Dousei Kara Hajimaru Otaku Kanojo no Tsukurikata - Volume 2 Chapter 4 Bahasa Indonesia

 Bab 4


 Sabtu berikutnya adalah hari liburku, jadi aku rebahan di rumah menonton video VTuber.

 Emily Saionji, salah satu VTuber favoritku—yang baru-baru ini kutahu kalau dia adalah Elena, seorang gadis yang satu sekolah denganku—telah mengunggah video baru, jadi aku segera membuka channel YouTube-nya untuk melihatnya.

 Channel Emily masih semakin populer, tapi akhir-akhir ini aku melihat perubahan pada jenis video yang dia unggah.  Baru-baru ini, ada lebih sedikit video di mana dia membicarakan tentang minatnya atau memainkan game favoritnya, dan lebih banyak video di mana dia mencoba game FPS populer terbaru atau berkolaborasi dengan VTuber lain.

 Aku cukup yakin kalau ini adalah semacam keputusan manajemen yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak penggemar.  Secara pribadi, bagaimanapun, kupikir video lamanya jauh lebih baik.  Aku ingin melihat Emily—atau lebih tepatnya, Elena—berbicara tentang semua hal yang dia sukai.

 Thumbnail video terbarunya mengejutkanku.  Itu menampilkan Emily di sebelah orang asli: seorang pria yang menarik berusia di awal 20-an.  Bingung, aku mengklik video itu, yang ternyata merupakan kolaborasi antara Emily dan YouTuber "asli" — seorang pria bernama Takaya.

 Keduanya hanya mengobrol satu sama lain, tapi, bagi penggemar Emily Saionji, itu menyakitkan untuk ditonton.

 Aku tidak tahu banyak tentang pria itu, bahkan aku tidak tahu apakah dia itu memang populer atau tidak, tapi bahkan aku dapat mengatakan bahwa dia bodoh, menjengkelkan, dan tanpa sedikit pun selera humor.  Cara dia berbicara seperti sedang mengolok-olok, menanyakan pertanyaan sensitif seperti, “Apakah kamu benar-benar suka perempuan?  Maksudku, gadis asli?”  dan membuat komentar tidak menyenangkan tentang kenapa roknya terlalu pendek untuk menyembunyikan celana dalamnya dengan benar.

 Sebagai penggemar, aku sangat marah, dan jelas bukan aku satu-satunya yang merasa seperti itu.  Video itu memiliki lebih dari dua ribu dislike, dibandingkan dengan kurang dari lima puluh di salah satu video biasanya.

 Salah satu komentar yang paling banyak di-like adalah:

 Dari semua YouTuber, apakah kamu benar-benar perlu berkolaborasi dengan Takaya?  Pria itu terkenal kasar dan tidak tahu apa-apa tentang VTuber!  Produser Emily jelas hanya peduli tentang mengumpulkan penonton, bukan tentang perasaan penggemarnya!!!

 Aku benar-benar bisa mengerti kenapa pria itu terkenal karena kekasarannya.  Satu video sudah cukup untuk mengerti itu.  Tapi aku juga bisa mengerti maksud dari yang mereka bicarakan tentang produser: video ini memang memiliki banyak penonton, sekitar dua kali lebih banyak dari video Emily lainnya.  Ada juga komentar yang jumlahnya cukup banyak, termasuk (banyak) komentar negatif yang menghina Takaya dan mengkritik manajemen Emily.

 Ini tampak seperti skandal skala kecil.  Sebagai penggemar berat Emily Saionji, aku juga marah pada Takaya dan produsernya.  Tapi, lebih dari itu, aku khawatir pada Emily... dan Elena.

 Kuharap ini tidak terlalu mengganggunya ...

 Aku ingin tahu bagaimana dia menghadapi situasi ini, tapi, meskipun telah bertukar kontak LINE tempo hari di sekolah, kami tidak pernah benar-benar chattingan.  Tidak mungkin aku bisa mengiriminya pesan tiba-tiba menanyakan tentang sesuatu yang begitu rumit.

 Tidak dapat menemukan ide apa pun yang dapat kulakukan untuk membantu, aku merasa benar-benar tidak berdaya.  Kuharap aku akan dapat menemukan kesempatan untuk bicara dengannya di sekolah, tapi itu adalah kesempatan yang sulit datang.  Siswa-siswi yang beda angkatan tidak terlalu sering bertemu satu sama lain.


 "Apakah kau di dalam?"  Aku mendengar Kokoro memanggil saat dia mengetuk pintu kamarku.

 "Ya?"

 "Bolehkah aku masuk?"  dia bertanya, tidak menunggu jawabanku sebelum dia membuka pintu.

 Sheesh!  Bagaimana jika aku sedang telanjang atau semacamnya?!

 "A-Ada apa?"  aku bertanya padanya.

 "Hehe.  Ini akan mengejutkanmu.  Aku membeli eroge!”

 “Oh—Tunggu, apa?!”  Aku memekik.

 Kau masuk ke kamar seorang pria dengan antusias untuk mengatakan itu padanya?!  Apa-apaan kau ini?!

 “Aku mengunduhnya di Amazon dengan kartu kredit yang diberikan ayahku!  Itu hanya akan ditulis 'Amazon' di tagihan, jadi dia tidak akan tahu!"  Katanya.  Ayahnya memberinya kartu kredit dengan batas pengeluaran bulanan yang rendah untuk dia gunakan.  Dia memberi tahuku bahwa, dengan membeli game ini, dia sudah menggunakan semua uangnya sebulan ini.  Aku tidak tahu apa yang lebih mengerikan: uang yang dia habiskan, apa yang dia katakan, atau fakta bahwa dia mengatakannya dengan senyum bangga di wajahnya.

 “Eroge, game BL?”  tanyaku.

 “Tidak, yang normal!  Aku akhirnya bertanya kepada Kusumi apa game favoritnya!  Eroge katanya.  Kemudian, aku bahkan memberi tahu dia tentang fakta bahwa aku seorang fujoshi, dan dia bersikap sangat keren tentang itu!  Jadi, karena aku ingin lebih mengenalnya, kupikir aku akan memainkan salah satu game favoritnya!”

 “O-Oke …” jawabku, seperti biasa kagum dengan seberapa besar usaha yang dia lakukan.

 “Jadi,” katanya, “bisakah kau, ... menemaniku saat aku bermain?!”

 "Hah?!  Kenapa aku harus menemanimu ?! ”

 “Aku pernah membaca doujinshi dewasamu dan sejenisnya, tapi ini pertama kalinya aku memainkan game seperti ini... Butuh keberanian, tahu?  Dan jika ada sesuatu yang tidak kumengerti, kau bisa menjelaskannya kepadaku.”

 "Apakah kau pikir aku ini seorang profesor forno atau semacamnya?!"

 Sejak awal kenapa seorang gadis SMA membeli eroge?!

 “Jadi… kau tidak mau?  Padahal aku sering membantumu…”

 “O-Oke kalau begitu.  Baiklah, aku akan menemanimu,” jawabku.

 Memang benar dia selalu membantuku, dan lagi pula, aku hanya perlu duduk di sebelahnya saat dia bermain game.  Itu mungkin akan menjadi canggung, tapi cuma itu.

 "Oke!  Ayo ke kamarku kalau begitu!  Aku akan menginstalnya!"  Katanya.


 Meskipun tinggal bersama, sudah lama sejak terakhir kali aku melihat bagian dalam kamar Kokoro.  Dan sekarang aku akan masuk ke sana, untuk memainkan sesuatu yang sangat cabul...

 "Oke!  Instalasi selesai!  Ngomong-ngomong, apakah kau tahu game ini?”  dia bertanya.

 "Ayo kita lihat..."

 Aku melihat ke layar, melakukan yang terbaik untuk tetap tenang.

 The Secret of Gyaru Model Rina Sakurazaka.

 Aku belum pernah mendengar tentang game itu.  Kupikir heroine di layar terlihat seperti Kokoro, tapi kupikir pemikiran seperti itu sebaiknya kusimpan sendiri.  Berbicara dari pengalaman, judulnya membuatnya terdengar seperti ceruk, jenis eroge yang ekstrim.  Aku berdoa agar itu tidak memuat fetish yang aneh-aneh, karena ini sudah cukup memalukan.

 “Kusumi bilang kalau game ini mengubah hidupnya!  Jadi ayo mulai!"  Kata Kokoro bersemangat.

 Dia suka membaca doujinshi-ku... Mungkinkah dia tidak hanya suka BL, tapi semua jenis hal cabul?  Bukannya aku akan menanyakan itu padanya... Aku belum ingin mati.

 Kami menyaksikan openingnya, dan kemudian cerita dimulai.  Protagonis, seorang mahasiswa, sedang naik kereta api, berangkat  kuliah.

