OmiAi - Chapter 146 Bahasa Indonesia


 Bab 146 – Tunangan adalah seorang Pelayan (Setelahnya)


“…Pokoknya tidak boleh mengintip, mengerti?” 

Dari ruang ganti, terdengar suara Arisa. 

Tentu saja, tidak mungkin Yuzuru mengintipnya… tapi ketika dia mengingatkannya, dia merasa seperti sedang mengerjainya. 

“Apa itu berarti aku harus mengintip?” 

“J-Jangan! Pokoknya tidak boleh! Aku akan membencimu!” 

Menanggapi lelucon Yuzuru, Arisa menjawab dengan suara serius. 

Dan setelah beberapa saat... pintu ruang ganti terbuka. 

Ada Arisa dalam kostum pelayan. 

"Bagaimana penampilanku?" 

"... Ya, imut, kok." 

Seragam pelayan restoran Yuzuru terdiri dari blus putih dan rok hitam. 

Pita merah diletakkan di dadanya. 

Ini adalah desain yang sangat imut, tapi… 

(Mataku tidak mau lepas dari payudaranya…) 

Desainnya menekankan payudara. 

Desainnya seperti yang disebut “Pakaian pembunuh perjaka (asli)”. 

Di sebuah restoran, suasana tempat itu cocok, dan itu tidak terlalu mengganggunya, tapi di kamarnya, yang tidak pada tempatnya, itu memberinya kesan cosplay yang kuat… 

Itu memberikan semacam perasaan tidak senonoh. 

"…Apakah ada yang aneh?" 

“Tidak, tidak ada…” 

Arisa sepertinya tidak merasa tidak nyaman dengan keunikan desainnya. 

Dia mengenalinya sebagai seragam yang normal dan imut. 

"Jika ada sesuatu yang ingin kamu katakan, tolong katakana saja." 

“Y-Ya …” 

Arisa memiliki sosok yang membuat orang berpikir "sangat besar..." bahkan ketika dia mengenakan pakaian normal, tetapi jika dia mengenakan pakaian yang dirancang untuk menekankannya… 

Secara alami, gayanya yang luar biasa akan lebih ditekankan. 

Yuzuru masih perjaka dan mungkin akan terbunuh. 

Namun, jika dia mengatakan itu, Arisa akan malu dan mungkin akan berhenti dari pekerjaan paruh waktunya. 

Yuzuru tidak benar-benar ingin dia bekerja, tapi karena dia sudah memperkenalkannya, dia tidak ingin dia berhenti dalam seminggu. 

“Kupikir kamu imut sekali… dan aku jatuh cinta padamu lagi.” 

Jadi Yuzuru memutuskan untuk menipu dirinya sendiri. 

Faktanya, memang benar itu cocok untuknya. 

Karena dia memiliki wajah gaya barat, pakaian itu cocok untuknya. 

Selain itu... Seorang gadis dengan payudara besar mengenakan pakaian yang dirancang untuk menonjolkan payudaranya adalah semacam sinergi, dan dapat dikatakan kalau itu adalah yang paling cocok. 

“B-Begitu…, ya?” 

Ketika Yuzuru memujinya, Arisa terlihat malu. 

Ketidakpercayaannya pada Yuzuru tampaknya telah hilang. 

“Jadi… kamu bilang mau latihan, tapi apa sebenarnya yang akan kamu lakukan?” 

“Yuzuru-san adalah pelanggannya. Silakan pesan secangkir kopi.” 

Kopi yang biasa mereka minum bersama. 

Tampaknya latihannya adalah ... menawarkannya seolah-olah dia sedang melayani pelanggan. 

"Haruskah aku yang pertama memberi contoh?" 

“Ah, itu benar. Aku akan senang jika kamu mencontohkannya.” 

“…Apa aku perlu mengganti pakaianku?” 

Seragamnya dibawa pulang dan dicuci di rumah... Kebetulan, seragam Yuzuru sudah ada di tangannya. 

