OmiAi - Chapter 136 Bahasa Indonesia


 Bab 136 - Kunjungan Tunangan ke Tempat Kerja Paruh Waktu.


Di restoran, Yuzuru bekerja pada shift jam makan malam hari kerja.

Dari jam 5 sore hingga 10 malam, dengan jam kerja 3 atau 4 jam.

Nah, untuk hari ini dari jam 5 sore sampai 8 malam.

Ketika Yuzuru, yang telah selesai ganti baju mengenakan seragam kerja, meninggalkan ruang istirahat dan akan menuju aula…

Dia dihentikan oleh seorang pria berpenampilan biasa.

“Hei, bagaimana dengannya setelah itu? Apa berjalan dengan baik?

Hiromi Hasegawa.

Manajer restoran ini.

Yuzuru telah banyak berhutang budi padanya, dan dia mendapat keuntungan dari shiftnya yang fleksibel, jadi dia melaporkan kalau pengakuan cintanya saat White Day semuanya berjalan dengan baik.

…Dia sama sekali tidak berbohong bahkan Yuzuru mengatakan kalau dia telah melamarnya.

“Ya, semuanya sempurna.”

“Baiklah, aku senang mendengarnya.”

Hiromi tersenyum.

Kemudian… dia berbisik di telinga Yuzuru.

“Ngomong-ngomong, sudah sejauh mana kau melakukannya?”

“…Sejauh mana?”

“Itu, kau pasti tahu, ‘kan yang aku maksud, ABC, sudah sejauh mana?”

“Pertanyaan anda seperti paman-paman saja.”

“Tapi aku memang seorang paman.”

Meski terlihat muda, Hiromi seumuran dengan ibu Yuzuru.

Ngomong-ngomong, begini-begini dia sudah punya istri dan anak.

Papa dari dua orang anak.

Tidak aneh dia memiliki keluarga karena dia adalah pemilik restoran yang ramai sampai sekarang.

“…Apa A sampai ke bibir?”

“Benar, apa kau sudah melakukannya?”

“Kalau begitu, A sudah.”

“…Kalau B?”

“B itu… sampai mana?”

“Melakukan hal mesum dan ‘itu’-mu belum masuk.”

“Kalau itu, aku masih belum melakukannya.”

Ketika Yuzuru menjawab begitu, Hiromi membuka matanya lebar-lebar.

Tidak kuduga! Dia melatakan tangan di mulutnya seakan berkata begitu.

“Karena banyak anak zaman sekarang sangat agresif akhir-akhir ini, aku bertanya-tanya apa kalian sudah mencapai B.”

“Aku tidak ingin terlalu agresif dan menyerahkannya pada situasi saat itu nanti.”

“Itu juga bagus, tapi jika kau terlalu berhati-hati seperti itu, dia mungkin tidak akan suka itu.”

“…Tidak, bukan aku yang tidak mau memajukan hubungan kami, tapi dia.”

Yuzuru juga seorang anak SMA.

Situasi keluarga dan percintaannya sedikit, tidak, mungkin cukup istimewa, tapi hasratnya rata-rata. 

Wajar jika dia punya hasrat untuk melakukan hal seperti itu dengan kekasinya.

Namun…

“Tentu, kalau dipikir-pikir, jika itu pacar Yuzuru, pasti dia berasal dari keluarga baik-baik, ‘kan? Masuk akal jika dia tidak pandai dalam hal itu.”

Tidak dapat disangkal kalau Arisa berasal dari keluarga baik-baik di dunia pada umumnya.

Namun, ketika ditanya apakah karena latar belakang keluarga baik-baik itu dia begitu pendiam, Yuzuru hanya bisa  memiringkan kepalanya.

Secara sederhana, perbedaan kepribadian dan tempramen Arisa sangat besar.

Dia sedikit pemalu.

“Yah, aku tidak bisa mengatakan kau harus lebih mendoronganya. Jangan buru-buru, tapi jangan lewatkan jika ada kesempatan. Mood itu penting, oke.”

“Aku mengerti.”

Mood ya… Bagaimana caraku menciptakannya?

Sembari berpikir, Yuzuru menuju aula.

Nah, sekitar jam 7 malam, dua jam telah berlalu sejak Yuzuru mulai bekerja.

“Selamat da— EH!”

Terkejut, Yuzuru menghancurkan senyum kerjanya.

Karena orang yang dia kenal memasuki toko.

“Kenapa kau tiba-tiba berteriak? Memangnya ini pasar? Bagaimana kerjaanmu sebagai pelayan?

“Kami ini pelanggan, mengerti!”

Ayaka dan Chiharu.

Dia yakin kalau mereka sedang bermain-main.

“…Sebelumnya sudah kubilang, ‘kan. Aku tidak keberatan kalian berkunjung ke sini, tapi jangan bermain-main karena itu menganggu restoran…”

Tentu saja, Ayaka dan Chiharu adalah tipe moderat, jadi mereka tidak melakukan apapun yang akan mengganggu restoran.