 (Gadis di sana itu sangat cantik...)

 Dia menatap ke seberang gerbong pada seorang wanita yang mengenakan setelan jas.

 (Raut wajahnya yang tegas, riasan yang tebal, sepatu hak tinggi... Aku tahu.  Dia tipe sadistik.  Dan aku suka itu.  Berpikir tentang diinjak oleh tumitnya sementara dia menghinaku itu luar biasa ...)

 Ini baru awal!  Apa-apaan ini?!

 (Aku tidak pernah memberi tahu siapa pun, tapi aku ini seorang masokis.  Setiap kali aku melihat seorang wanita yang tampak keras seperti itu, imajinasiku mulai menjadi liar.)

 Langsung ke intinya... Ini adalah game untuk seorang masokis hardcore, ‘kan?  Bagaimana ini bisa mengubah hidup Kusumi?!  Oh, tunggu, Kusumi... pikirku sambil melirik Kokoro dengan gugup.

 "Protagonisnya menyukai beberapa hal aneh, ya?"  Komentarku.

 "H-Haha... Ya..." katanya, mengklik untuk membaca baris berikutnya.  Itu adalah topik yang cukup mengkhawatirkan, tapi aku terus membaca dalam diam.

 (Aku terlalu takut untuk mengubah pikiran ini menjadi tindakan.  Yang terbaik yang bisa kulakukan adalah menikmati adegan dewasa yang sesuai dengan fetishku itu.)

 Gambar di layar berubah, menunjukkan protagonis yang sedang membaca eromanga masokis di ponselnya selama kuliah.

 Orang ini bajingan, bahkan menurut standarku.  Kenapa dia membaca hal forno saat kuliah?!

 (Akankah aku bisa mewujudkan impianku?)

 Setelah monolognya yang aneh, adegan berikutnya dimulai.  Protagonis sekarang berjalan kembali ke stasiun.

 (Aku: 'Hah?!  Dimana ponselku?!  Aku pasti meninggalkannya di kantin!’)

 Dia berjalan ke telepon umum dan menghubungi nomornya sendiri.  Seorang mahasiswi, mengangkat telepon itu dan mengatakan kepadanya kalau dia menemukan ponselnya.  Sang protagonis kembali ke kampus, ke salah satu ruang kelas, di mana dia menunggunya sendirian.

 (Aku pernah melihat gadis ini sebelumnya.  Dia seorang model, ‘kan?  Itu sebabnya dia sangat populer di sini.  Namanya adalah... Rina Sakurazaka.  Itu benar.)

 Gadis ini pasti heroinenya.  Seperti yang tersirat di judulnya, dia mengenakan pakaian gyaru yang mencolok, tapi desain karakternya manis dan imut.

 (Ketika melihatnya, jantungku berdetak kencang.  Riasannya warna-warni, tapi ekspresinya tegas.  Aku bisa merasakan matanya menembusku.  Pada saat itu, aku yakin bahwa dipermalukan dan dipukuli oleh gadis ini adalah hal terbaik di dunia.)

 Protagonis ini jelas tidak mencari keimutan.  Dia mungkin hanya peduli tentang seberapa banyak seorang gadis bisa menyakitinya.

 "Apa ini?!  Protagonis ini benar-benar gila!”  Kokoro menjerit.

 Hei, kaulah yang ingin memainkan benda ini!  Bukankah ini masih terlalu awal untuk merasa jijik?

 Aku sangat tidak setuju dengannya, tapi aku tutup mulut.  Kokoro, bagaimanapun, terus mengeluh.

 (Rina: 'Jadi... kamu seorang masokis?')

 (Aku: ‘Kenapa kamu menanyakan itu?!’)

 (Rina: ‘Aku melihat layar ponselmu; Kami belum menguncinya.  kamu sedang membaca manga dengan seorang wanita yang menghukum seorang pria yang benar-benar menyukainya, 'kan?’)

 Rina mengeluarkan ponsel protagonis, menunjukkan kepadanya manga yang dia baca.

 (Rina: 'Apakah kamu suka yang semacam ini?')

 (Aku: 'Ugh... Bunuh aku!')

 (Aku sangat malu hingga aku ingin mati.  Ini adalah pertama kalinya ada orang tahu rahasiaku.)

 Tunggu, jadi, dia masokis dan suka dihina, tapi sekarang dia malah... malu?  Oke?

 (Rina: 'Kamu tahu... Aku selalu ingin tahu bagaimana rasanya menghina dan mendominasi seorang pria.  Kupikir kita bisa menemukan solusi yang saling menguntungkan di sini.’)

 Rina, tiba-tiba, mengaku kalau dia sadistik.

 Oh, jadi ini jenis game seperti ini.  Baik protagonis maupun heroine adalah orang yang benar-benar cabul.

 (Aku: 'M-Maksudmu...?!')

 (Rina: 'Berapa kali aku harus memberitahumu?  Aku akan menghinamu seperti gadis di mangamu.  Aku ini model terkenal, kau tahu?  Kau harus bersyukur!’)

 (Aku: 'Benarkah?!  Apakah kamu benar-benar akan melakukan itu untukku?!’)

 Baru sepuluh menit dan kami sudah sampai di titik ini?!  Aku hampir tidak bisa mengikuti alur game ini!

 Kokoro, sekarang benar-benar diam, melewati kalimat demi kalimat.

 "A-Apakah kau akan membaca semuanya?"  Tanyaku, tahu betul adegan seperti apa yang akan terjadi.

 “M-Maksudku, ini baru saja dimulai.  Aku benar-benar tidak boleh berhenti di pembukaannya saja, ‘kan?  aku belum mengerti..." katanya, suaranya yang gemetar mengisyaratkan kalau dia sebenarnya mengerti.

 Dia mungkin tidak ingin mempercayainya sampai dia melihat kebenarannya dengan kedua matanya sendiri.  Lagi pula, memahami fetish dalam game ini mungkin berarti memahami fetish Kusumi...

 Seperti yang kuharapkan, adegan segs dimulai hanya beberapa detik kemudian.  Karena protagonis dan heroinenya cocok, itu tidak mengejutkan.  Pasangan itu menanggalkan pakaiannya, lalu Rina mengeluarkan tali—dari mana dia mendapatkannya?—untuk mengikat protagonis.

 Kokoro, meski tersipu, masih menatap layar.

 Apakah dia begitu tertarik melihat pria bugil itu?

 (Rina: 'Apakah kau malu?  Kau benar-benar telanjang!  Oh aku tahu!  Aku akan memotretmu!’)

 (Aku: 'Ugh...')

 (Gadis yang baru saja kutemui menelanjangiku dan mengikatku seperti ini... Siapa yang tahu siapa yang akan masuk ke dalam ruang kelas ini?!  Dan dia bahkan memotretku!  Aku sudah lama memimpikan hal seperti ini... Aku sedang di surga...)

 Aku tidak akan pernah setuju dengannya.

 "I-Ichigaya..." Kokoro, dengan wajahnya yang merah padam, berkata, "Kurasa aku sudah cukup bermain untuk mengatakan... Ini adalah game untuk seorang masokis, ‘kan?"

 “Mm-hm.”

 Jika ada, aku terkejut kau butuh waktu selama ini untuk tahu itu.

 “J-Jadi... a-apa itu berarti Kusumi adalah... kau tahu...?”  dia bertanya.

 "Dia mungkin seorang masokis, ya."

 "Tapi mungkin dia suka banyak jenis eroge dan kebetulan yang ini tentang S&M?"

 “Itu berarti dia punya banyak fetish aneh, termasuk fetish masokis hardcore,” jawabku.

 Wajah merah Kokoro memutih saat dia kehabisan kata-kata.

 “A-Aku tidak mau mempercayainya!  Aku tidak ingin tahu kalau Kusumi adalah seorang masokis!”

 “Apakah itu masalah besar?  Sejak awal, kaulah yang memintanya untuk memberi tahumu game apa yang dia suka, jadi kupikir tidak sopan untuk bereaksi seperti ini.  Dan jika dia tidak masalah dengan kau yang seorang fujoshi, mungkin kau harus membiarkan fetish masokisnya.”

 Aku setuju, itu agak meresahkan, dan mungkin sulit untuk diterima, tapi dalam skema besar, fetishnya relatif terkendali.

 "Aku tidak bisa!"  dia segera menjawab.  “Bukannya menurutku masokis itu menjijikkan atau apa, tapi kalau boleh jujur, aku lebih suka... laki-laki agresif, tahu?  Aku tidak bisa membayangkan berkencan dengan laki-laki yang suka didominasi…”

 Oh, itu yang dia maksud.

