka terlibat aktif dalam acara-acara seperti ini.

Yume-kun, Ran-kun. Aku akan mengurus sisanya. Kalian bisa pergi sekarang.

Tidak, Senpai, aku akan menyelesaikan…

Asuhain-san.

Asuhain-san mencoba menunjukkan keseriusannya, tapi aku dengan lembut menghentikannya.

Turuti kata-kataku. Apa kau tidak lelah?

"Benar. Biarkan Senpai melakukan sesuatu sebentar.

"…Ya." Asuhain-san yang tidak senang tertunduk mendengar kata-kata Ketua Kurenai yang terhormat.

Asuhain-san jelas sangat bersemangat, tapi secara fisik, dia tidak bisa terus bekerja. Baik Ketua maupun aku memperhatikan bahwa dia sering terengah-engah sambil berusaha agar kami tidak memperhatikannya. Jika dia terus memaksakan dirinya terlalu keras dengan tubuh kecilnya, dia akhirnya harus membayar harganya.

Kalau begitu, terima kasih atas kerja kerasmu.

…Terima kasih atas kerja kerasmu.

"Ya terima kasih."

…Lalu.

Aku dengan santai menatap Haba-senpai, yang diam-diam berdiri di samping Ketua.

Ketua sibuk selama festival, memberikan instruksi kepada anggota komite olahraga ... mereka berdua mungkin ingin membuat kenangan di antara mereka di akhir festival..

Aku tidak ingin terlalu menekan mereka dan membuat mereka gila di depan orang lain seperti terakhir kali.

Aku menarik Asuhain-san bersamaku, dan kami pergi ke ruang OSIS. Pertama, aku perlu berganti baju dari pakaian olahraga yang berdebu karena aku berada di luar ruangan sepanjang hari,

Bagaimana festival olahraganya?

Aku memutuskan untuk basa-basi dan bertanya pada Asuhain-san, yang berjalan di sampingku,

Dengan nada kaku seperti biasanya, Asuhain-san berkata,

Yah…menarik melihat karya Kurenai-senpai dari dekat.

…Bukankah itu kesanmu tentang Ketua, bukan festival olahraga?

Itu menyenangkan. Kupikir aku lebih cocok untuk mengelola acara daripada berpartisipasi dalam lomba.

Fufu. Aku mengerti."

…Aku kesulitan dalam olahraga, mengingat panjang anggota tubuhku. Dan lebih jauh lagi, aku memiliki banyak beban berlebihan yang melekat padaku…

Asuhain-san mengangkat payudaranya yang terkulai.

Akatsuki-san akan membuat keributan jika dia mendengar itu,

Sepertinya kau benar-benar kesulitan… mereka seperti beban yang menggantung.

Aku tidak berpikir kau tidak terbiasa dengan perasaan itu. Milikmu sepertinya tidak kecil.

"Benarkah?"

Kupikir mereka lebih besar daripada rata-rata.

Eh, ya. Aku punya satu teman yang memiliki ukuran yang sangat besar, kurasa karena itu aku jadi tidak terlalu bisa membandingkan… juga Asou-senpai tampaknya memiliki ukuran yang sedikit lebih besar daripada aku.

Eh?

Eh? Apa?"

Aku melihat Asuhain-san, yang terkejut, dari sampai. Apa? Apakah aku mengatakan sesuatu yang aneh?

Asuhain-san berhenti selama beberapa detik, tampaknya sedang memilah kata-katanya,

Tidak… tidak ada apa-apa.

Sekarang aku jadi penasaran.

Jika kau tidak menyadarinya, maka…

Eh? Apa? Bicaralah!

"Lebih penting lagi, sebentar lagi kita akan menghadapi ujian tengah semester."

Tidak, jangan mengubah topik pembicaraan. Apa yang tidak kusadari?

Jangan sampai prestasimu turun hanya karena kau sibuk dengan OSIS. Itu tidak sepadan dengan usaha yang telah kau lakukan sampai saat ini.

Kau mengabaikanku!? Itu menakutkan menakutkan menakutkan!! 

Sementara itu, kami tiba di ruang OSIS. Asuhain-san dengan cepat meletakkan tangannya di pintu,

"Jika kau punya waktu untuk mengkhawatirkan hal-hal sepele seperti itu ..."

Saat dia membuka pintu, dia membeku dengan mulut terbuka.

"Ah."

Saat aku mengintip ke dalam, aku juga membeku.

"Ah!"

Asou-senpai, yang ada di dalam, berbalik dan membeku.

Ya, itu Asou-senpai.

Asou-senpai melepas pakaian olahraganya di ruang OSIS.