Tapi, dia sedikit malu ketika sahabatnya melihat penampilannya saat bekerja.

Untuk alasan pribadinya sendiri, Yuzuru mencoba menolaknya dengan "argumen bagus" yang masuk akal, tapi …

“Yuzuru-san… Aku ada di sini.”

Segera setelah tunangannya menunjukkan wajahnya, Yuzuru menarik kembali "argumen bagusnya".

“Kamu mengejutkanku. Padahal jika kamu memberitahuku sebelumnya, aku bisa menyiapkan berbagai hal."

“Aku ingin mengejutkanmu… Apa aku mengganggumu?”

“Tentu saja tidak! Aku sama sekali tidak terganggu. Ditambah… hari ini juga tidak ramai. Kami sangat menyambutmu… Meja untuk tiga orang!!”

Silakan, Silakan.

Yuzuru memandu Arisa dan dua lainnya masuk ke dalam restoran.

“Entah kenapa, pelayan ini, bukankah menurutmu dia mengubah sikapnya tergantung pada orangnya?”

“Dasar pelayan terburuk.”

Keluhan dari mereka berdua tentu saja dia abaikan.

Setelah memimpin mereka bertiga ke meja, Yuzuru pergi ke dapur.

Lalu dia membungkuk ringan pada Hiromi.

“Maaf, sepertinya teman-temanku datang…”

“Anak-anak yang sebelumnya pernah datang ke sini, ‘kan? Tentu aku sangat menyambut mereka karena mereka memesan makanan yang mahal.”

Ayaka dan Chiharu pernah ke restoran ini bersama Soichiro sebelumnya.

Ketiga orang itu mengikuti saran Yuzuru dan makan hidangan yang sangat mahal.

Namun, ada satu hal yang mengganggu Hiromi.

“Rambut coklat itu… pirang? Ini pertama kalinya dia datang ke sini… apa mungkin, dia?”

“Ya, itu benar. Dia kekasihku… Arisa Yukishiro.”

Yuzuru merasa suaranya menjadi sedikit serak.

Perasaan bangga dan perasaan sedikit malu bercampur aduk.

“Hei! Bukankah dia sangat cantik! Sekarang aku mengerti kenapa Yuzuru-kun tergila-gila padanya.”

Di sisi lain, Hiromi menepuk punggung Yuzuru dengan sedikit gembira.

Yuzuru tersenyum pahit menanggapi reaksi Hiromi.

…Tapi, dia hanya terlihat bingung di luarnya saja.

Karena dia bangga jika kekasihnya dipuji seseorang.

“Lain kali, jika ada waktu perkenalkan dia padaku.”

“Baik, aku mengerti.”

Setelah selesai membuat janji, bel pesanan bordering.

Yuzuru menuju meja Arisa dan teman-temannya.

“Apakah kalian sudah memutuskan pesanannya? Pelanggan.”

Yuzuru tersenyum dan bertanya pada Arisa.

Di sisi lain, Arisa menggelengkan kepalanya dengan wajah memerah dan memperlihatkan menunya kepada Yuzuru.

“Tolong beri tahu aku menu yang direkomendasikan pelayan.”

“Saya mengerti, untuk rekomendasi hari ini adalah…”

Yuzuru dengan sopan menanggapi pertanyaan pelanggan.

Di sisi lain, dua lainnya memiliki ekspresi wajah yang tampak tidak puas.

“Tunggu! Kenapa pelayanan spesialmu hanya untuk dia? Bukankah kau pilih-pilih?

“Aku adalah dewa, mengerti! Dewa sejati! Pelanggan adalah dewa! Aku dewa di antara para dewa, mengerti!

“Mohon segera putuskan pesanan Anda.”

Setelah menerima pesanan dua orang lainnya, Yuzuru memastikan lagi pesan mereka.

Tidak ada pesanan yang salah catat.

Dengan begitu Yuzuru pergi menuju dapur …

“… Ada apa?”

Arisa sedikit menarik pakaiannya.

Karena itu sangat tiba-tiba, Yuzuru secara alami bertanya padanya.

Di sisi lain, Arisa melembabkan matanya dan pipinya memerah ...

Dia berkata dengan nada bergumam, melihat ke atas.

“Uhm… seragammu… aku pikiri itu keren…”

Yuzuru tercengang sejenak.

Dan agak lama kemudian …. Wajahnya menjadi panas.

“… Terima kasih, pelanggan.”

Yuzuru tersenyum dan berterima kasih kepada Arisa sebelum pergi.

Di sisi lain, Arisa dengan malu-malu memalingkan wajahnya dan melambaikan tangan kecilnya kepada Yuzuru yang menuju dapur.

… Sebuah cincin bersinar di jari manis tangan kirinya.


Translator: Exxod

Editor: Janaka


4 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2