 Jika masalahnya adalah kepribadian mereka tidak cocok, maka tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengatasi itu.  Sekarang aku benar-benar memikirkannya, sebagian besar karakter yang populer di kalangan perempuan lebih dekat ke tipe sadistik daripada masokis.  Mungkin itu sebabnya.

 "Aku tidak punya pilihan!  Aku harus bertanya langsung padanya!  Misalnya, ‘Kenapa kamu sangat suka game ini?'”

 "Dan apa yang akan kau lakukan jika ternyata dia benar-benar seorang masokis?"

 “Kalau begitu... Bahkan jika dia tampan dan baik, kurasa kami tidak akan cocok.  Dan itu juga berarti dia ingin aku melakukan hal seperti itu padanya, ‘kan?  Aku tidak ingin menjadi paranoid atau apa, tapi bukankah Si Rina ini sedikit mirip denganku?”  katanya, tersipu lagi.

 Jadi dia sadar...

 Jika aku harus jujur, aku secara pribadi berpikir bahwa perjaka masokis lebih baik daripada orang yang suka mendominasi wanita.

 Kokoro mengirim pesan pada Kusumi, yang membalas setelah beberapa menit.

 Dia menatap layar ponselnya dengan seksama.

 "Jadi?"  Aku bertanya.  "Apa yang dia katakan?"

 “Pesan yang kukirim padanya berisi, ‘Aku ingin tahu tentang game yang kamu bicarakan dan mencoba mencarinya.  Itu terlihat sangat unik.  Aku bertanya-tanya apa yang sangat kamu suka dari game itu.'”

 "Oke..."

 “Dan kemudian dia membalas, ‘Isi dalam game itu seolah semua impianku menjadi kenyataan!’”

 “A-aku mengerti...”

 Dia benar-benar jujur ...

 “Ugh.  Harapanku hancur ... lagi, ” gumamnya pada dirinya sendiri, tanpa cahaya tersisa di matanya.

 "Apakah itu berarti kau akan berhenti berhubungan dengannya?!"

 “Aku akan tetap berbicara dengannya secara normal sebagai rekan kerja, tapi... Jika dia mengirimiku pesan di LINE lagi, aku akan mencoba untuk mengakhiri percakapan secepat mungkin.”

 RIP  Kusumi.

 Aku merasa sedih untuknya, tapi dia pantas mendapatkannya.  Masih terlalu cepat untuk mengungkapkan fetish anehnya...


+×+×+×+


Sayangnya, pada hari Minggu, aku satu sift dengan masokis tertentu.

 Cukup jelas saat kami bekerja kalau Kusumi sedang tidak sehat, dan aku bahkan mendengarnya menghela nafas beberapa kali.  Mungkin karena pesan dari Kokoro menjadi sangat dingin, aku merasa bersalah jika hanya melihatnya seperti itu tanpa melakukan sesuatu.

 “K-Kamu terlihat sangat lelah, Kusumi.  Apa ada yang mengganggumu?”  aku bertanya kepadanya.

 “Haha, bukan apa-apa kok… hanya tentang Heart-chan yang berhenti membalas pesanku…”

 "Oh, begitukah?"  Jawabku.  Aku jelas tidak bisa memberitahunya kalau aku sudah tahu tentang itu dari “Heart-chan” sendiri.

 “Dia bertanya kepadaku apa eroge favoritku, tahu?  Dan aku dengan jujur menjawab dengan menyebutkan judul game masokis hardcore.  Aku ingin tahu apakah aku seharusnya tidak…”

 "Tentu saja tidak!"

 Dia mungkin terlihat tampan, tapi di dalam dia hanyalah seorang perjaka payah.  Kenapa aku merasa dekat dengannya?

 “Kamu tidak boleh begitu saja memberi tahu seorang gadis kalau kamu ini masokis hardcore.  Kecuali kamu sudah mengenalnya dengan baik atau dia seorang sadistik sejak awal, itu hanya akan membuatnya jijik, ”kataku padanya.

 "Kurasa kamu benar... tapi kupikir dia itu sadistik..."

 “H-Hah?”

 “Aku belum banyak bicara dengannya, tapi dia terlihat seperti tipe gyaru yang tegas dan agresif.  Benar-benar tipeku!  Bisakan kamu membayangkan dia menghina laki-laki dan memerintah mereka? ”

 Aku bisa.  Bisa kubilang prediksimu tidak sepenuhnya salah.

 Lebih dari segalanya, aku terkesan dengan bagaimana dia berhasil tahu hal itu meskipun dia mendekatinya dengan cara yang menyenangkan dan berbicara dengan lembut seperti saat dia di kafe.  Sayangnya, dia benar-benar bukan tipe sadistik.

 “Sejak aku melihatnya, kupikir mungkin dia yang akan memberiku rasa sakit yang manis itu!”

 “T-Tapi kenapa Heart-chan?  Tidak bisakah kamu mencari gadis lain yang tampak tegas?  Seperti Iroha.  Dia pasti tipe sadistik,” kataku.

 “Bisa jadi, ya.  Tapi aku punya adik perempuan, jadi aku tidak terlalu suka gadis yang lebih muda.  Dan aku suka gyaru…”

 "Jadi begitu."

 Singkatnya, Kokoro terlihat sangat cocok dengan tipenya.

 “Bagaimanapun, kamu mungkin harus menyimpan fetish semacam itu untuk dirimu sendiri, setidaknya sampai kamu pacaran,” kataku padanya.

 “Kuberharap aku tahu itu sebelumnya.  Mulai sekarang, aku akan menunggu untuk memberi tahu para gadis sampai aku seratus persen yakin kalau mereka itu tipe sadistik.”

 “M-Mungkin itu ide yang bagus...”

 Kau tetap akan memberi tahu mereka, ya ...?

 "Terima kasih atas sarannya," katanya.  “Kamu pria yang keren.  Hei, mau bertukar kontak LINE?”

 "Oh, tentu," jawabku.

 Untuk beberapa alasan, Kusumi melakukan pemanasan padaku.

 Setelah percakapan kami berakhir, aku mendengar suara nyanyian surgawi Mashiro bergema di kafe.  Sekali lagi, pelanggan menghujani dia dengan permintaan panggung, dan aku tidak bisa meminta sesuatu yang lebih sempurna daripada suara malaikat terdengar di telingaku saat aku sedang bekerja.

 “Itu adalah ‘Lemon,’ untuk Master Hiramoto!  Terima kasih atas permintaannya, master!  Selanjutnya adalah penampilan dari salah satu maid baru kami, Heart-chan yang terimut dari yang imut!”  Aku mendengar pengumuman Mashiro.  Terkejut, aku menoleh ke arah panggung.

 “A-Aku Heart-chan, dan l-lagu yang akan kubawakan adalah 'Hitorigoto.' Terima kasih kepada Master Takeda atas permintaannya.  Ini pertama kalinya aku melakukan permintaan panggung…”

 Kokoro, tampak gemetar, berdiri di atas panggung dan mulai menyanyikan lagu opening sebuah anime terkenal.  Seseorang telah membayar untuk mendengarkannya bernyanyi, jadi aku ikut senang untuknya.

 Meskipun gugup, dia sebenarnya adalah performer yang baik dan memiliki suara nyanyian yang sangat imut.  Dia hampir sebagus Mashiro, tapi dengan perbedaan penting: dia hanya berdiri, hampir membeku di tempat selama menyanyikan seluruh lagu, bahkan tanpa sedikit pun menari.  Tanpa goyangan.  Tanpa jogetan.

 “Dia sangat imut…” kata Kusumi, terpesona oleh penampilan Kokoro.

 "Aku senang kamu mendapatkan pencuci mata saat sedang bekerja, tapi apakah apakah pesananku baru akan siap saat kafe akan tutup?"  Sasaki, pria yang selalu duduk di konter, berkomentar sinis.  Kusumi buru-buru kembali memasak.

 “T-Terima kasih banyak,” kata Kokoro sambil meninggalkan panggung, dan saat itulah sesuatu menarik perhatianku.  Seorang pelanggan, mungkin pria yang meminta lagu itu, berjalan ke arahnya, meletakkan tangan di punggungnya.

 “Kamu melakukannya dengan baik!”  katanya.

 Dalam situasi lain, ini bisa dianggap sebagai ramah-tamah.  Namun, di kafe kami, menyentuh maid itu dilarang.

 Aku melihat sekeliling, tapi tidak ada karyawan penuh waktu, termasuk manajer.  Karena mereka harus mengurus lebih dari satu kafe, ini relatif sering terjadi.  Satu-satunya staf laki-laki lain di kafe ini, selain aku, adalah Kusumi, dan dia terlalu sibuk memasak untuk memperhatikan itu.  Aku harus melakukan sesuatu.

