Tenkosaki - Chapter 31 Bahasa Indonesia

 

Bab 31


Minggu pagi, Hayato dan Haruki akan pergi keluar untuk membeli ponsel untuk Hayato.

Himeko, yang telah menguasai TV di ruang tamu rumah Kirishima sejak pagi, menatap curiga pada kakaknya ketika dia melihatnya.

“Onii, topi jerami tidak bagus.”

“Eh, benarkah?  Bagaimana dengan serangan panas…?”

“Berkat gedung-gedungnya, ada banyak bayangan dan toko tempat kau bisa beristirahat dan bersantai… di sini tidak seperti Tsukinose di mana tidak ada apa-apa di sekitar, tahu?”

“A-aku mengerti…”

Kemeja polos dan bawahan denim.  Mungkin tidak masalah.  Baik atau buruk, itu adalah pakaian yang aman.

Tapi pergi keluar dengan memakai topi jerami, seperti dia akan membantu bekerja di ladang.  Seperti yang diharapkan, Himeko mengeluh tentang hal itu dan tidak bisa berhenti mengkhawatirkan kakaknya.

“Itu mengingatkanku, kenapa kami harus bertemu di sana?  Rumah kami sangat dekat, kenapa kami tidak pergi ke sana bersama saja?”

"Hah!?"

Kemudian, kata-kata Hayato selanjutnya mengejutkan Himeko, “Oh, dia tidak mengerti sama sekali!”.  Himeko menghentikan rekaman yang sedang diputar di TV dan berbalik menghadap Hayato, di mana dia tersentak pada kekuatan kata-kata Himeko.

“Dengar, Onii, kemarin, aku pergi berbelanja pakaian dengan Haru-chan.”

“O-Oh, ya.”

“Dengan kata lain, ini pertama kalinya Onii akan melihatnya.  Karena itu, kita harus menyiapkan panggung yang tepat untuk pembukaannya.  Tidak boleh di depan rumah.  Apakah kau mengerti?"

“Hmm, begitukah?”

“Begitulah.”

Melihat Hayato, yang masih terlihat agak tidak nyaman, Himeko menghela nafas panjang.

(Agak tidak masuk akal berharap Onii bisa memahami hati seorang gadis… Lagipula, Haru-chan tetap Haru-chan.)

Himeko memikirkan saudara laki-lakinya dan teman masa kecilnya, dan kemudian menghela nafas putus asa sekali lagi― dan beralih ke televisi.

“Ah, Onii, jangan bawa lupa kertas-kertas di mejamu.”

"Apakah ini profil Ayah ... yang digunakan pada formulir persetujuan orang tua?"

“Ya, aku sudah menstampelnya.  Kau akan menggunakan operator yang sama denganku, kan?"

"Operator?"

“Perusahaan layanan telepon.  Kau tidak tahu apa-apa tentang itu? ”

"Maafkan aku.  Karena sudah merepotkanmu... Apa!?”

"Apa!?"

Tiba-tiba, suara aneh keluar dari mulut Hayato.  Matanya tertuju pada televisi.  Suara serupa bocor dari Himeko.

“……”

“……”

Drama yang sedang diputar baru saja mencapai klimaksnya.

Seorang pria dan seorang wanita sedang berselingkuh dan saling berpelukan di tempat tidur ketika sang istri masuk dengan membawa pisau.

Itu adalah adegan yang sangat intens, dan tidak heran jika Hayato membuat suara-suara aneh.  Himeko, seperti yang diharapkan, memerah dan membeku karena malu.

"Erm, yah, apa itu, apakah itu populer sekarang?"

“Ini adalah drama berjudul 'Sepuluh Tahun Kesendirian', dan seorang gadis di kelasku mengatakan ini lucu!  Aktrisnya luar biasa!  Ada banyak gosip tentang kehidupan pribadinya, seperti dia adalah wanita yang bercerai atau wanita yang sedang jatuh cinta, tapi itulah kenapa dia bisa berakting begitu nyata…”

“…Himeko.”

“…Ya, aku akan belajar untuk ujianku dan tidak berlebihan.”

Kali ini, Himeko yang ditatap tajam oleh Hayato.

+×+×+×+

Mereka bertemu di stasiun tempat toko itu berada.

Jaraknya tiga perhentian dari stasiun terdekat dengan kereta sibuk yang dia tumpangi, menempuh menggunakan perjalanan kereta selama 20 menit.  Itu adalah stasiun yang sama yang Himeko dan Haruki kunjungi kemarin, salah satu stasiun terbesar di wilayah ini, dan juga pusat kota.

“Ugh, di mana pintu keluar timur…?”

Stasiun itu seperti labirin dan terdapat beberapa kereta swasta.

Hayato sempat terkejut ketika dia pergi ke rumah sakit kemarin, tapi ini lebih dari sekedar kejutan, ini membuatnya merasa tidak nyaman.

“Ah, sial, ini sudah waktunya!  Sekarang aku akan meminjam pada Haruki lagi!”

Hayato meninggalkan rumah untuk tiba di tempat pertemuan 10 menit lebih awal, tapi karena ini pertama kalinya dia jalan-jalan di kota, dia tidak bisa berkeliling stasiun sebanyak yang dia mau dan merasa seperti tersesat.

Pada saat dia berhasil sampai ke tempat pertemuan di dekat patung burung, dia setidaknya terlambat lima menit.

Karena ini hari Minggu, tempat itu dipenuhi orang dan akan sulit untuk menemukan Haruki.  Untuk pertama kalinya, Hayato merasa perlu menggunakan smartphone.

(Kampret, aku ...)

Dia mengangkat satu tangan dan mencoba memanggilnya dengan keras, tahu bahwa Haruki akan marah padanya nanti.

