OmiAi - Chapter 152 Bahasa Indonesia


 Bab 152 – Tunangan yang Sedang Tak Terlindungi


(Mou! Apa yang sedang kamu bicarakan!)

Wajahnya menjadi merah padam, dia memelototi Yuzuru dan kemudian memalingkan wajahnya. 

Begitulah reaksi Arisa terhadap usulan Yuzuru. 

Meskipun Yuzuru hanya setengah bercanda, pada saat itu dia menjawab kalau itu hanya lelucon… 

Dia melirik Arisa, yang berlari di sampingnya. 

Rambut laminya diikat menjadi simpul, dan dia berlari di samping Yuzuru dengan ekspresi serius di wajahnya – terlihat sedikit sedih. 

Saat ini, mereka sedang jogging di sekitar taman komplek. 

Meskipun dia tidak berlari dengan kecepatan penuh, Arisa masih cukup fit dan memiliki pergerakan yang baik, mengingat dia bisa berlari bersama Yuzuru, yang seorang pria. 

(...Aku penasaran, apa itu tidak sakit? ) 

Seolah-olah bersamaan dengan gerakan kaki Arisa, massa lemak di dadanya naik turun. 

Tentu saja, dia mengenakan bra olahraga (sepertinya), jadi itu bukan gempa yang cukup besar… 

Itu bergetar setidaknya pada skala ketiga pada skala seismik Jepang. 

Pada musim hujan, itu bisa menyebabkan tanah longsor, atau orang tua yang terkejut bisa kehilangan keseimbangan dan mematahkan tulang… 

Dalam beberapa kasus, getaran ini cukup untuk menyebabkan kematian. 

Akankah bahu kecil Arisa mampu menanggung beban seperti itu? 

Bagaimana pun, sebagai tunangan, bukankah seharusnya dia melepaskan beban dari pundak pasangannya? 

Dan saat dia memikirkan hal-hal bodoh seperti itu… 

"... Apa yang sedang kamu lihat?" 

Matanya bertemu dengan mata hijau giok. 

Setelah ditatap dengan matanya yang tajam, Yuzuru melihat ke depan seolah-olah tidak ada yang salah. 

“Tidak, bukan apa-apa… Beri tahu aku jika itu terlalu berat untukmu.” 

Meskipun itu relatif dingin di malam hari… 

Musim saat ini adalah pertengahan musim panas. 

Suhu dan kelembapannya tinggi. 

Itu berarti ada risiko sengatan panas. 

Yuzuru berkata seolah-olah dia menunjukkan perhatian pada tunangannya. 

Arisa kemudian menjawab, “Tidak apa-apa,” dan melihat ke depan. 

Dan… 

"…Dasar mesum." 

Dia bergumam dengan suara kecil. 

Sepertinya dia ketahuan. 

Setelah menyelesaikan jarak target, mereka duduk di bangku di taman. 

Dan menyeka keringat dengan handuk. 

"Panas sekali…" 

"…Iya, ini panas." 

Tidak peduli berapa banyak mereka menyeka, keringat terus mengalir keluar.

Tidak hanya di wajah tapi juga di bawah pakaian, keringat pun terasa tidak nyaman. 

Dia memasukkan handuk ke dalam pakaiannya dan menyeka keringat. 

Tapi itu tidak masuk akal, karena pakaian itu sendiri telah menyerap keringat. 

Melirik ke sampingnya, dia melihat Arisa melakukan hal yang sama. 

Dia memasukkan tangannya ke dalam pakaiannya dan menyeka keringatnya. 

Meskipun tidak ada yang bisa dilihat karena pakaiannya tidak digulung… entah bagaimana memberikan getaran sensual. 

"Ada apa?" 

"Tidak, itu…" 

Yuzuru menjawab, memeriksa sekelilingnya. 

Tidak ada orang, hanya Yuzuru dan Arisa yang hadir di tempat itu. 

“…Apa kamu menatapku dengan tatapan mesum itu lagi? Ya ampun, dasar Yuzuru-san…” 

Ini tidak bisa dihindari. 