Tentu saja, walau tanpa menggunakan seragam, dia tetap bisa mencontohkannya, tapi… 

"Yah. Tolong pakai seragammu… karena jika hanya aku yang memakainya, aku terlihat seperti orang bodoh.” 

“…Tidak, tidak juga.” 

Yuzuru berpikir bahwa pernyataan itu sudah terdengar bodoh, tapi dia tidak mengatakannya. 

Apa yang diperlukan untuk hubungan tunangan yang mulus adalah untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu. 

“K-Kalau begitu, mari kita mulai…” 

Arisa berkata dan pergi keluar pintu. 

Rupanya, dimulai dari pintu masuk. 

Pintu perlahan terbuka dan Arisa yang terlihat sedikit gugup masuk ke apartemen Yuzuru… tidak, restoran. 

Yuzuru memasang senyum pelanggan. 

"Selamat datang!" 

“Y-Ya!” 

Tubuh Arisa bergidik. 

Dalam hati, Yuzuru berpikir bahwa tidak ada pelanggan yang akan segugup ini, tapi tentu saja, dia tidak mengatakannya, karena tidak ada pelayan yang akan mengatakan hal seperti itu. 

“Meja untuk berapa orang?” 

"S-Satu orang!" 

Arisa menjawab dengan riang. 

Yuzuru hampir tertawa tapi menahannya. 

"Kalau begitu saya akan mengantar Anda ke tempat duduk Anda." 

"Ya. M-Mohon bantuannya.” 

Arisa menundukkan kepalanya. 

Yuzuru membawa Arisa ke tempat duduknya – posisi biasanya. 

Kemudian dia menyerahkan handuk tangan yang telah dia siapkan, menanyakan apa yang dia inginkan, dan membawakannya secangkir kopi. 

"Apakah pesanannya sudah semua?" 

"Y-Ya…" 

Arisa menatap Yuzuru dengan sedikit rona merah di wajahnya. 

Kemudian dia dengan malu-malu menurunkan matanya dan membawa kopi ke mulutnya. 

(…Itunya benar-benar besar) 

Yuzuru secara tidak sengaja mengalihkan pandangannya ke payudara Arisa. 

Payudaranya tampak sedang beristirahat di atas meja. 

Pemandangan yang sangat erotis. 

Setelah itu, Arisa…

“Untuk saat ini… kurasa ini sudah cukup. Apakah itu membantu?” 

"Ya." 

Dia menganggukkan kepalanya. 

Yuzuru tidak berpikir bahwa sandiwara ini akan membantu, tapi jika Arisa mendapatkan sesuatu darinya, maka biarlah. 

"Yah, bisakah aku pergi dan mengganti pakaianku?" 

“…Eh?” 

“Yah, kamu lihat. Maksudku, pelanggan macam apa yang memakai pakaian pelayan?” 

Yang benar adalah bahwa dia sedikit malu dengan sandiwara ini dan ingin segera berhenti. 

"Itu… yah, memang benar. Eh? Tunggu, kalau begitu daritadi aku…” 

“Tidak apa-apa. Karena ini adalah latihan untuk Arisa… Jadi aku bisa sedikit santai, tapi Arisa perlu berlatih dengan sungguh-sungguh, ‘kan?” 

Yuzuru berkata, “Tidak ada pelanggan yang berpakaian seperti pelayan” tapi dia tidak menyuruh Arisa berperan sebagai pelanggan, masih berpakaian sebagai pelayan. 

Ini karena dia ingin melihat Arisa sebagai pelayan dari dekat selama mungkin. 

Tentu saja, ada juga alasan mengapa dia merasa akan terlalu merepotkan untuk memintanya melepas pakaiannya untuk memainkan peran sebagai pelanggan. 

"Yah. Kupikir itu juga benar." 

Untungnya, Arisa tampaknya setuju dengan sudut pandang Yuzuru. 

Yuzuru dengan cepat melepas pakaian pelayan dan kembali ke pakaian polosnya. 

Dia kemudian berjalan keluar dari ruangan seperti yang Arisa lakukan sebelumnya, dan ...masuk ke dalam lagi. 

“S-Selamat datang!” 

