OmiAi - Chapter 134 Bahasa Indonesia

 

Bab 134


Nah, waktu kencan yang menyenangkan telah berakhir dalam sekejap.

Mereka berdua berganti pakaian dari pakaian olahraga ke pakaian sehari-hari, kemudian meninggalkan fasilitas tersebut.

Dalam perjalanan pulang.

Mereka berdua berjalan di jalan seraya bergandengan tangan.

"Sampai setahun yang lalu, aku tidak menyangka akan memiliki hubungan seperti ini denganmu."

Tiba-tiba, Yuzuru menggumamkan hal seperti itu.

Arisa tertawa ringan menanggapi topik itu.

"Aku juga sama ... Kita dulu merasa canggung satu sama lain."

"Haha ... Kita pergi kencan untuk menutupi hubungan kita."

Sekarang, tidak perlu lagi menutupinya, karena faktanya mereka sudah bertunangan.

"Saat ini ... itu cerita yang aneh untuk didengar."

"Ya?"

"Waktu itu... bagaimana? Maksudku, saat kencan denganku."

Kesampingkan saat ini, Arisa pada saat itu seharusnya tidak menyukai Yuzuru. Setidaknya, itu yang terlihat di mata Yuzuru, kelihatannya dia asik dengan dirinya sendiri, tapi...

"Jika aku tidak menikmatinya, itu berarti aku tidak menyukaimu, 'kan?"

"Ahaha... yah, kamu benar."

Yuzuru tidak sengaja tersenyum pahit, lalu menggaruk pipinya dengan setengah malu.

"Um, yah... memang menyenangkan bermain di fasilitas hiburan umum, tapi, kamu tahu, saat di kolam renang... Pada awalnya kupikir kamu tidak menyukainya."

"Itu, yah... Aku hanya terkejut dan berteriak 'Eh!' saat kamu mengajakku."

Kata Arisa dengan sedikit tersipu.

Pergi ke kolam renang dengan pria yang bukan pacarmu itu rintangannya terlalu tinggi, tapi...

Fakta kalau dia benar-benar pergi ke kolom renang, itu berarti Arisa mampu mengatasi rintangan tersebut.

"Kalau dipikir-pikir sekarang, ... Sejak saat itu, aku menyukaimu."

“Eh? ...Benarkah?”

Sejauh yang Yuzuru ingat, selama festival musim panas, dia merasakan sesuatu seperti "cinta" dari Airisa.

Tidak pernah terpikirkan oleh Yuzuru kalau Arisa menyukainya sejak saat mereka berkencan di kolam renang.

"Tidak, tentu saja... Hubungan seperti sekarang, tidak pernah terpikirkan olehku, tapi."

"Tapi?"

"Um, yah aku tidak menyangka kalau kamu orang yang luar biasa."

Kata Arisa sambil membuang muka dengan malu-malu. 

Setelah itu, untuk beberapa alasan, dia terlihat sedikit marah dan menatap Yuzuru, mengangkat matanya sedikit.

"Ngomong-ngomong, Yuzuru-san sendiri... Bagaimana?

“...Bagaimana? Apanya?”

"Padahal aku sudah mengatakannya, kalau Yuzuru-san tidak mengatakannya bukankah itu tidak adil?"

Dengan kata lain, tepat satu tahun yang lalu, apa yang Yuzuru pikirkan tentang Arisa.

"...Begitu ya."

Kapan, kamu punya pemikiran ingin menjadi pacar Arisa?

Setelah memikirkan kembali hal itu... itu pasti saat setelah festival musim panas.

Meski begitu, bukan berarti Yuzuru tidak menganggap Arisa sebagai lawan jenis sebelumnya.

"Aku juga... menyukaimu saat itu, mungkin?"

“Mungkin apa maksudmu?”

"U-Um...yah, karena aku memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya."

Arisa adalah gadis yang cantik.

Baik dulu maupun sekarang tak berubah. Tentu saja... secara penampilan, dia lebih cantik sekarang.

Adalah hal yang mustihal jika Yuzuru tidak menyadarinya sebagai lawan jenis. 

"... Pada saat itu, karena kita pura-pura bertunangan, jika aku terlalu berlebihan memikirkannya... bukankah itu sangat memalukan kalau aku jatuh cinta padamu?"

Ketika Yuzuru berkata begitu, Arisa sedikit mengangkat sudut mulutnya.

"Meski begitu, pada akhirnya kamu jatuh cinta padaku, 'kan?"

"Yah seperti itulah."

Yuzuru menjawab dengan jelas tanpa ragu-ragu.

Dan dia menggenggam tangan Arisa dengan erat.

"Aku tidak ingin memberikanmu kepada siapapun... dan menginginkanmu untuk diriku."

"A-Aku mengerti."

Apakah itu kata-kata yang lebih mengejutkan daripada yang Arisa harapkan?

Arisa meninggikan suaranya dan terlihat gugup.

"...Misalkan."

"Ya?"

"Jika aku mengatakan tidak mau, apa yang akan Yuzuru-san lakukan?"

Menanggapi pertanyaan Arisa, Yuzuru terkikik.

"Walau kamu mengatakan tidak mau... aku sudah terlanjur menyukaimu, dan karena aku sudah menyukaimu, aku tidak akan pernah menyerah mendapatkanmu."

"...Maksudmu, kamu akan berusaha keras membujukku?"

"Tentu saja membujukmu, tapi..."

Yuzuru secara alami mengangkat sudut mulutnya.