Arisa mengerutkan kening dengan sengaja. 

Namun, dia sepertinya tidak marah. 

Bahkan, dia tampak agak bahagia. 

“Um, yah… aku tidak akan menyangkal itu…” 

“…Kamu benar-benar jujur.” 

Memang benar bahwa dia melihat Arisa seperti itu. 

Mustahil untuk tidak memandangnya seperti itu. 

Ini karena tidak ada bagian dari Arisa yang tidak seksi. 

Setidaknya itulah yang Yuzuru yakini. 

Mungkin bukan karena Arisa itu seksi, tapi karena Yuzuru memiliki 'Filter Arisa Seksi' di retinanya, dan itulah mengapa Arisa terlihat sangat seksi ketika dia melihatnya melalui itu… 

Yah, bagaimanapun juga, tidak masalah yang mana yang benar, karena Arisa terlihat sangat seksi. 

“Hanya saja… yah, yang ingin kukatakan adalah…” 

"…Apa itu?" 

Yuzuru menggaruk pipinya, sedikit ragu, lalu menjawab… 

“Um, aku berharap penampilanmu yang tidak berdaya itu … hanya kamu tunjukan ketika berduaan denganku.” 

Tentu saja, tidak ada orang lain di sekitar mereka, tapi… 

Sejauh menyangkut Yuzuru, dia tidak ingin pria lain melihat Arisa seperti itu. 

…Ini bukanlah sesuatu yang ingin dia bicarakan terlalu banyak karena dia tidak ingin terlihat terlalu posesif. 

“A-Aku mengerti…” 

Di sisi lain, ketika Yuzuru mengatakan sesuatu yang tidak terduga padanya, Arisa tersipu dan menundukkan kepalanya. 

Kemudian dia menjawab dengan suara kecil. 

“M-Maaf. Aku akan berhati-hati…" 

“Y-Ya… Um, yah, kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya.” 

“… Apa kamu tidak mempermasalahkannya?” 

Arisa kemudian berbicara sedikit tidak setuju. 

Adapun Arisa, dia ingin dia khawatir. 

"Ya, itu menggangguku." 

"Kalau begitu, aku akan berhati-hati." 

Saat mereka bertukar kata-kata ini, keringat mulai mereda ke tingkat tertentu. 

Kemudian Yuzuru mengeluarkan sebuah botol dari tasnya. 

Dia meminum minuman olahraga di dalamnya. 

Minumannya sangat enak, terutama setelah berolahraga. 

“… Eh, loh?” 

Dia mendengar suara yang agak bingung. 

Ketika dia melihat ke sampingnya, dia melihat bahwa Arisa memasukkan tangannya ke dalam tasnya dan sedang memiringkan kepalanya. 

Kemudian dia mulai mengeluarkan isi tasnya, satu per satu. 

…Tapi hanya botol airnya saja yang tidak keluar. 

"Apa kamu lupa?" 

“…Mungkin aku lupa. Yah, tidak apa-apa.” 

Apartemen Yuzuru tidak terlalu jauh dari taman. 

Dia bisa minum air atau teh sebanyak yang dia mau ketika dia sampai di rumah ... 

"Mau minum?" 

Yuzuru berkata dan mengulurkan botol airnya sendiri. 

Lebih baik minum sesegera mungkin, mengingat risiko sengatan panas. 

“Eh, tapi…” 

“…Yah, aku tidak akan mengatakan kalau kamu harus meminumnya.” 

Ketika Yuzuru mengatakan itu, Arisa menggelengkan kepalanya. 

"…Aku akan meminumnya." 

Dia kemudian mengambil botol itu dari Yuzuru. 

Setelah menatap mulut botol sejenak, dia mulai minum perlahan … 

“Ngomong-ngomong, itu adalah ciuman tidak langsung, ‘kan?” 

“Uhuk!” 

Saat Yuzuru berkata tanpa tujuan, Arisa tersedak ringan. 

Dia tertawa dan dengan ringan mengusap punggungnya. 