Dia mengenakan pakaian dalam berwarna pink muda, baik atasan maupun bawahan. Sporty branya ada di atas meja, dan tangannya di belakang punggungnya mencoba mengaitkan kait bra-nya, yang menunjukkan bahwa dia sedang mengganti pakaian dalam olahraganya ke pakaian dalam biasa.

Masalahnya bukan pakaian dalam itu sendiri.

Masalahnya adalahapa yang ada di balik bra itu.

Mereka kecil.

Himalaya Asou-senpai biasanya begitu besartapi saat ini, aku hanya bisa melihat gundukan kecil yang tertutup bra.

Bmungkin tidak. Mereka tidak akan seukuran itu jika dia membuka branya. Mereka sebesar itu.

Dan kemudian, mahkota kemuliaannya.

Di bawah cup branya ada beberapa lapis segitiga ...

…… bantalan ……

Wajah Asou-senpai menjadi pucat saat dia menatap kami, dia menjatuhkan diri, dan bantalan yang sangat membesarkan ukuran payudaranya terlepas dari branya.

Aku tidak tahu ... dia memakai banyak bantalan ...

Memakai satu bantalan itu sudah biasa, tapi dia memakai banyak … sampai pada titik di mana dia mengubah A cup menjadi E…

Aku sangat terkejut dengan tumpukan konyol itu, menara kesombongan itu, hingga pikiranku jadi kosong.

Saat ini, pikiran Asou-senpai mungkin lebih kosong daripada pikiranku.

Lihat, dia diam dan berlinang air mata.

… Haa.

Asuhain-san menghela nafas dan berjalan ke arah Asou-senpai yang membeku.

"Ini adalah keajaiban bahwa rahasiamu belum terungkap sampai sekarang, jadi jangan khawatir tentang itu, Senpai."

Mendengar kata-kata menghibur dari Asuhain-san yang tingginya sekitar 147cm dan dadanya sekitar E-F cup, Asou-senpai menoleh dan mulai menggigil.

……?

"Ya?"

Asou-senpai meraih ujung jersey Asuhain-san.

Kau tidak mengerti…!

Hyaaaah!

Zooop! Tangan Asou-senpai mengangkat baju Asuhain-san, menyebabkan Asuhain-san berteriak.

Mereka bergoyang-goyang~!!! Aku ingin milikku juga bergoyang-goyang!! Bantalan ini hanya bisa meluncur!

Berhenti… sakit-sakit! Jangan guncang mereka…!

"S-Senpai, tenang, tenang!"

Aku akhirnya mengerti.

Itu sebabnya dia sangat klop dengan Akatsuki-san.

 

Dunia yang sama (Yume Irido)

 

Uuu, uuu… itu tidak mungkin. Begitu aku mulai memakai ini…aku tidak bisa kembali jadi seperti sebelumnya…aku percaya mereka akan menjadi nyata, aku benar-benar percaya…tapi aku terus menambahkan bantalan…uuu. 

Asou-senpai menjadi gila karena rahasianya terbongkar, dan kemudian Asuhain-san dengan tenang memeluknya seperti boneka binatang.

Aku sudah cukup terkejut karena dia memakai bantalan tapi fakta bahwa dia memakai sebanyak itu lebih mengejutkan lagi, ‘kan? Bahkan setelah rahasianya terungkap, dia terus memakai bantalan itu.

Ngomong-ngomong… tidak apa-apa kalau kau tidak mau menjawab.

"Apa? Yumechi…? Milikmu juga besar…kau ini siswa baru…?

Tidak, sebenarnya… apa Hoshibe-senpai tahu tentang itu?

…………

Asou-senpai diam-diam berbalik.

Asuhain-san, yang sedang memeluknya, mengerutkan alisnya dan tercengang.

"Apakah laki-laki sebodoh itu hingga tidak menyadarinya?"

A-Asuhain-san…itu berarti aku juga bodoh…

"Maafkan aku. Tapi kurasa bahkan seseorang yang sehebat mantan Ketua tidak menyadari bahwa anak perempuan dan laki-laki melihat dunia secara berbeda, ya?

Yah, mungkin begitu …

Ada banyak contoh ketika kupikir aku telah membangun beberapa hubungan, tapi ternyata tidak. Sebagai sesama gadis, aku tidak menyadari kebenaran tentang Asou-senpai, mungkin itu tidak tergantung jenis kelamin.

Aku ingin tahu apakah Mizuto paham perasaanku hari ini…?

…Yumechi…jangan pernah, membocorkan tentang ini…

Entah kenapa, Asou-senpai berkata dengan suara gelap sambil menepuk kepala Asuhain-san.