 Meski tidak yakin apakah aku diizinkan untuk berbicara tentang hal semacam ini, aku meninggalkan dapur dan berjalan menuju Kokoro.

 "P-Permisi, Pak," kataku, berbicara kepada pelanggan, "menyentuh maid itu melanggar peraturan kafe ini ..."

 "I-Ichigaya...?!"  Kokoro menatapku, terkejut.  Mashiro juga menatapku, sama terkejutnya.

 “Oh, ya, ya.  Maaf, ” kata pelanggan itu, memutar matanya.  Meski terdengar tidak menyenangkan, setidaknya dia tidak marah padaku dan benar-benar melepaskan tangannya dari Kokoro.

 Aku berterima kasih padanya dan bergegas kembali ke dapur.


 Setelah bekerja, aku meninggalkan kafe dan berjalan ke stasiun Akihabara, siap untuk pulang bersama Kokoro seperti biasa.

 "Oh, kau di sana," katanya ketika dia melihatku.  “Apakah kau haus setelah bekerja?  Di dapur itu sangat panas.  Ini, terima ini.”

 Dia memberiku sebotol teh dingin yang mungkin dia beli dari mesin penjual otomatis.

 "Terima kasih?"  kataku sambil mengambilnya.

 "Hei, erm... terima kasih untuk yang tadi," katanya saat kami berjalan menuju peron.

 Tunggu, apakah dia membelikanku ini sebagai ucapan terima kasih karena berbicara dengan pelanggan itu?

 “Oh, jangan khawatir, kau tahu, aku melakukan itu hanya karena manajer tidak ada di sana …” kataku, sedikit malu.

 Aku meliriknya, dan sadar kalau dia memerah.

 “Aku hampir tidak percaya.  Aku tidak pernah menduga kau akan melakukan hal seperti itu,” katanya.

 "Hah?  Yah, kurasa begitu.”

 "Tapi aku benar-benar berterima kasih untuk itu," katanya.

 Melihatnya berterima kasih padaku seperti itu, dengan ekspresi malu-malu di wajahnya, membuatku tersipu juga.

 “Oh, ngomong-ngomong… aku berbicara dengan Kusumi hari ini,” kataku.  "Dia tampak terpukul, tapi dia mungkin akan baik-baik saja."

 “B-Benarkah?!  Maksudku, kupikir dia pria yang baik, jadi kuberharap suatu hari dia menemukan gadis yang baik ... tidak, seorang gadis nakal untuk membuatnya bahagia, " katanya.

 Sementara aku setuju dengannya, aku juga tahu bahwa sulit untuk menemukan seorang gadis yang cukup "buruk" untuk memenuhi standar khusus Kusumi...


+×+×+×+


Akhir pekan berikutnya, shiftku mulai dari jam 2 siang.  Karena hari Sabtu, pelanggannya banyak padahal langit masih terang.

 Kusumi bekerja denganku sampai jam tiga, yang membuat segalanya menjadi lebih mudah, tapi ketika shiftnya berakhir, aku akan menjalankan dapur yang sibuk itu sendirian.

 Meski masih baru dan relatif belum dikenal, kafe ini sepertinya tidak kekurangan pelanggan.  Kupikir itu pasti hal yang baik, setidaknya dalam hal bisnis.

 “Selamat datang kembali, meowster!”

 Sekelompok pelanggan lain berjalan melewati pintu, disambut oleh salah satu maid.  Aku dengan santai melihat mereka dan... rahangku jatuh ke lantai.

 Salah satunya, yang sekilas terlihat seperti seorang gadis, tapi sebenarnya adalah laki-laki imut.  Salah satu dari mereka adalah orang yang kukenal dengan baik: Takeshi Aisaki.

 Aku tidak pernah memberi tahunya di mana aku bekerja!  Bagaimana dia bisa tahu?!  Dan pemilihan waktunya juga buruk! Shift Nishina juga sekarang!  Dia akan tahu kalau dia adalah seorang otaku!

 "Apakah kamu ingin duduk di meja atau di konter?"

 “Hm… kami akan memilih di me—” pria yang bersama Ai tengah menjawab ketika aku bergegas memotongnya, dengan kedok menyapa temanku.

 “Ai!”

 "Hah?!  Kagetora?!”

 Jika dia sangat terkejut, itu artinya dia datang ke sini secara kebetulan?  Yah, dia memang sering datang ke Akihabara, jadi itu tidak terlalu mengejutkan...

 “Jadi ini maid café tempatmu bekerja?  Kebetulan sekali!  Dan wow, seseorang benar-benar mempekerjakanmu!  Sungguh luar biasa!”

 “Itu agak kasar... N-Ngomong-ngomong, Ai, kenapa kau tidak duduk di konter saja?  Di sana sedang kosong, jadi kau bisa ngobrol denganku sebanyak yang kau mau, ”kataku.

 "Apa?  Kenapa aku harus mengobrol denganmu padahal aku datang ke sini untuk mengobrol dengan para maid?  Dan sebagai pelanggan yang membayar, tidak kurang!  Itu tawaran terburuk yang pernah kudengar!”

 "Kau—" Aku ingin membantahnya, tersinggung.

 “Tapi, baiklah, kurasa kau akan kesepian di sana sendirian, tanpa aku untuk menemanimu.  Mungkin aku akan duduk di konter.  Apakah kamu keberatan, Honda?”  tanya Ai.

 “Tidak, itu tidak terlalu penting bagiku,” jawab temannya.  Aku memperhatikan Si Honda ini baik-baik, pria gemuk, umurnya mungkin sekitar akhir tiga puluhan.

 Kenapa Ai datang ke maid cafe dengan pria ini?  D-Dia tidak dibayar untuk berkencan dengan pria itu... ‘kan?  Tidak, tidak.  Itu tidak mungkin.  Dia mungkin imut, tapi dia tetap laki-laki.  Tidak ada pria yang mau membayar untuk berkencan dengan seorang laki-laki.  aku harus berpikir jernih...

 “Ngomong-ngomong, Ai, aku belum pernah bertemu dengan temanmu ini…”

 “Oh, ini Honda.  Dia seorang fotografer.  Kami bertemu di acara cosplay hari ini, dan kami memutuskan untuk mengunjungi kafe baru ini.”

 "Oh begitu.  Silakan ikuti aku, ” kataku, memimpin keduanya ke konter dan memberi mereka segelas air putih dan menu.

 “Cosplay Rina Kagura dari Ai hari ini sangat imut!  Ingin melihatnya?"  kata pria itu, dengan penuh semangat mengeluarkan kameranya.

 Imut?!  P-Pria ini benar-benar mengincar Ai, ‘kan?!

 Dia menyalakan layar kameranya dan menunjukkan foto Ai yang bercosplay menjadi seorang VTuber.

 “Kamu seharusnya melihat semua orang yang mengelilinginya!  Dia adalah salah satu cosplayer paling populer di acara itu!”

 “Banyak sekali kulit yang dia tunjukkan…” kataku.

 "Aku tahu, aku tahu.  Dia sangat seksi jadi kamu tidak akan percaya kalau dia laki-laki, ‘kan?  Aku yakin semua fotografer lain masih berpikir kalau dia perempuan!”

 Apakah si tua cabul ini baru saja mengatakan kalau Ai seksi?!  Apakah dia berusaha untuk menidurinya atau apa?!

 “Ada apa, Kagetora?  Kau terlihat pucat,” komentar Ai.

 “Ah, aku tidak apa-apa...”

 Sejijik-jijiknya aku dengan pria ini, saat ini dia adalah pelanggan.  Aku harus bersikap sopan.

 Kenapa aku malah marah, kau kira ini semacam cinta segitiga?  Kami hanya tiga pria biasa!  Segitiga pria!  Tidak ada cinta yang terlibat — setidaknya tidak di pihakku!  Tenang, Kagetora!

 Salah satu maid mendekati konter.

 “Maaf menunggu.  Bolehkah aku menerima pesananmu?”  dia bertanya kepada mereka.

 Oh tidak!  Usahaku sia-sia.  Itu adalah Kokoro.  Usahaku menyuruh Ai duduk di konter sia-sia...

 "Oh?  Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"  tanya Ai, mengamati wajah Kokoro dengan seksama.

 “Hm?  Kamu sepertinya tidak asing…” jawab Kokoro, balas mengerutkan kening padanya.

 "Ah!  Aku tahu!"  seru Ai, akhirnya sadar siapa dia.  “Kamu Nishina, yang satu sekolah denganku!  Tapi... kenapa kamu bekerja di maid café?!”

 Meskipun dia tidak sekelas dengan kami, Nishina cukup terkenal di sekolah kami, semua orang tahu dia, termasuk Ai, untuk mengenali wajahnya.

 “Satu sekolah?!”  gerakannya jadi seperti robot, berputar untuk melihatku.