Seorang pelayan yang sangat ceria… tetapi memiliki ekspresi yang sangat kaku ada di sana. 

Dia membungkuk ... dan dadanya tampak sedikit bergoyang. 

“…” 

“…” 

Dia sepertinya lupa apa yang akan dia katakan selanjutnya dan membeku dengan senyum di wajahnya. 

Yuzuru menawarkan bantuan kepada Arisa. 

"Apakah kamu memiliki kursi kosong untuk satu orang?" 

“Eh? Ah iya! Satu orang ada, biar saya pandu! ” 

Arisa berjalan ke depan dengan gerakan yang sedikit canggung. 

Sosok dari belakang juga sangat cantik. 

Sekarang, Yuzuru duduk, memesan secangkir kopi … dan menyesap kopi yang dibawakan untuknya. 

“…” 

“…” 

“… A-Ada apa?” 

"…Duduklah sebentar." 

“Eh? Ah, baik." 

Dia duduk di sebelah Yuzuru seperti yang diperintahkan. 

"Bisakah kamu mendekat sedikit?" 

“Y-Ya… seperti ini? Kya~!” 

Yuzuru memegang bahu Arisa dengan agak kuat saat dia mendekatinya. 

Kemudian dia menariknya ke arahnya. 

“Ah, um… pelanggan?” 

“Pelayan-san, kamu terlihat sangat imut dengan seragam itu. Terlihat cocok untukmu." 

“Eh? T-Terima kasih … banyak” 

Arisa tampak bingung. 

Yuzuru semakin geli. 

"Apakah tidak ada mantra untuk membuatnya terasa lebih enak?" 

"K-Kami tidak menawarkan layanan seperti itu." 

“…Bagaimana dengan ciuman?” 

"Memangnya restoran macam apa ini?" 

“Aku seorang pelanggan.” 

"Aku tidak melakukan hal semacam itu dengan pelanggan." 

“Bagaimana dengan tunangan atau pacarmu?” 

“Eh? Y-Yah … jika dia benar-benar ingin … tergantung mood!…. Hei!" 

Arisa mengangkat alisnya. 

"Tolong jangan main-main selama latihan!" 

“T-Tidak… Dengar, ini hanya ujian untuk melihat apakah kamu bisa menangani pelanggan yang buruk…” 

"Apakah kamu pernah punya pelanggan seperti itu sebelumnya?" 

“…Tidak, kamu tahu, mungkin ada pelanggan semacam itu di masa depan?” 

“…Apakah alasanmu sudah selesai?” 

"Maafkan aku." 

"Akan kumaafkan." 

Ketika Yuzuru meminta maaf, Arisa memaafkannya. 

Meskipun Arisa terlihat sedikit marah, hal itu tampaknya telah meredakan ketegangannya. 

Setelah itu, layanan pelanggan berjalan lancar. 

Sekarang, setelah melihat pelanggan pergi ... Yuzuru bertanya pada Arisa. 

"Bagaimana? Apa kamu mempelajari sesuatu?” 

“Ya… aku mengerti kalau aku masih butuh lebih banyak latihan.” 

"Um ... yah, kamu benar." 

Yuzuru tidak bisa menahan tawa. 

Ini karena dia berlatih dengan Yuzuru, jadi bisa diperkirakan akan lebih buruk dalam praktiknya. 

Namun, fakta kalau itu “membutuhkan latihan” berarti bahwa dengan latihan dia akan bisa melakukannya… Dia sepertinya mendapatkan sedikit kepercayaan diri. 

“Ngomong-ngomong, Yuzuru-san.” 

"Ada apa?" 

Arisa dengan hati-hati menarik pakaian Yuzuru. 

Ketika Yuzuru membungkuk sedikit, Arisa berdiri di atas jari kakinya dan… 

Dia menempelkan bibirnya ke pipinya. 

“…Ini adalah rasa terima kasihku.” 

"Terima kasih." 

Yuzuru juga membalas ciuman itu ke pipi Arisa. 


Translator: Exxod

Editor: Janaka


2 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2