Tenkosaki - Chapter 26 Bahasa Indonesia


 

Bab 26 - Untuk besok, bolehkah aku meminjam Haru-chan?

Saat itu hari Jumat, hari terakhir sekolah sebelum libur akhir pekan. Malam sebelum hari janjian antara Hayato dan Haruki untuk membeli smartphone untuk Hayato.

Saat pagi hawanya panas dan lembab dan tidak mereda bahkan di malam hari.

“Haa ~Huu ~tadaimaaa~ Onii, es krim~”

[TL Note: tadaima = aku pulang]

"Ada beberapa di kulkas, ambillah."

“Oh, Hime-chan, selamat datang kembali~.”

Ketika Himeko yang basah kuyup karena berkeringat sampai di rumah, dia disambut di ruangan ber-AC oleh kakaknya, Hayato, yang sedang bekerja di dapur, membuat makan malam, dan Haruki, yang sedang berbaring di sofa ruang tamu sambil membaca manga.

Haruki berjanji untuk makan malam bersama mereka, dan segera pergi mengunjungi rumah Hayato dan Himeko.  Karena mereka berteman baik, dia tidak keberatan.  Mungkin dia juga merasa kesepian.

Namun, penampilan Haruki sangat mengerikan, begitu santuy hingga Himeko tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat alisnya.

Dia berbaring telungkup di sofa dengan bantal di lengannya, roknya digulung ke atas, kaus kakinya dilepas, dan mengayun-ayunkan kakinya.

Penampilannya terlalu tidak berdaya untuk seorang gadis, dan seperti yang dia duga, Himeko melihat bahwa Haruki mengenakan celana boxer biru tua yang polos dan tidak menarik.

“Haru-chan, itu…”

"Hmm?  Oh, ini!  Ini adalah manga tentang era Taisho yang diadaptasi menjadi anime populer beberapa waktu yang lalu!  Sebelumnya aku tidak bisa membeli satu pun karena stocknya sedikit, tapi akhirnya aku berhasil mendapatkannya.  Ayo, Hime-chan, sini dan membacanya bersama.”

"Tidak, bukan itu, itu ..."

"Ya…?"

Haruki memiringkan kepalanya bingung, itu sangat menggemaskan bahkan Himeko pun hanya bisa mengerang.

Tapi terlepas dari kenyataan bahwa itu seharusnya terlihat sangat seksi, itu terlihat mengecewakan dan Himeko mau tidak mau meletakkan tangannya di dahinya.

Himeko mengalihkan perhatiannya ke kakaknya, dia melihatnya sedang memotong sayuran.

Seolah-olah itu adalah hal alaminya, dan kakaknya tampaknya tidak keberatan sama sekali.

Baik atau buruk, hubungan mereka sama seperti dulu, dan sementara dia terkejut, mulutnya menganga.

"Hime-chan, ayo, ayo!"

“…Mou~!”

Haruki duduk, dengan manga di tangannya, matanya berkilauan saat dia menepuk-nepuk sofa di sebelahnya.  Rupanya, dia ingin membaca manga bersama Himeko.

Himeko menghela nafas panjang, dan memutuskan untuk membaca manga bersama Haruki.

Itu adalah manga shounen dengan banyak adegan baku hantam, tapi tampaknya benar-benar menarik bagi kedua gadis itu, dan mereka menjadi keasikan membacanya.

“Haru-chan, mana lanjutannya, mana volume 2-nya!?”

"Ini.  Selamat datang di sisi rawa ini!”

"Apa yang mereka lakukan, gadis-gadis itu ..."

Pada akhirnya, mereka berdua membaca dalam diam sampai makan malam siap.

+×+×+×+

“Selamat makan~.”

“Ugh, Onii, ini…”

"Tomat, jangan lupa memakannya."

Makan malam hari ini adalah udon salad shabu-shabu dingin.

Itu dibuat dari mie udon tipis yang direndam dan disimpan rapat dalam air dingin, di atasnya diberi mustard potherb, daun seledri, daun bawang, mentimun, taoge, tomat, dan shabu-shabu perut babi dingin.

Disajikan dengan saus ponzu, saus wijen, dan saus lain yang bisa dipilih.

[TL Note: Saus ponzu adalah saus berbasis jeruk yang digunakan dalam masakan Jepang. Salah satu masakan Jepang yang menggunakan saus ponzu adalah shabu-shabu.]