 "Ya ..." kataku, karena sudah terlambat untuk berbohong tentang hal itu.  “Dia temanku, Takeshi Aisaki.  Dia cosplayer crossdress yang pernah bicarakan denganmu. ”

 “Yang berfoto selfie denganmu?  Ya Tuhan, dia bahkan lebih manis jika dilihat secara langsung!”

 "Bukankah kau sedikit khawatir kalau seseorang yang satu sekolah dengan kita tahu kau bekerja di sini?"  Aku bertanya padanya dengan senyum paksa, terkejut dengan kurangnya kegugupan yang dia tunjukkan.

 "Yah, dia temanmu, ‘kan?"  dia bertanya secara retoris sebelum kembali menoleh ke Ai.  “Aisaki, kan?  Bisakah kamu merahasiakan fakta kalau aku bekerja di sini?  Aku tidak ingin orang lain di sekolah tahu, kamu bisa 'kan?”

 “Oh, tentu.  Tidak masalah.  Aku benar-benar tidak menyangka kalau kamu bekerja di maid café!”  Ai menjawab, menyilangkan kakinya dan bersandar di konter.

 "Apa...?  Hah...?"  Gumamku, bingung dengan betapa santainya mereka berdua tentang semua ini.

 Hanya begitu?!  Hanya begitu reaksi mereka!  Sekarang aku merasa seperti orang bodoh karena mencoba merahasiakannya!

 Kokoro menerima pesanan mereka, dan, setelah aku kembali tenang, aku bergabung dengan mereka.

 “Ada keperluan apa kalian ke Akihabara hari ini?”  dia bertanya kepada mereka—sebuah kalimat standar yang biasa digunakan seorang maid untuk memulai percakapan dengan pelanggan.  Aku terkesan dengan betapa lebih alaminya obrolan ringannya dibandingkan dengan saat dia baru mulai bekerja.

 "Kami habis ikuti acara cosplay di Odaiba, dan berpikir kami akan mampir ke sini dalam perjalanan pulang," jawab si cabul setengah baya.

 “Oh, acara cosplay?!”  dia bertanya, benar-benar tertarik.

 "Ya, coba lihat ini—aku mengambil beberapa foto cosplayer yang manis," kata si gendut menjijikkan, sambil menunjukkan beberapa foto di kameranya.

 “Wow, cosplay Rina Kagura-mu sangat imut!”  dia memekik pada Ai.  “Sebenarnya, salah satu cosplay yang kusuka adalah VTuber juga!  Kamu tahu, Yumeno☆Saki!”

 “Kamu bercosplay?!  Tunggu, kamu seorang otaku?! ”  dia bertanya padanya.

 "Ya tentu saja!  Kenapa aku bekerja di maid café jika aku bukan otaku? ”  katanya, secara mengejutkan jujur pada Ai meskipun baru pertama kali bertemu dengannya beberapa menit yang lalu.

 “Huh, kupikir kamu juga akan terlihat bagus jika bercosplay menjadi karakter yang lebih dewasa.  Lebih ke cantik dan bukan imut sih, kalau kamu tahu maksudku, ” kata Ai.

 “Oh, aku tidak akan cocok dengan yang seperti itu.  Dan lihat dirimu!  Kamu lebih cantik dari kebanyakan gadis yang kukenal!  Karakter apa saja yang sudah pernah kamu cosplaykan?”

 Keduanya mengobrol dengan serius tentang cosplay.  Hidup memang tidak bisa diprediksi...

 Ketika si fotografer meninggalkan tempat duduknya untuk ke kamar kecil, Ai bicara padaku dan Kokoro.

 "Kalian berdua bekerja di sini itu bukan kebetulan, ‘kan?"  tanyanya dengan mata menyipit.

 “Yah… aku merahasiakannya selama ini…” kataku, akhirnya memberitahunya tentang bagaimana kami berdua bertemu di pesta perjodohan otaku itu dan memutuskan untuk saling membantu menemukan pacar.  Tentu saja, aku tidak menyebutkan fakta kalau dia tinggal di rumahku.  Itu sedikit terlalu banyak informasi, bahkan untuk Ai.

 "Maaf aku tidak pernah memberitahumu... tapi dia menyuruhku untuk tidak memberitahu siapa pun kalau dia adalah seorang otaku, tahu," aku meminta maaf kepada Ai.

 “Whoa, itu terdengar seperti cerita anime!  Luar biasa!"  Balasnya.

 "Ah!  Orang itu akan kembali!  Kita tidak boleh memberi tahu pelanggan tentang ini, mengerti? ”  Aku bertanya padanya dengan gugup.

 Ai, bisa dimengerti, sepertinya dia masih perlu memproses semua yang baru saja dia dengar.

 Kami terus mengobrol dengan santai saat aku bekerja dan mereka menghabiskan makanannya.

 "Sampai jumpa di sekolah kalau begitu!"

 "Y-Ya... Sampai jumpa..."

 “Tolong segera kembali, meowster!”

 Akhirnya setelah puas, Ai dan “teman”-nya meninggalkan kafe.


 Aku bertemu Kokoro di stasiun, seperti biasa.

 “Temanmu sangat imut!  Dia benar-benar terlihat seperti seorang gadis!  Dan dia juga sangat mudah didekati!”  Kokoro memberitahuku itu dengan penuh semangat.

 Tunggu... Apakah dia... menyukainya?  Sudah lama aku tidak mendengarnya berbicara tentang pria seperti ini...

 "Tapi bukankah kau mengatakan kalau kau tidak suka laki-laki imut?"  aku bertanya padanya.

 "Hah?  Ya, tidak, aku tidak suka mereka sebagai laki-laki, tapi kupikir kami akan cocok menjadi teman cosplay!  Dia sangat imut hingga berbicara dengannya tidak terasa seperti bicara dengan laki-laki, tahu?  Jadi aku tidak gugup sama sekali.”

 Entah bagaimana, dia ada benarnya.

 “Aku ingin tahu apakah dia kenal cosplayer tampan…” katanya.

 “Apakah kau mencoba menggunakan temanku hanya untuk mendapatkan pacar?  Ngomong-ngomong, sejauh yang kutahu, dia hanya kenal fotografer seperti yang bersamanya ke kafe hari ini, dan cosplayer perempuan, ”jelasku, pendapatku itu berdasarkan apa yang kutahu dari akun Twitter Ai.

 “Sayang sekali... Kau tahu, kau beruntung sudah menemukan Mashiro.  Kau tidak harus mencari lagi, seperti aku ... "

 Jadi dia benar-benar memutuskan untuk tidak memberi Kusumi kesempatan lagi.  Dan karena dia satu-satunya pria yang menarik di kafe, kurasa dia tidak punya banyak pilihan lagi...


 Keesokan harinya, aku jatuh ke mejaku untuk tidur sebelum jam pelajaran pertama.

 Karena sekolah, bekerja di kafe, tugas yang harus kukerjakan di rumah, dan bermain game gacha larut malam, aku benar-benar kelelahan.  Aku tidur di sekolah lebih lama daripada biasanya.

 "Kagetora!"  Ai membangunkanku.

 “Hm?”  Kupikir dia ingin mengobrol denganku tentang pertemuan kami kemarin, tapi ternyata tidak.

 "Nishina memanggilmu."

 "Hah?  Oke…” kataku, masih grogi dan sedikit bingung.

 Aku melihat ke pintu belakang kelas dan melihat Kokoro berdiri di lorong.  Banyak anak laki-laki di kelasku yang mencuri-curi pandang padanya.  Ini adalah pertama kalinya dia datang untuk bicara denganku saat ada begitu banyak orang di sekitar, jadi aku bertanya-tanya ada apa.

 “Dia bilang dia ingin kau membawa tasmu,” Ai bilang begitu padaku.

 Anehnya, aku melakukan apa yang diperintahkannya.  Aku mengambil tas sekolahku dan berjalan ke lorong, di mana aku bertemu Kokoro.  Aku bisa merasakan orang-orang menatapku.  Siapapun yang melihatku bicara dengan Si Kokoro Nishina pasti akan mengangkat alis mereka.

 "Ada apa?"  aku bertanya padanya.

 "Ikut denganku!"

 "Apa?  Kemana?  Jam wali kelas akan segera dimulai…”

 “Tidak masalah selama tidak ada orang di sekitar kita!  Seperti, toilet!”

 "Apa?!  Kau ingin aku masuk ke toilet perempuan?! ”  tanyaku, heran.

 "Yeeeah, kurasa itu tidak boleh... Kalau begitu, ayo kita ke sini," katanya, menunjuk ke arah tangga di ujung lorong.  Aku mengikutinya saat dia berlari menaiki anak tangga, di mana tidak ada yang melihat kami.