Arisa, di sisi lain, menatap tajam ke Yuzuru. 

“Ya ampun, mou…!” 

"Maaf. maaf… Apa yang akan kamu lakukan? Mau berhenti?” 

“…Aku akan melanjutkannya.” 

Rupanya, dia akan meminumnya karena suatu alasan. 

Dengan telinganya menjadi sedikit merah, Arisa mulai meminum minuman olahraga. 

Tenggorokan putih itu bergerak. 

"Terima kasih." 

"Tentu." 

Yuzuru menerima kembali botol itu dari Arisa. 

Itu sudah kosong dan ringan. 

"Mari kita pulang." 

“Ya, ayo pergi.” 

Mereka berjalan pulang. 

Begitu mereka kembali, Arisa bertanya. 

“Bolehkah aku mandi dulu?” 

"Silakan." 

Ketika Yuzuru menjawab, Arisa berterima kasih padanya dan pergi ke ruang ganti. 

Dia kemudian menjulurkan kepalanya. 

"Tidak boleh mengintip, loh?" 

"Aku tidak akan mengintip." 

“Eh~, tapi bagaimanapun juga Yuzuru-san orang yang mesum.” 

Setelah tertawa, Arisa menutup pintu. 

Ditinggal sendirian, Yuzuru terkekeh. 

Arisa jadi lebih banyak bicara belakangan ini. 

Itu tidak masalah untuk Yuzuru. 

Kebetulan, sudah bukan hal yang aneh lagi bagi Arisa untuk meminjam shower Yuzuru di rumah ini, jadi rumahnya selalu penuh dengan perlengkapan mandi Arisa, termasuk sampo yang digunakannya. 

Pada dasarnya, Yuzuru tidak diizinkan untuk menggunakannya, tapi itu adalah rahasia bahwa dia kadang-kadang diam-diam menggunakannya dan mengatakan sesuatu seperti, “ Ooh… Baunya seperti Arisa. “. 

Setelah beberapa saat, Arisa keluar dari ruang ganti mengenakan kemeja putih dan celana pendek. 

Kulitnya sedikit kemerahan dan mengkilap. 

“Kalau begitu, aku akan masuk.” 

"Baik." 

"Jangan mengintip, oke?" 

"Itu menjijikkan." 

Ketika dia mencoba bercanda dengannya secara terbalik, Arisa menjawab dengan suara tegas. 

Yuzuru mengangkat bahunya dan pergi ke kamar mandi. 

Kemudian dia mandi cepat untuk menghilangkan keringatnya. 

Saat dia menyeka tubuhnya, mengganti pakaiannya, dan berjalan keluar dari ruang ganti… 

Arisa ada di sana untuk menyambutnya. 

Tapi… 

“Ah, Yuzuru-san…” 

Ada sesuatu yang sedikit aneh pada dirinya. 

Dia tampak agak gelisah… dan tidak nyaman. 

Pipinya juga sedikit merona, padahal sudah agak lama sejak dia mandi. 

Dia melihat ke kanan dan ke kiri… 

Dan untuk beberapa alasan, dia duduk tegak. 

“…?” 

Meskipun dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, Yuzuru mencoba duduk di lantai di depan Arisa. 

Kemudian, Arisa bergidik. 

Lalu dia bertanya pada Yuzuru dengan tatapan sedih di matanya. 

“Um… Jadi, apa yang kamu ingin aku lakukan?” 

"…Apanya?" 

“I-Itu, kamu tahu… Itu…” 

"…Itu?" 

Saat Yuzuru memiringkan kepalanya, Arisa berkata dengan nada suara yang sedikit marah dan malu. 

"T-Tolong jangan main-main denganku ..." 

(Tentang apa memangnya?)

Saat Yuzuru benar-benar penasaran ... kata Arisa. 

"...Aku sedang membicarakan tentang hadiahmu." 


Translator: Exxod

Editor: Janaka

2 Comments

Previous Post Next Post

Post Ads 1

Post Ads 2