"Akan aku tunjukan bahwa aku bisa mendapatkanmu dengan segala cara."

"La-Lagi-lagi Yuzuru-san mengatakan itu..."

Dengan segala cara.

Tak perlu dikatakan secara langsung, itu sudah tersampaikan pada Arisa bahwa dia akan menggunakan metode paksa di dalamnya.

"Jika Yuzuru-san seserius itu..."

Arisa memandang Yuzuru dengan wajah merahnya.

Sembari melembabkan matanya.

Arisa menggerakan bibirnya yang menggoda.

"Bukankah aku tidak bisa melarikan diri?"

Tak perlu dikatakan...

Antara keluarga Takasegawa dan keluarga Amagi, yang pertama jauh lebih kuat.

Akan sulit bagi Arisa untuk kabur dari Yuzuru yang menggunakan "segala cara".

"Aku tidak bermaksud membiarkanmu melarikan diri. Sampai sekarang dan seterusnya..."

Di sisi lain, Yuzuru terlihat seperti sedang bercanda, tapi dia mengatakannya dengan serius.

Lalu dia bertanya pada Arisa.

"Apa mungkin kamu berencana melarikan diri?"

"Tidak."

Arisa menggelengkan kepalanya kiri ke kanan.

"Aku juga... tidak bermaksud melarikan diri."

Ternyata mereka memiliki maksud yang sama.

Yuzuru dan Arisa tertawa bersama.

"Yah... perutku sudah dibuat kecanduan masakanmu."

"Setidaknya, akan aku membuatkanmu sup miso sampai kamu meninggal."

"Aku mohon bantuannya sampai surga."

"Surga ya... yah, jika ada. Menurutmu apa yang ada di sana...?

"Kalau menurutku... yah, aku tidak tahu kalau aku belum mati."

Dengan begitu, setelah mereka berdua membicarakan tentang surga...

Mereka tiba di depan rumah Arisa.

"Sampai jumpa, Arisa. Sampai bertemu lagi di sekolah..."

"...Tolong tunggu."

Arisa meraih pakaian Yuzuru saat ia hendak pergi.

Yuzuru memiringkan kepalanya.

"...Apa kamu ingin bicara sebentar lagi?"

Bahkan bagi Yuzuru, dia juga sulit berpisah dengan Arisa.

Tentu saja, dia tahu perasannya bahwa dia ingin bicara lebih banyak dengannya.

... Tapi dia tidak ingin terus bicara dengannya sambil berdiri.

"Um, yah, bukan itu yang aku mau... kamu ingat, aku masih belum membuat permintaan, 'kan?"

"Permintaan..? Ah, waktu bermain tenis ya, iya iya aku masih mengingatnya kok."

Yuzuru yang hampir lupa, berkata begitu untuk menipunya.

Arisa, di sisi lain memelototi Yuzuru.

"Dasar Yuzuru-san..."

"Um... jadi, apa permintaanmu? ...Aku menghargainya jika kamu bersikap lembut padaku."

Ketika Yuzuru memelas seperti itu...

Arisa entah kenapa, menghadap ke samping.

"...Arisa?"

"Um, untuk perpisahan... bisakah kamu melakukan itu?"

"...Itu?"

Ketika Yuzuru bertanya kembali dengan nada berbisik, Arisa berbalik menghadapnya, wajahnya merah cerah.

"Itu, ciuman per----"

Arisa tidak bisa menyelesaikan kata-katanya.

Karena Yuzuru menempelkan bibirnya di bibir Arisa.

"...!?"

Karena hal yang mendadak itu, membuat mata Arisa melebar.

Ketika sedang berciuman, kedua tangan Yuzuru melingkar di tubuh Arisa dan memeluknya dengan kuat.

Rongga hidung Yuzuru menangkap aroma yang harum.

Merasakan kelembutan dan kehangatan Arisa dengan seluruh tubuhnya.

"...Tunggu, Yuzuru...san!"

Dia memutar tubuhnya dan menutup bibirnya untuk memprotes Yuzuru.

Yuzuru memeluknya erat-erat seolah menunjukan bahwa ia tak ingin melepaskannya.

Dia memeluknya dengan kuat.

Dan dia terus melanjutkan mencium bibirnya.

... Membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh detik.

Yuzuru akhirnya melepaskan Arisa.

"Sudah cukup, 'kan?"

Hanya suara Yuzuru yang tenang.

Tapi, dia bertanya dengan wajahnya yang merah.

... Yuzuru juga merasa malu.

"..."

Tetapi, itu lebih memalukan bagi Arisa.

Dengan wajah merah cerahnya, Arisa menatap Yuzuru.

"...Lain kali, tolong katakan sesuatu lebih dulu sebelum melakukannya "

Di sisi lain, Yuzuru melayangkan senyum jahilnya.

"Bukankah dari awal kamu yang menyuruhku menciummu?"

"Bu-Bukan ciuman bibir yang aku inginkan... tapi ciuman di pipi..."

Yuzuru menempelkan bibirnya ke pipi Arisa yang berteriak memprotes.

"Dengan begini sudah cukup, 'kan?"

"Haaah..."

Arisa menghela nafas keras untuk menutupi kesalahannya.

Kemudian dia berbalik menuju rumah...

Sebelum membuka pintu, dia kembali menatap Yuzuru.

Dia lalu berkata dengan wajah marah.

"Aku memaafkanmu."


Translator: Exxod

Editor: Janaka


8 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2