 Ada apa?  Kenapa kami harus ke sini?

 "Makan siang kita tertukar!"  katanya, mengambil kotak makan siang dari tasnya dan menyodorkannya di depan wajahku.

 Pagi itu, Kokoro menyiapkan makan siang untuk kami berdua dengan sisa makan malam kemarin.  Karena kedua kotak itu tampak identik, aku begitu saja mengabil salah satu kotak makan siang dari meja tanpa berpikir itu untuk siapa.

 "Tapi isinya sama, ‘kan?"  Tanyaku.

 “Benar-benar berbeda!  Nasiku lebih sedikit! ”

 Apakah itu penting...

 “Baiklah, baiklah… Ini, yang nasinya lebih sedikit,” kataku sambil mengeluarkan kotak makan siang dari tasku.

 "Cepatlah!  Aku tidak ingin ada orang yang melihatku bersamamu!"  dia mendesakku.

 Saat itulah kami mendengar suara dua orang gadis mendekat ke arah kami.

 “Omg, girl.  Orang ini, benar-benar menjijikkan, kau mengerti?  Sepertinya aku harus memblokirnya?

 “Pria dari pesta itu?  Tapi kau bilang kau mengincarnya!"

 “Aku tahu, tapi aku kemarin pergi kencan dengannya, ‘kan?  Dan dia, ugh.  Sangat mengganggu.  Seperti ya, kau tampan, aku tahu, tapi tidak bisakah kau sedikit lebih santai? ”

 "Oh tidak!"  Kokoro tersentak ketakutan.  Dia menukar kotak makan siang di tangan kami lebih cepat daripada yang bisa dilakukan pesulap mana pun.

 Melihatnya, salah satu gadis berteriak, “Kokoro?  Itu kau, sayang?”

 Kedua gadis itu mungkin adalah teman Kokoro.  Salah satu dari mereka memiliki rambut yang dicat coklat dan riasan tebal di wajahnya;  yang lain memiliki rambut hitam dan riasan yang lebih masuk akal.  Mereka berdua tampak seperti gadis-gadis populer—jenis yang jarang kuajak bicara.

 Karena mereka berdua masih membawa tas sekolah di pundak mereka, mereka mungkin baru sampai di sini.  Dari betapa sedikit kekhawatiran mereka akan terlambat dan percakapan yang baru saja kudengar, aku bisa tahu kalau mereka bukan siswi teladan.

 "Pagi.  Sedang kau apa di sini?”  yang berambut cokelat bertanya pada Kokoro, menatapku dari atas ke bawah dengan rasa ingin tahu.  Saat mata kami bertemu, sarafku tubuhku menegang.  Aku tidak terbiasa berinteraksi dengan orang-orang seperti ini.

 “Aku, uh, er...” Kokoro kehilangan kata-kata.

 "Dan siapa dia?"  gadis itu bertanya dengan santai, terus menatapku.

 "Haha!  Kokoro, dengan pecundang ini?  Lebih baik dengan polisi aneh!”  yang berambut hitam, menatapku.

 Kokoro, sementara itu, melirik ke arahku, berkeringat dingin.

 "Dia, y-yah—" dia mulai bicara.

 "Pacarmu?  Mana mungkin!”  kata salah satu gadis itu.

 "Tidak dalam sejuta tahun, ‘kan?"  yang lain mengikuti.

 Mereka pada dasarnya mengatakan kalau aku terlalu tidak menarik untuk menjadi pacarnya?

 Kokoro sudah mengajariku banyak hal tentang pakaian dan menata rambutku, tapi aku hanya mempraktikkan nasihatnya saat kencan dan semacamnya.  Di sekolah aku hanya mengenakan seragamku begitu saja, dan rambutku terlihat persis seperti ketika aku baru bangun dari tempat tidur.  Secara keseluruhan, aku sangat tidak setuju dengan pendapat para gadis itu, tapi dikatai begitu dengan santainya membuatku marah dan malu.

 "Tidak mungkin!"  kata Kokoro, terdengar hampir jijik dengan pendapat itu.

 Terima kasih, ya.  Bukannya aku punya perasaan atau apa...

 "Apa-apaan kotak makan siang itu?"  tanya gadis berambut coklat itu.

 Jika dia tahu kalau kami tinggal bersama, itu akan menjadi masalah besar!

 "Apakah kau, membuat dua bento yang sama dan memberinya satu?"  katanya kemudian.

 "Hah?"  Kokoro menjawab, terkejut dengan betapa absurdnya tebakan temannya itu.

 Sepertinya dia tidak akan langsung menyimpulkan kalau kami tinggal bersama hanya karena kami menggunakan kotak makan siang yang sama...

 “Apa?  Itu tidak seperti Kokoro.  Kau suka laki-laki ini ya?”  yang berambut hitam bertanya.

 "Tidak!  Tidak mungkin!  Ini hanya kebetulan—” Kokoro mulai menjelaskan lagi, tapi dia diinterupsi oleh bel.

 "Ayo pergi!"  Kokoro memanggil teman-temannya, dan mereka bergegas menuju kelas mereka.  Setelah melihat mereka pergi, aku berjalan dalam diam kembali ke kelasku sendiri.

 Aku lega gadis-gadis berpenampilan lonT itu tidak tahu kalau Kokoro tinggal di rumahku, tapi aku masih tersinggung dengan apa yang mereka katakan tentangku.

 Jika untuk menarik minat gadis seperti itu, seorang pria harus menjaga penampilannya bahkan ketika pergi ke sekolah dan mendapatkan lebih banyak teman daripada aku... tapi yang pertama kedengarannya terlalu merepotkan  dan yang terakhir kedengarannya mustahil.

 Lagi pula, aku tidak peduli tentang apa yang orang pikirkan tentangku di sekolah.  Aku akan menemukan pacar otaku imutku di tempat lain dan hidup bahagia, pikirku untuk menghibur diri.


Kemudian hari itu, saat istirahat makan siang, Ai dan aku sedang mengobrol di kantin.

 “Kau tahu, aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat kemarin.  Kau bekerja bersama Nishina di maid café?!  Itu mengejutkan!”  katanya.

 “Ssst!  Jangan bicarakan itu di sini!  Dia tidak ingin orang lain tau kalau dia adalah seorang otaku, atau lebih buruk lagi, kalau dia bekerja menjadi maid!”  Aku berbisik, mendesaknya.

 "Oh itu benar.  Tetap saja, siapa yang mengira kau bisa berteman dengan gadis seperti itu?  Dia berada jauh di puncak kasta sekolah dibandingkan denganmu.”

 "Kami tidak benar-benar berteman atau apa... Ngomong-ngomong, apakah kau selalu pergi ke acara cosplay dengan fotografer seperti pria kemarin?"  Aku bertanya kepadanya.

 "Kenapa?  Apakah itu aneh?"

 "Kurasa dia menyukaimu... sedikit terlalu menyukaimu."

 "Oh itu?  Aku tidak keberatan.  Terkadang dia menjijikkan, tapi dia pria yang baik dan fotografer yang hebat.  Ada orang yang seratus kali lebih buruk darinya di acara semacam itu, ” jawabnya.

 Acara cosplay ternyata lebih menakutkan daripada yang kukira...

 "Oh sial!"  Kata Ai sambil melihat jam di ponselnya.  “Aku ada rapat OSIS sebentar lagi!  Aku harus pergi, sampai jumpa Kagetora!”

 Dia berlari keluar dari kantin dan aku ditinggalkan sendirian, sendirian memakan sisa makanan kemarin.

 Berjarak beberapa meja dari tempatku duduk, aku melihat wajah yang kukenal.  Itu Elena, sedang makan bersama teman-temannya.  Saat aku melihat ke arahnya, mata kami bertemu.  Dia mungkin sadar kalau aku ada di sini.

 Aku benar-benar ingin bertanya padanya tentang video Emily Saionji itu dan bagaimana dia menghadapi reaksi buruk setelah dia berkolaborasi dengan YouTuber brengsek itu.  Aku khawatir kalau reaksi para penggemarnya mungkin memukulnya terlalu keras.  Namun, tentu saja aku tidak bisa begitu saja mendekati kelompok gadis-gadis cantik itu.

 Saat aku sibuk berkubang dalam ketidakberdayaanku sendiri, aku melihat gadis-gadis di meja Elena bersiap-siap untuk pergi.

 Jika dia meninggalkan kantin, aku tidak akan punya kesempatan untuk bertanya padanya... pikirku, tapi kemudian aku mendengar dia bicara dengan teman-temannya.

 “Aku ingin makan beberapa makanan ringan dulu.  Aku akan menyusul kalian nanti, oke?”  katanya.

 Jika dia ditinggal sendirian, ini akan menjadi kesempatan sempurna untuk bicara dengannya.  Mata kami bertemu lagi, dan dia mulai berjalan menuju mejaku.