Hari ini sangat panas, yang semua orang hanya memiliki sedikit nafsu makan, tapi mereka bisa makan hidangan ringan ini.

Kebetulan, Himeko tampak enggan ketika dia disuguhi tomat mentah, yang tidak disukainya, tapi dia memaksa dirinya untuk menelannya di bawah tekanan aneh dari Hayato.

Saat mereka selesai makan dan menyesap teh, Himeko tiba-tiba teringat sesuatu dan berteriak.

“Oh, aku ingat, Onii, besok Sabtu, bisakah aku meminjam Haru-chan?”

“Eh, aku?"

"Yah, membeli ponselnya bisa besok Minggu."

Himeko tahu bahwa Haruki akan menemani Hayato membeli sebuah ponsel.

Dia juga tahu bahwa selera fashion Haruki benar-benar buruk.  Dia tahu itu.  Sebagai gadis seusianya, dia tidak bisa mengabaikan itu.

“Ayo berkencan, Haru-chan, kencan teman.”

“Ke-ke-ke-ke-kencan!?  Denganku!?  Aku belum pernah berkencan sebelumnya!?”

Haruki bereaksi terhadap kata "kencan" dan wajahnya tiba-tiba memerah dan dia panik.  Himeko menekan keinginan untuk menggodanya.

“Bukan masalah besar, Haru-chan sudah sering berkencan dengan Onii.  Seperti kencan jalan-jalan di pegunungan, kencan melompat ke sungai dan berenang, dan kencan menangkap jangkrik selama enam jam.”

“Oh, itu benar.”

"Itu kencan tanpa sedikitpun daya tarik seksual."

Haruki bertepuk tangan tanda setuju, sementara Hayato tertawa terbahak-bahak saat mengingat hari-hari itu.

“Jadi maksudmu Hime-chan dan aku pergi bersama?”

"Ya itu benar."

“Eh, lalu apa yang akan kita lakukan?  Maksudku, apakah ini tidak masalah, Hayato?  Kau akan ditinggal sendiri.  Biasa, kita bertiga― ”

"Pakaian."

“Kita bertiga―”

“Kita akan membeli pakaian untuk Haru-chan.”

“―Himeko, sama…?”

Mata Himeko tidak tersenyum.  Mereka dipenuhi dengan tekad.  Dia memiliki senyum seperti seorang pemburu yang telah menemukan mangsanya dan tidak ingin melepaskannya.

Haruki merasakan hawa dingin menjalari tulang punggungnya dan senyumnya menegang.

“Ha-Hayato!”

"Baiklah, sekarang, aku harus mencuci piring."

"Kau mengkhianatiku!"

Mengabaikan dari permintaan bantuannya yang putus asa, Hayato kabur ke dapur. Punggungnya menyatakan bahwa seorang pria hanya akan menghalangi jika dia ikut campur.

Haruki tidak pandai dalam hal-hal seperti itu.

Dia tidak berani mendekati hal-hal seperti itu.

“Aku ingin mengenal Haru-chan lebih baik daripada sebelumnya, seperti melihat-lihat pakaian dan berbicara lebih banyak denganmu.”

Itu adalah kata-kata tulus Himeko.

Karena itu, Haruki menyerah, ketika dia melihat keseriusan di mata Himeko.

Kemudian dia menghela nafas dengan keras seolah-olah dia telah kalah.

"Oke.  Ayo kencan besok."

"Haru-chan!"

Himeko sangat senang sehingga dia tersenyum dan memegang tangannya. Haruki menyadari bahwa dia merindukan teman masa kecilnya itu dan itu menghangatkan hatinya.

Kemudian Himeko dengan paksa menarik Haruki berdiri.  Senyum di wajahnya begitu menyegarkan.

"Um, Hime-chan?"

"Aku akan meminjamkanmu pakaianku, kita akan memilih sesuatu untuk kau pakai besok."

“Eh?  Eh?  Eh!?”

Wajah Himeko seolah mengatakan "Kau tidak akan keluar dengan pakaian kasual norak itu, kan?".  Dan kemudian, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Haruki diseret ke kamarnya.  Kemudian peragaan busana paksa dimulai.

“Hmm, ada yang kurang.  Kalau begitu, coba yang ini selanjutnya. ”

“Yadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa~, kita masih melanjutkan ini!?” 

[TL Note: yada = tidak lagi]

Tangisan sedih Haruki bergema di rumah keluarga Kirishima sampai larut malam itu.


Translator: Janaka

2 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2