"Kau di sini ternyata!"

“…Eh?”

Dia tiba-tiba dipeluk oleh seorang gadis, yang menariknya ke arahnya.

Di belakangnya, dua pria yang tampak sembrono mengejarnya.  Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, itu adalah semacam modus merayu.

"Apa-apaan ini, apa dia benar-benar bersama seorang pria?"

"Daripada terlambat, kenapa kamu tidak ikut dengan kami?"

Dia adalah gadis cantik yang menonjol.

Gaun musim panas putih yang menyegarkan dengan ruffles di ujungnya dengan tali bahu yang khas, rambut hitam yang tergerai dikepang sedikit, dia tampak seperti wanita muda yang polos, gadis cantik yang belum pernah Hayato lihat sebelumnya.

Jika seorang gadis seperti dia sedang menunggu sendirian, akan sulit untuk tidak dimodusi oleh orang-orang seperti mereka.

"Ayo pergi!"

"Oh tunggu!"

Dia dengan paksa menarik lengan Hayato dan mencoba membawanya pergi.  Dia sepertinya ingin menjauh dari dua pria yang merayunya, jadi dia menarik lengan Hayato dengan sangat kuat dan berjalan dengan kaki terbuka lebar.

Hayato tidak bisa bereaksi dan bingung terhadap situasi yang tiba-tiba itu.  Dia benar-benar bingung.

Hayato adalah seorang remaja laki-laki yang masih normal.

Tidak mungkin dia tidak senang jika ada gadis cantik seperti dia di pelukannya.  Dan jika dia bisa merasakan kelembutan payudaranya di lengannya, bisa dimengerti kalau dia akan merona.

Namun, saat dia berjalan dengan lengannya melilit lengan Hayato, dia merasakan perasaan déjà vu yang aneh.  Dia merasakan keakraban yang aneh.  Ketika dia melihat wajah yang tidak puas yang menatapnya dari tadi, kecurigaannya berubah menjadi kepastian.

“Haruki, apakah itu kau…?”

“…………!”

Beberapa menit setelah keluar dari stasiun, Haruki, gadis cantik itu, akhirnya berhenti dan melepaskan pelukannya dan berbalik, membuat wajah marah.

“Mou~!  Hayato, kau terlambat!  Aku sudah menunggu untuk mengejutkan Hayato, dan sekarang kau mengejutkanku dengan menyelamatkanku, itu menyebalkan!"

“Eh, untuk itu, maafkan aku… Stasiunnya terlalu besar dan aku tersesat.”

“Itu sebabnya aku bilang, smartphone adalah kebutuhan dan kau tidak boleh tidak punya itu.”

“…Aku tahu itu secara langsung sekarang.”

Pipi Haruki menggembung dan dia terlihat berbeda daripada biasanya.

Bagian-bagian wajahnya terlihat sama seperti biasanya, tapi cara dia berpakaian membuatnya terlihat lebih menarik daripada biasanya.

Hayato memalingkan wajahnya darinya.  Penampilan Haruki membuat Hayato merasa malu melihatnya.

Haruki tahu Hayato memerah, dan kemarahan yang dia rasakan sebelumnya menghilang saat dia menyeringai nakal.

“Oyaoya~… Mungkinkah, kau malu melihatku, Hayato?”

"Apa…!?  Tidak!  Apakah kau memakai riasan hari ini?"

“Ya, kau tahu.  Ini pertama kalinya aku melakukannya, tapi aku berusaha melakukan yang terbaik.  Bagaimana menurutmu?"

Kemudian, Haruki berputar memperlihatkan pakaiannya.

Rambutnya yang panjang, hitam, dan rapi tergerai, dan rok pendek berenda dari gaunnya terbentang lembut, memperlihatkan sekilas paha putihnya yang sehat.

Hayato menggaruk-garuk kepalanya seolah-olah untuk menyembunyikan malunya, tapi tidak mungkin menyembunyikan kegelisahannya dari Haruki.

Yakin akan kemenangannya, Haruki tersenyum puas dan bahkan mencoba meraih lengan Hayato untuk mempermainkannya.

“Yah, menurutku itu sangat imut… dan ya… itu terlihat bagus untukmu…”

“Myaa!?”

Wajah Haruki langsung mendidih, menjadi lebih merah daripada Hayato.

Itulah pikirannya yang sebenarnya, keluar dari mulut Hayato saat dia kewalahan.  Haruki tahu itu, itu sebabnya dia memahaminya sepenuhnya.

Haruki, yang telah terkena serangan balik yang begitu kuat dalam keadaan tak berdaya, mengalihkan pandangannya saat emosi itu muncul untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

“Be-be-be-be-begitu, ya, tentu saja!  I-itu, kau mengerti, Hayato!”

“Oh, ya, itu benar, kau tahu, kau memakainya untukku, hanya untuk menunjukkan kepadaku.”

“~~~~!  Tidak… bukan itu!  Itu… Myaaaaaaaaaa~!”

“Ha-Haruki!?”

"Ayo pergi!  Ayo pergi ke sana dan pilih ponsel untukmu, cepat!”

Haruki, yang lebih kewalahan daripada Hayato, dengan paksa menarik tangan Hayato dan berjalan pergi.

Mereka berdua merasa agak canggung.

Namun, saat mereka berjalan, mereka mulai tenang.

Namun, wajah mereka masih merah.

Dia tidak akan mengulangi percakapan itu. Haruki membisikkan sesuatu yang sangat ingin dia katakan.

"…Terima kasih."

"…Oh."

Langit luas berwarna biru tanpa dihiasi satu awan pun, dan hari ini akan panas lagi.


Translator: Janaka

2 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2