 "Halo, Ichigaya," dia menyapaku sambil tersenyum.

 “M-Minami!”  kataku, terkejut tapi senang dia benar-benar datang dan bicara denganku.  “Sudah lama ya!  A-aku sudah melihat semua postingan barumu... tahu!"

 Aku tahu kalau identitas VTuber Elena adalah rahasia yang harus dilindungi dengan cara apa pun, jadi aku mencoba untuk tidak menyebutkan tentang videonya dengan cara yang dapat dipahami orang lain.

 Sekarang aku memikirkannya, tidak mungkin aku bertanya padanya tentang video terakhirnya di sini, di sekolah, 'kan?

 "T-Terima kasih..." katanya.

 “Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu… tapi mungkin ini bukan tempat yang tepat, 'kan?”  tanyaku.

 Dia melihat sekeliling, melihat kalau masih ada beberapa orang yang berkeliaran di kantin.

 "Katakan ... apakah kamu sibuk hari ini sepulang sekolah?"  dia bertanya.

 "Hah?!  T-Tidak, aku luang!”  jawabku, bingung dengan apa  maksud dari pertanyaan itu.

 “S-Sebenarnya,” katanya, “Aku juga ingin menanyakan sesuatu padamu... Sesuatu yang ada hubungannya dengan itu.  Bisakah kamu meluangkan waktu untukku, jika tidak masalah? ”

 “T-Tentu saja!  Aku tidak tahu apakah aku bisa membantu, tapi aku akan senang jika kamu memintaku!"  Aku langsung menjawab.

 Dia ingin menanyakan sesuatu tentang videonya?  Dia menganggapku orang yang bisa diandalkan, yang bisa dia tanyai?!  Ya!  Luar biasa!  Aku sangat senang aku tidak punya shift kerja hari ini!

 "Terima kasih banyak!  Dan untuk tempatnya... kupikir akan lebih baik jika di ruangan tempat kita berbicara terakhir kali.  Jika kita mengunci pintu dan mengecilkan suara kita, tidak ada yang akan mendengar kita,” sarannya.

 "Tentu!  Itu boleh juga."

 Aku tahu kalau dia mengambil tindakan pencegahan itu karena dia perlu merahasiakan kalau dia adalah VTuber, tapi gagasan terkunci di dalam ruangan sempit bersamanya masihlah membuatku takut.

 “Jadi, jam empat, ruangan tempat terakhir kali kita bicara.  Oke?"  dia bertanya.

 "Oke!"

 "Terima kasih sekali lagi!"  dia tersenyum cerah, sebelum kami berdua kembali ke kelas kami.

 Minami ingin bertanya tentang videonya... Itu tidak terduga.  Pasti ada hubungannya dengan tragedi video terbaru itu, tidak diragukan lagi.  Ini sempurna, karena aku juga ingin menanyakan itu padanya.  Hmm, sepertinya aku tahu kenapa dia mengandalkanku... Mungkin aku lah satu-satunya orang di sekolah yang tahu tentang rahasianya.


 Hari itu, setelah jam pelajaran, aku memberi tahu Ai kalau aku tidak bisa tinggal dan mengobrol dengannya seperti biasanya.  Aku sampai di ruang penyimpanan lab sains, tempat aku dan Elena akan bertemu, tepat sebelum pukul empat.

 "Ichigaya...?"  Aku mendengar suara berbisik dari dalam ruang penyimpanan.  Aku membuka pintu dan melihat Elena, sudah menunggu di sana.

 "Silahkan masuk," katanya.

 Setelah aku masuk, dia menjulurkan kepalanya ke lorong, memeriksa tidak ada orang di sana, dan kemudian mengunci pintu dengan kami berdua di dalam.  Aku hanya bisa membayangkan betapa buruknya jika seseorang melihat kami berdua masuk ke dalam sebuah ruangan sempit bersama.  Elena juga terkenal di sekolah karena dia blasteran dan pekerjaannya di dunia hiburan yang tidak dia jelaskan, yang membuatnya semakin buruk.

 Menjaga ketenanganku dalam situasi ini tidak mudah.

 Elena mengeluarkan ponselnya dan memutar musik.  "Jika menyetel ini dengan volume paling keras, tidak akan ada yang bisa mendengar kita," katanya.  Tentunya musik yang menggelegar dari ruang penyimpanan hanya akan menarik perhatian yang tidak diinginkan, tapi kurasa itu masih lebih baik daripada percakapan kami tidak sengaja terdengar.

 "Terima kasih sudah datang," katanya.

 "Ini bukan apa-apa!"

 “Aku hanya ingin bertanya tentang sesuatu.  Aku sudah memikirkan ini sejak kemarin ... "

 "Lanjutkan!"

 “Kamu sudah tahu aku ini seorang VTuber,” katanya padaku dengan ekspresi serius di wajahnya.  “Dan aku selalu senang saat membuat video.  Aku hanya melakukan apa pun yang kusuka dan para penonton sepertinya juga menyukainya…”

 Aku setuju—sebagai penonton, video di mana Emily Saionji sedang bersenang-senang melakukan apa yang dia suka selalu merupakan yang paling menghibur.

 “Tapi sekarang,” lanjutnya, “manajemen memaksaku untuk memainkan game populer yang tidak terlalu kuminati. Mereka juga menyuruhku berkolaborasi dengan YouTuber lain, dan semacamnya… Aku tidak  keberatan jika dengan VTuber lain, tapi aku harus membuat video dengan YouTuber asli, dan—”

 “Aku tahu siapa yang kamu bicarakan.  Aku ingin bertanya padamu tentang itu juga,” kataku.

 “Kamu menontonnya?”  dia bertanya, tampak malu sekaligus tersanjung.  “Jadi, kamu tahu, perusahaanku ingin aku fokus pada apa yang sedang ‘populer’ agar aku mendapatkan lebih banyak penonton.  Aku setuju kalau menambah pengikut itu penting, tapi video yang telah mereka buat sangat membuat kecewa penggemar... Maaf aku tidak bisa lebih spesifik, karena aku terikat kontrak..."

 "Aku setuju denganmu seratus persen!"  Kataku.  "Sejujurnya, aku sudah menduga ada sesuatu yang aneh dengan video-video barumu ... Jadi itu salah perusahaan, bukan kamu!"

 "Sesuatu yang aneh?"

 “Hmm, video lama lebih... menyenangkan.  Video di mana Emily bermain game yang penuh dengan gadis-gadis manis, mengobrol tentang pasangan dalam game, dan kamu tahu... bersenang-senang juga.”

 Dia tampak terkejut dengan kata-kataku.

 “Aku suka kolaborasimu dengan gadis VTubers lain, tapi yang dengan pria itu ... mengejutkan.  Kenapa mereka memaksamu untuk melakukan itu?  Penggemar Emily tidak akan pernah bisa menikmati hal seperti itu, dan sebagai penggemarmu kupikir begitu.”

 “Ichigaya...”

 “M-Maaf!  Aku mungkin terlalu blak-blakan.”

 "Tidak masalah!  Aku sangat senang kamu sangat peduli pada Emily Saionji!”  katanya.

 “N-Ngomong-ngomong... Kupikir hal terbaik dari Emily adalah betapa antusiasnya dia pada apa yang dia lakukan.  Para penggemar sepertiku hanya ingin melihatmu menikmati dirimu sendiri.  Jadi kamu sangat benar!  Perusahaanmu yang mengacaukan segalanya. ”

 Idiot macam apa yang bertanggung jawab memutuskan video apa yang harus dibuat Emily?  Apakah dia tidak tahu apa-apa tentangnya?

 "T-Terima kasih ..." katanya, menatap lantai.

 Apakah aku membuatnya takut karena terlalu antusias?

 "Aku sangat senang kamu mau berbicara denganku!"  Katanya.  Dia menatapku, tersenyum dengan sedikit malu-malu.

 "Hah?!  Ini bukan apa-apa, maaf aku tidak bisa memberimu nasihat yang berguna…”

 “Bukan begitu!  Aku khawatir kalau mungkin saja perusahaan melakukan hal yang benar dan aku tidak dapat memahaminya... tapi setelah mendengar apa yang kamu katakan, aku lebih yakin tentang apa yang kurasakan.  Kamu memberiku keberanian yang kubutuhkan agar bisa bicara dengan manajemen untuk mengubah pikiran mereka.  Terima kasih banyak!"

 “Oh, tapi aku hanya memberimu pendapatku sebagai penggemar…”

 Tentu saja, aku lebih dari senang karena kata-kataku berguna untuknya.

 "Sekarang aku ingat, ada salah satu videomu yang sangat kusuka!"  Aku memberitahunya.