Pastikan, kau selalu, selalu, selalu merahasiakannya… Aku akan sangat, sangat, sangat, sangat membencimu jika kau membocorkannya…

Seharusnya kau mengatakan kebenarannya pada Senpaiow!?

Jangan terbawa suasana, kouhai. Aku akan meremas payudaramu.

"K-Kau sudah meremasnya!"

Dengan itu, festival olahraga pertamaku sebagai pengurus OSIS berakhir.

Terima kasih atas kerja kerasmu…

Aku meninggalkan ruang OSIS sendirian, dan langit di luar jendela berubah menjadi merah.

Aku selalu berpikir bahwa sejak musim panas setiap hari terasa begitu pendek. Waktu bergerak begitu cepat, terutama sejak festival budaya, dan aku telah mencoba yang terbaik untuk mengejar ketertinggalan.

Benar-benar berbeda dari enam bulan yang lalu ketika aku baru mulai tinggal seatap dengan Mizuto, ketika setiap hari terasa sangat lambat.

Aku sudah terbiasa dengan keseharian ini, dan katalis tambahan sepertinya mempercepat waktuku…

Tetap saja, aku tidak boleh kehilangan konsentrasi. Ujian tengah semester tinggal sebentar lagi. Dan kemudian

Aku mengganti sepatuku di loker sepatu dan pergi ke gerbang sekolah.

Sebagian besar siswa-siswi pasti sudah pergi sekarang. Aku adalah satu-satunya yang sedang berjalan di sini.

Dan begitulahaku segera memperhatikannya.

Aku melihat seorang anak laki-laki yang kukenal sedang bersandar di salah satu pilar gerbang sekolah.

"Hah…? Mizuto?

…………

Saat aku mendekat, Mizuto menarik punggungnya menjauh dari pilar dan mendekatiku.

Dia telah berganti pakaian dari jersey ke seragamnya. Kurasa yang ini lebih cocok untuknya.

Aku berpikir begitu ketika aku berkata kepada Mizuto yang berhenti di depanku.

"Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sedang menunggu Higashira-san?

…Isana sudah pergi.

Eh?

Lalu kenapa…?

Aku memiringkan kepalaku, dan Mizuto dengan ragu membuka mulutnya dan membuang muka karena malu.

…Festival olahraganya masih berlanjut sampai kita tiba di rumah.

……?

Bukankah biasanya karyawisata yang begitu?

Aku sangat tidak bijaksana karena berpikir begitu, dan Mizuto berkata terus terang.

"Kau ingin ... mencapai tujuan bersama, kan?"

…Ah.

Ahh….

AAAAAAAAAAAA~~~~.

—Apa? Adik tiri ini terlalu manis.

Apakah dia berniat untuk menghormati keinginanku? Atau dia hanya menggodaku? Atau dia hanya mencoba menunjukkan penghargaannya atas kerja kerasku sebagai pengurus OSIS?

Aku tidak ingin terlalu terbawa suasana, tapi aku berasumsi bahwa aku telah memenangkan hatinya.

Tidak ada keraguan bahwa perasaanku tersampaikan, sebagian atau bahkan seluruhnya.

Aku yakin kami berada di dunia yang sama.

"…Apa? Jangan diam saja dan memasang wajah sombong. Itu menyeramkan."

Hm~? Kukira tidak begitu.

Aku sedikit membungkuk dan melihat ke wajah Mizuto dari bawah.

Aku yakin dia bisa menangani mode iblis kecilku.

Aku baru saja berpikir bahwa kau juga siscon … kau tahu?

"Hah?"

"Haruskah aku menjadi adik perempuanmu hanya untuk hari ini, onii-chan?"

"Hentikan. Itu menyeramkan."

ONII-CHAN~~~~~~

YA-ME-RO!

Mizuto berkata begitu dengan kesal, tapi dia tidak kabur.

Kami berjalan bersama, melewati gerbang sekolah.

Di sana, tidak pita garis finis.

Bahkan setelah pulang ke rumah, bahkan setelah hari ini berakhir, tidak akan ada pita apapun.

Tapi aku masih ingin mencapai tujuan bersamamu.

Aku tidak tahu kita harus menuju ke mana, tapi aku tidak ingin bersama siapa pun kecuali kau.

 

Translator: Janaka

5 Comments

  1. Beh berdemage hanya saja
    Perkembangannya terlaku berlarut menurut gua
    Cepat balikan dan jadian sana

    ReplyDelete
  2. Ini yg gw tunggu. Menurut gw bagus g terlalu cepet biasanya yg vol awal langsung jadian ngebosenin.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2