 “Hm?  Yang mana?”

 “Tanya Jawab Penonton!  Ketika kamu berbicara tentang anime favoritmu, game, dan sejenisnya,  itu sangat menghibur, mendengar tentang semua game yang kamu suka—dan di dalam setiap game itu ada pasangan yuri-nya!  Aku benar-benar tahu betapa seriusnya kamu!”

 "Oh!  Aku sangat senang saat melakukan itu!”

 “Dan itu lucu ketika seseorang bertanya kepadamu tentang pria impianmu dan kamu dengan santainya menjawab, 'Gadis tomboy atau gadis yang keren dan cantik,' seperti itu adalah hal yang paling jelas di dunia!  Pria impianmu adalah wanita!  Hahaha!  Aku yakin semua VTuber lain terkejut dengan itu!  Kamu sangat pandai berakting menjadi gadis yuri!”

 Elena tiba-tiba mengalihkan pandangannya, bergeser sedikit seolah-olah merasa tidak nyaman.

 "Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?"  Tanyaku.

 "A-aku itu tidak... aku itu tidak berakting."

 "Hah?"

 “Kupikir… aku mungkin suka perempuan… sungguh,” katanya pelan, masih menghindari mataku.

 "Apa?!"

 Apa yang baru saja dia katakan padaku?!  Bagaimana aku harus bereaksi?!

 “Sebenarnya, ada hal lain yang ingin kubicarakan selain videoku itu ... dan itu ini.  Aku tidak pernah memberi tahu siapa pun di dunia nyata betapa aku suka yuri, tapi, ketika aku memberi tahumu, kamu benar-benar mendukungnya.  Setelah itu, aku memutuskan kalau aku ingin memberi tahumu, ” katanya.  Aku tercengang.

 "M-maaf aku tiba-tiba mengatakan sesuatu yang aneh," dia meminta maaf.

 "Bukan masalah!  Aku senang mendengarkan apa pun yang ingin kamu bicarakan!”  kataku, dan dia mulai menjelaskan lebih dalam.

 “Kupikir aku menyadari ini saat sekitar SMP, atau bahkan SD.  Aku selalu berfantasi tentang karakter yang kusuka jatuh cinta satu sama lain.  Tapi aku mulai memperhatikan kalau fantasiku selalu berisi pasangan karakter perempuan.  Pertama kali mungkin saat aku menonton Magical Fighting Girls Milky 5, dengan Marika dan Kaoru...”

 “Oh, Milky 5?”  kataku.  “Acara itu mengubah banyak orang menjadi otaku!  Aku tahu itu seharusnya adalah acara anak-anak, tapi kupikir banyak otaku dewasa juga menontonnya.  Dan jika tidak salah ingat, Marika dan Kaoru yang jatuh cinta satu sama lain adalah kanon, itulah sebabnya ada begitu banyak doujinshi yuri tentang mereka.  Kaoru populer di kalangan perempuan, ‘kan?  Dia tipe yang keren dan semacamnya…”

 “K-Kamu tahu?!  Kamu mengerti?  Ya!  Aku jadi otaku karena itu juga!  Dan aku juga jadi sadar betapa aku mencintai yuri karena itu.  Aku masih kecil, tapi aku sangat mencintai Kaoru.”

 Aku juga menonton anime itu saat itu, saat masih SD.  Secara khusus, lebih dari si protagonis, aku suka si gadis tsundere berambut hitam panjang.  Dia adalah waifu pertamaku.

 “Setelah itu, aku mulai menonton lebih banyak anime berisi pasangan perempuan.  Aku tidak pernah tertarik pada laki-laki, baik di anime maupun di dunia nyata, dan aku tidak pernah benar-benar ingin pacar…”

 "Jadi, apakah kamu... lesbi*n?"  Tanyaku.

 "Aku tidak tahu.  Semua karakter fiksi yang kusuka adalah wanita, tapi jika menyangkut dunia nyata, aku tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun, baik pria atau wanita.  Mungkin aku tidak tertarik pada pria, atau mungkin aku tertarik.  Aku tidak yakin.  Tapi aku tidak bisa membicarakan hal ini dengan teman-temanku, dan tentu saja tidak dengan orang tuaku, jadi aku menyimpannya sendiri selama ini.  Pasti merepotkan untuk mendengarkan sesuatu seperti ini, ketika kita bahkan tidak begitu mengenal satu sama lain.  Aku sangat menyesal ..." katanya, matanya penuh penyesalan.

 "Tidak, tidak!  Ini sama sekali tidak mengangguku!”  aku langsung menjawab.  “Mungkin, kamu tahu, ini hanya masalah waktu.  Sebenarnya, aku juga tidak pernah punya pacar dan banyak temanku yang bahkan tidak pernah jatuh cinta.  Kebanyakan dari mereka tidak pernah berkencan dengan siapa pun, sebenarnya. ”

 Aku memikirkan dua orang yang bisa kusebut teman: Ai dan Kokoro.  Tak satu pun dari mereka pernah punya pacar, jadi itu ada dua orang.

 “B-Benarkah?  Semua temanku sudah punya pacar, jadi kupikir aku aneh karena tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun…”

 “Itu karena semua temanmu sangat populer!  Kita masih SMA, jadi tidak perlu terburu-buru.”

 "Jadi begitu..."

 “Jika, suatu hari, kamu jatuh cinta dengan seseorang, maka kamu akan mulai khawatir untuk mengungkapkannya... baik itu laki-laki ataupun perempuan,” kataku.

 Aku melakukan yang terbaik untuk mematikan bagian otakku yang ingin berfantasi tentang Elena yang bermesraan dengan gadis lain hingga aku bisa memberikan jawaban yang agak bagus.  Sebenarnya aku tidak dalam posisi untuk memberikan nasihat tentang asmara kepada orang lain...

 "Terima kasih," katanya, tersenyum sedikit.  “Kamu tidak hanya mendengarkan masalahku, tapi kamu juga menghiburku.  Kamu benar.  Aku tidak perlu khawatir tentang masalah belum pernah jatuh cinta.  Aku merasa jauh lebih baik sekarang!”

"Aku senang mendengarnya!"

 “Aku tidak tahu kalau hanya berbicara dengan seseorang bisa membuatku merasa jauh lebih ringan.  Aku tahu aku terus mengatakan ini sejak tadi, tapi terima kasih sekali lagi.  Dan sebenarnya, tahu kalau ada seseorang di sekolahku yang menikmati hasil kerjaku dan memahami hal-hal yang kusuka memberiku begitu banyak keberanian, ”katanya.

 “M-Minami, aku—”

 "Jika tidak masalah... bolehkah aku berbicara denganmu kapan pun aku membutuhkan saran?"

 “T-Tentu saja!  Kapan pun!  Meski aku tidak yakin apakah yang kukatakan akan berguna untukmu. ”

 "Benarkah?!  Terima kasih!  Hanya kamu satu-satunya yang bisa begitu terbuka denganku, meskipun memiliki begitu banyak hal yang perlu dikhawatirkan.  Aku benar-benar berterima kasih," katanya.

 Aku mendengar Emily Saionji mengatakan kalau dia hanya bisa mengandalkanku ... Aku sangat senang aku bisa mati.

 Setelah itu, dia dan aku berjalan ke stasiun bersama.


 Setelah aku sampai di rumah, aku menerima pesan LINE dari Elena, dia berterima kasih kepadaku.

 Adanya seorang gadis manis yang mengandalkanku membuatku cukup bahagia, tapi fakta kalau dia adalah VTuber yang sama yang kucintai bahkan lebih bagus lagi.  Itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi seorang otaku sepertiku.

 Pasti sulit baginya untuk menyimpan semua kekhawatiran itu sendiri tanpa ada yang bisa diajak bicara.  Aku senang dia berhasil membuka diri kepadaku, dan aku siap membantunya semampuku, dan seperlunya.

 Tentu saja, jika dia seorang lesbi*n, maka aku tidak akan memiliki kesempatan untuk berkencan dengannya.  Memang, itu tidak akan banyak berubah bahkan jika dia heteroseksual, tapi berpikir bahwa itu seratus persen tidak mungkin membuatku sedikit sedih.  Tapi tentu, aku akan mengakuinya.  Aku sangat egois karena memikirkan tentang itu.


Translator: Janaka


Post a Comment

Previous Post Next Post

Announcement

[PENGUMUMAN]
Fufu Novel akan kembali menggunakan domain fufuzone.blogspot.com karena masa aktif domain fufunovel.com akan segera berakhir dan kami memutuskan untuk tidak memperpanjangnya.
[ANNOUNCEMENT]
Fufu Novel will return to using the domain fufuzone.blogspot.com because the validity period of the domain fufunovel.com will expire soon and we decided not to renew it.

Post Ads 2